Waspada Bahaya Epilepsi Pada Bayi Batuk Rejan

Windratie | CNN Indonesia
Rabu, 04 Nov 2015 11:12 WIB
Sebuah studi menemukan, bayi yang alami batuk rejan memiliki peningkatan risiko epilepsi ketika masa kanak-kanak.
Ilustrasi bayi. (CNN Indonesia internet/ hepatocyte/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Waspadai batuk rejan pada bayi Anda. Sebuah studi menemukan, anak-anak di Denmark yang didiagnosis mengidap pertusis atau batuk rejan pada usia dini memiliki peningkatan risiko epilepsi ketika masa kanak-kanak.

“Asosiasi yang kami identifikasi penting pada tingkat populasi, anak yang dirawat di rumah sakit karena pertusis akan memiliki risiko epilepsi yang sangat rendah,” kata pemimpin penelitian Morten Olsen dari Universitas Aarshus di Denmark, seperti dilaporkan oleh Reuters.

Pertusis adalah infeksi saluran napas akut yang sering terjadi pada masa kanak-kanak. Kondisi ini memengaruhi sekitar 16 juta orang per tahun. Akibat dari batuk ini sangat buruk, menyebabkan anak sulit untuk makan, minum, dan bernapas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), batuk dapat berlangsung selama berminggu-minggu dan menyebabkan pneumonia, kejang, kerusakan otak, bahkan kematian.

Di Amerika Serikat, anak-anak mendapatkan  lima dosis vaksin pertusis, bagian dari jadwal vaksin DtaP (jenis imunisasi DPT), pada usia dua, empat, enam, dan 18 bulan, serta pada usia empat sampai enam tahun. Suntikan ini juga melindungi dari penyakit bakteri seperti difteri dan tetanus.

Untuk studi baru ini, peneliti menggunakan data nasional di Denmark. Mereka mengidentifikasi 47 ribu pasien yang lahir antara 1978 dan 2011, yang terdiagnosis pertusis, setengah dari mereka didiagnosis sebelum usia enam bulan.

Ketika dibandingkan dengan kelompok pembanding yang cocok jenis kelamin dan tahun kelahirannya, individu dengan diagnosis pertusis saat bayi berisiko lebih tinggi mengalami epilepsi pada masa kanak-kanak.

Anak-anak yang terdiagnosis pertusis setelah usia tiga tahun tidak mengalami peningkatan risiko epilepsi, kata penulis.

Eugene D. Shapiro dari Yale School of Public Health di New Haven mengatakan, ada kemungkinan kadar oksigen darah yang rendah karena terbatuk-batuk saat masih kecil dapat merusak otak, dan meningkatkan risiko epilepsi nantinya.

Kemungkinan lainnya, batuk yang parah bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam pembuluh darah di otak dan perdarahan yang menyebabkan kerusakan saraf, kata Shapiro, seperti dikutip dari Reuters.

Dia melanjutkan, akan ada banyak komplikasi lain dari pertusis, itu sebabnya ini adalah alasan yang baik untuk terus memvaksinasi anak-anak kita.

Sementara itu, David Geffen dari Fakultas Kedokteran UCLA, Los Angeles, mengatakan, “Tampaknya masuk akal jika epilepsi terjadi pada anak-anak yang mengalami pertusis saat bayi, infeksi ini juga meningkatkan risiko komplikasi otak lain.” (win/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER