Jakarta, CNN Indonesia --
Trick or Treat, tradisi pergi dari rumah ke rumah untuk mencari permen atau cokelat, sudah menjadi kegiatan populer di malam Halloween. Tak hanya di Amerika Serikat tapi juga di negara-negara lain.
Tapi tahukah Anda,
trick or treat sudah dimulai sejak kira-kira 100 tahun lalu.
Kendati begitu, asal-usul ritual ini sering kali kabur. Kemungkinan pelopor budaya
trick or treat ini bermula dari festival kuno Samhain bangsa Celtic, sebuah praktik budaya pada Abad Pertengahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Halloween, yang berakar dari festival Samhain kuno pada masa pra-Kristen bangsa Celtic, dirayakan pada malam 31 Oktober. Bangsa Celtic hidup 2000 tahun yang lalu di daerah yang sekarang adalah Irlandia, Inggris, dan Perancis utara.
Mereka meyakini bahwa orang yang telah meninggal akan kembali ke bumi pada perayaan Samhain. Penduduk berkumpul menyalakan api unggun, mempersembahkan korban, dan berikan penghormatan kepada orang-orang yang telah wafat.
Selama perayaan Samhain, penduduk menyamar dengan kostum kulit binatang untuk mengusir roh-roh. Meja perjamuan disiapkan, makanan persembahan ditinggalkan untuk menenangkan roh-roh jahat.
Selang beberapa abad kemudian, orang-orang mulai berpakaian meniru hantu, setan, dan makhluk jahat lain. Mereka melakukan lelucon dengan bertukar makanan dan minuman. Sejarah kostum halloween berawal dari Abad Pertengahan, diduga merupakan pendahulu dari budaya
trick or treat.
Pada abad kesembilan, agama Kristen menyebar di tanah bangsa Celtic, secara bertahap membaur dan dan menggantikan ritual pagan. Pada tahun 1000 Masehi, gereja menentukan 2 November sebagai
All Souls 'Day atau waktu untuk menghormati orang yang telah meninggal.
Perayaan
All Souls 'Day di Inggris menyerupai peringatan Samhain bangsa Celtic, lengkap dengan api unggun dan orang-orang yang menggunakan kostum.
Pada
All Souls 'Day, orang-orang miskin akan mengunjungi rumah-rumah keluarga yang lebih kaya. Mereka menerima kue yang disebut 'kue jiwa', dan berjanji untuk mendoakan jiwa-jiwa kerabat pemilik rumah yang telah meninggal.
Praktik yang disebut sebagai
souling ini kemudian dilakukan oleh anak-anak. Mereka mendatangi setiap rumah, meminta hadiah seperti makanan, camilan, juga uang.
Di Skotlandia dan Irlandia, orang-orang muda merayakan tradisi
guising. Dalam perayaan
guising, mereka berdandan dengan kostum dan menerima persembahan dari para tetangga.
Namun, bukannya berjanji mendoakan kerabat pemilik rumah yang telah meninggal, mereka justru memberikan persembahan lain, misalnya bernyanyi, membaca puisi, menceritakan lelucon, atau melakukan aksi lain, sebelum akhirnya menerima imbalan buah, kacang, atau koin.
(win/les)