Jakarta, CNN Indonesia -- Jepang berencana melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan angka kelahiran, diantaranya akses pengasuhan anak yang lebih mudah dan insentif pajak, untuk mengatasi hambatan ekonomi.
Populasi Jepang mulai menurun empat tahun lalu, setelah beberapa tahun sebelumnya muncul peringatan tentang tingkat kelahiran di Jepang yang terlalu rendah. Hal itu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
“Saya ingin menampilkan masalah demografi di depan dan menempatkan penekanan khusus dalam kebijakan yang dapat meningkatkan angka kelahiran,” kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Kamis lalu, seperti dilaporkan oleh
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sebagian memperingatkan akan sulit meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa membuka skala imigrasi besar. Sebagian besar negara beralih ke imigrasi, tapi langkah tersebut ditentang oleh politisi dan masyarakat Jepang, yang menghargai kehomogenan masyarakatnya.
Abe ingin menaikkan tingkat kelahiran menjadi 1,8 per perempuan dari sebelumnya 1,42. Caranya dengan melonggarkan peraturan tentang penitipan anak sehingga perempuan bisa lebih mudah kembali bekerja setelah anak mereka lahir.
Usulan lain, pemerintah akan mempertimbangkan meringankan beban pajak untuk beberapa karyawan paruh waktu, dan menyediakan pinjaman bebas bunga untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Idenya adalah, mencegah jumlah penduduk jatuh di bawah 100 juta dari sekitar 127 juta saat ini. Negara maju biasanya membutuhkan tingkat kelahiran sekitar 2,1 anak per perempuan untuk menjaga populasi tetap stabil.
Insitut Nasional Kependudukan dan Penelitian Jaminan Sosial mengatakan populasi di Jepang diperkirakan turun sekitar sepertiga, menjadi 87 juta pada 2060.
Sebelumnya, pada pertengahan 1990-an, penduduk usia kerja Jepang mencapai puncaknya, dan berangsur jatuh sejak itu, berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri Jepang. Menurut proyeksi, pada 2060 angkatan kerja Jepang diperkirakan menyusut menjadi 44 juta pada 2060, atau setengah dari jumlah tahun 1990.
China pun menghapus kebijakan satu anak dan memberlakukan kebijakan dua anak. Peraturan itu diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi neara tersebut sebesar 0,5 persen.
(win/win)