Ilustrasi nyeri lutut (Media for Medical/UIG via Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Osteoporosis atau pengapuran tulang tidak menjadi satu-satunya penyakit yang bisa mengganggu struktur tulang manusia. Ada lagi jenis penyakit tulamg lainnya yang bisa jadi sama berbahayanya, yaitu osteoarthritis.
Osteoarthritis (OA) atau yang lebih dikenal dengan nyeri sendi merupakan penyakit tulang kronik yang disebabkan pelunakan dan disintegrasi serta penipisan dari tulang rawan yang menjadi pelapis ujung tulang persendian. Bahkan dokter spesialis ortopedi dan traumatology Rumah Sakit Jakarta Adrian W. Tarigan mengatakan OA bisa disertai dengan pembentukan tulang dan tulang rawan baru pada tepi sendi (osteofit) dan terjadi fibrosis kapsul sendi.
Ia juga menambahkan kalau sekali menderita OA seseorang tidak bisa sembuh dan harus mengonsumsi obat seumur hidupnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data Riset Kesehatan Dasar dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, di Indonesia, penyakit sendi jumlahnya cukup tinggi dan terus meningkat. Di tahun 2007 prevalensi penyakit sendi mencapai 30 persen. Artinya satu dari tiga orang di Indonesia menderita penyakit sendi.
Di tahun 2012, Kementerian Kesehatan berhasil memetakan jumlah penderita OA. Hasilnya, sekitar 11,5 persen lebih orang Indonesia menderita OA. Artinya, sekitar satu dari 10 orang menderita OA. Adrian menyebutkan ada beberapa faktor yang memebankan seseorang menderita OA. Mulai dari usia, sampai riwayat hidup.
"OA bisa terjadi akibat mekanisme abnormal pada proses penuaan, adanya riwayat cedera yang lama, dan adanya penyakit yang merusak jaringan tulang rawan, atau infeksi," kata Adrian dalam diskusi berjudul Osteoarthritis dan Manajemen Penanganannya hang diselenggarakan oleh Soho Global Health di Hotel Millenium, Jakarta, Selasa (3/11).
Selain itu, OA juga bisa disebabkan oleh osteonekrosis, yaitu penyakit yang terjadi akibat kurangnya aliran daah ke tulang dan sendi, trauma insdtabilitas sendi, penyakit diabetes, riwayat penggunaan obat asma, dan faktor genetik.
"OA terjadi ketika ada kerusakan di deraj sendi, meningkatnya tekanan pada titik tergentu sehingga terjadi keausan, kerusakan tulang rawan sendi oleh karena suatu hal yang akhirnya menyebabkan permukaan sendi tidak beraturan," ujar Adrian.
Adrian menyebutkan, ada beberapa gejala yang bisa dirasakan ketika seseorang menderita OA. Salah satunya rasa nyeri pada sendi. Namun rasa nyeri itu tidak spesifik. Kadang terasa ketika berjalan, kadang terasa ketika duduk. Penderita OA juga kerap merasakan kaku pada sendinya. Misalnya saja akibat duduk selama dua atau tiga jam, kaki jadi terasa kaku.
"Bisa juga terjadi pembengkakan. Tapi on off, kadang ada kadang tidak. Di saat jalan kempes tapi begitu didiamkan bengkak lagi. Ada juga gangguan pergerakan," kata Adrian.
Di Indonesia, lanjut Adrian, penyakit tulang kronis ini biasanya mengincar orang dengan usia di atas 50 tahun. Kebanyakan dari mereka biasanya mengalami kerusakan tulang rawan sendi sejak muda. Pengidapnya juga kebanyakan perempuan. Jumlahnya sekitar 53 persen perempuan dan laki-laki berjumlah 37 persen. Tapi tidak menutup kemungkinan di bawah umur 40 tahun menderita OA.
Di beberapa negara ditemukan penderita OA berusia 38-42 tahun.
Salah satu penyebabnya adalah gaya hidup yang kebanyakan dari mereka hanya mengonsumsi sayuran saja. Tak cuma itu, Adrian mengatakan obesitas juga memengaruhi. Sebab, tulang harus menopang kelebihan berat badan dan pada akhirnya memberikan tekanan pada sendi-sendi di tubuh. OA bisa terjadi pda sendi mana saja di tubuh. Bisa pada bahu atau tangan. Tapi, yang paling sering, OA terjadi pada lutut.(les/les)