Jakarta, CNN Indonesia -- Jangan senang dulu ketika merasa tidak punya masalah dengan berat badan. Belum lama ini sebuah studi di Amerika Serikat menemukan, orang-orang dengan berat badan normal, tapi memiliki 'tambahan kilogram' di perut, alias berperut buncit, peluang hidup jangka panjang mereka mungkin lebih rendah daripada individu obesitas.
Berat badan normal orang dewasa sering kali didasarkan pada pengukuran Indeks Massa Tubuh (BMI), mengukur berat badan terhadap tinggi badan. Namun, untuk penelitian ini, para peneliti hanya fokus pada rasio pinggang ke pinggul, di sekitar tengah.
Dilaporkan oleh Reuters, studi itu menemukan, laki-laki dengan BMI normal tapi mengalami 'obesitas pusat', istilah klinis untuk menyebut lemak perut, memiliki risiko kematian dua kali lebih besar dibandingkan laki-laki yang menurut BMI masuk kategori kelebihan berat badan atau obesitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, perempuan berberat badan normal dengan lemak perut, mempunyai risiko kematian 32 persen lebih tinggi, dibandingkan perempuan gemuk tanpa kelebihan berat badan di sekitar tengah.
“Ukurang pinggang sangat penting, terutama untuk orang dengan berat badan normal,” kata Francisco Lopez-Jimenez, peneliti dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.
“Kurangnya pemahaman akan hal ini menyebabkan orang dengan distribusi lemak yang abnormal memiliki rasa aman palsu, merasa tidak perlu berolahraga atau bisa mengonsumsi semua makanan yang mereka inginkan karena merasa dirinya 'kurus',” kata Jimenez.
“Padahal kenyataannya, seseorang dengan BMI normal tapi ukuran pinggang abnormal, berisiko lebih buruk daripada mereka yang memiliki BMI tinggi”
Perut buncit rupanya menyimpan risiko berbagai penyakit mematikan. Selain untuk keindahan penampilan, studi membuktikan ada alasan kuat kenapa seseorang harus mengecilkan lingkar pinggang, yakni kesehatan.
Menurut laman Health, kelebihan lemak di perut, khususnya lemak visceral, adalah penanda dari penyakit jantung, diabetes tipe 2, resitensi insulin, dan kanker. Namun, ada kalanya segala upaya yang dilakukan, tidak berhasil untuk mengurangi perut buncit.
Salah satu alasannya adalah usia yang semakin tua. Ketika usia bertambah, proses kenaikan dan turunnya berat badan akan berubah. Baik laki-laki maupun perempuan, pada tahap ini, mengalami tingkat penurunan metabolisme, atau jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh agar dapat berfungsi dengan normal.
Selain itu, perempuan juga mengalami menopause. “Ketika berat badan badan bertambah setelah menopause, hal itu lebih mungkin terjadi di perut mereka,” kata Michael Jensen, profesor divisi endokrinologi Mayo Clinic.
Ada alasan lain kenapa perut tetap buncit meski Anda sudah berolahraga. Joging atau bersepeda sangat bagus untuk jantung, tapi olahraga kardio saja tidak akan bisa mengecilkan lingkar perut Anda. “Anda perlu melakukan kombinasi antara olahraga beban dan kardiovaskular,” kata Sangeeta Kashyap, ahli endokrinologi di Klinik Cleveland.
Selain itu, penyebab lain perut buncit adalah terlalu banyak menyantap makanan yang proses. Biji-bijian olahan, yang dipakai untuk membuat, misalnya, roti putih, keripik, juga gula halus yang dipakai dalam minuman manis dan makanan penutup dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh, kata Jensen.
Lemak perut dapat menyebabkan peradangan. Jadi, menyantap terlalu banyak makanan olahan dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mengenyahkan lemak perut. “Makanan alami misalnya buah, sayuran, dan biji-bijian yang kaya antioksidan memiliki sifat anti-inflamasi sehingga dapat mencegah lemak perut,” katanya.
Menurut studi, laki-laki dengan berat badan normal tapi obesitas di perut berisiko 78 persen lebih tinggi untuk meninggal akibat kardiovaskular, daripada laki-laki dengan BMI sama, tapi tidak memiliki lemak di sekitar tengah.
(win/win)