Jakarta, CNN Indonesia -- Tempat wisata bersejarah biasanya sangat sulit diabadikan tanpa sekelompok wisatawan lain. Namun, tidak demikian halnya dengan Mesir saat ini.
Piramida Agung dan Sphinx Agung Giza, yang dijuluki sebagai Keajaiban Dunia, memikat banyak orang dari berbagai negara. Namun, tempat bersejarah itu sekarang ditinggalkan, berubah jadi lokasi menakutkan.
Serangkaian foto memperlihatkan dengan detail dampak melumpuhkan konflik kekerasan revolusi 2011 di Mesir. Sampai sekarang, dampak peristiwa itu masih terasa terhadap pariwisata, yang menurun drastis beberapa tahun terakhir. Pariwisata Mesir juga semakin terpuruk pasca jatuhnya pesawat Rusia bernomor KGL-9268, di Semenanjung Sinai, Sabtu (31/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilaporkan oleh
Reuters, jumlah wisatawan Mesir turun secara drastis, dari 14,7 juta orang pada 2010 menjadi 9,9 juta pada 2014. Setahun yang lalu, fotografer Ben Terzza mengikuti kekasihnya mengunjungi negara kuno tersebut. Mereka tinggal di Mesir selama beberapa bulan.
Pasangan itu tinggal di El Gouna, Kairo saat Natal. Mereka mengira akan menemui tempat bersejarah yang padat oleh pengunjung, kenyataannya hanya sebuah lanskap sepi.
“Saya tidak mengira situs Piramida Giza sangat kosong dan menakutkan,” kata fotografer dari Inggris itu. Saat berada di Piramida Saqqara, hanya mereka satu-satunya orang di sana. Tidak hanya itu, keduanya juga terganggu dengan kedatangan penduduk setempat yang mengemis uang. Bagi Terzza, hal itu menimbulkan kecemasan tersendiri.
Merasa tidak nyaman, Terzza bahkan harus berteriak supaya mereka berhenti mengganggu. “Ketika Anda berbicara lebih jauh dengan penduduk setempat, realitas budaya politik, ekonomi, dan sosial mereka jadi lebih masuk akal,” katanya.
Lebih dari 900 ribu warga Inggris mengunjungi Mesir setiap tahun. Tahun lalu, pemboman bus pariwisata di Sinai menewaskan dua warga Korea Selatan dan seorang penduduk Mesir. Kejadian tersebut, menghidupkan kembali kenangan atas peristiwa pemberontakan Islam di tahun 1990-an, yang juga menargetkan wisatawan sebagai korban.
Akhir pekan lalu, Airbus A321 milik Rusia yang lepas landas dari Sharm el-Sheikh, jatuh pada pukul 06.20 waktu setempat, menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 224 orang.
Hal itu tak pelak semakin memukul pariwisata Mesir. Bahkan beberapa penerbangan di Eropa memberhentikan perjalanan ke Mesir dengan alasan keamanan. Meskipun begitu, dikatakan wilayah destinasi wisata populer, Sharm el-Sheikh dan Laut Merah masih menjadi daya tarik wisatawan.
Untuk itu, pemerintah Mesir pun menambahkan penjagaan di destinasi pesisir tersebut.
Asosiasi Perjalanan Inggris (ABTA) menyebutkan Semenanjung Sinai termasuk Sharm el-Sheikh menarik lebih dari 90 persen pengunjung Inggris ke Mesir. Tidak hanya Inggris, destinasi nan cantik itu juga merupakan jujugan turis Rusia.
Untuk memulihkan kepercayaan kepada wisatawan, Mesir siap meluncurkan kampanye global bulan ini. “Saya percaya, mengubah persepsi harus menjadi prioritas pada tahap ini. Pandangan saat ini adalah situasi Mesir tidak baik, jadi kami harus bekerja keras memperbaiki hal itu,” kata Menteri Pariwisata Mesir Hisham Zaazou.
(win/les)