Jakarta, CNN Indonesia -- Saat berbahagia orang sering mengira rasa itu berpusat di dada, benarkah demikian? Karena berdasarkan penelitian sekelompok ahli, mereka menemukan pusat kebahagiaan manusia ternyata berada di otak.
Saat memeriksa dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) otak, para peneliti ini menemukan area di otak yang bertanggung jawab dalam mengendalikan perasaan ini. Para peneliti dari Kyoto University yang dipimpin oleh Wataru Sato itu menunjukkan pusat rasa bahagia pada struktur saraf di salah satu bagian otak bernama
precuneus.
Lebih jauh peneliti juga menjelaskan rasa bahagia yang dirasakan orang dan terbaca di otak melalui MRI itu adalah yang disebabkan oleh emosi dan kepuasan dalam hidup. Ketika dua hal ini muncul secara bersamaan di
precuneus, hal itulah yang disebut sebagai perasaan kebahagiaan.
Precuneus ditemukan di bagian tengah parietal lobe otak manusia, tepatnya di bagian atas agak kebelakang kepala manusia. Bagian ini berkaitan pula dengan memori episodik, refleksi diri dan beberapa akses akan kesadaran. Sayangnya para dokter masih belum jelas tentang mekanisme neural dibalik kemunculan rasa bahagia ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam penelitian yang dikutip
Independent ini, para partisipan penelitian dipindai otaknya dengan MRI sembari mereka menyelesaikan sebuah survei. Survei berisi beberapa soal tentang bagaimana perasaan bahagia partisipan secara umum dan seberapa intens emosi itu, juga tentang perasaan-perasaan positif dan negatif dan seberapa puas partisipan dengan hidup mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara skor kebahagiaan subjektif dan membesarnya area abu-abu di
precuneus kanan. Sementara orang-orang yang menyatakan kepuasan akan kehidupan mereka memiliki
precuneus yang lebih besar lagi. Analisis juga mengindikasikan bahwa area yang sama juga berhubungan dengan kombinasi rasa positif dan negatif.
Penelitian ini juga menemukan bahwa orang merasakan emosi dengan berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang merasakan kebahagiaan lebih intens saat menerima pujian, misalnya.
Mereka yang merasakan kebahagiaan yang lebih dalam biasanya juga bisa merasakan kesedihan yang lebih dalam pula. Secara keseluruhan, temuan itu menyimpulkan bahwa precunes bisa memunculkan rasa bahagia dengan mengintegrasikan emosi dan komponen kognitif kebahagiaan.
“Sepanjang sejarah, banyak ilmuwan seperti Aristotle yang berkontemplasi bahwa tentang apa itu kebahagiaan. Saya sangat bahagia bahwa kami kini tahu lebih banyak tentang makna kebahagiaan,” kata Sato.
“Banyak penelitian yang telah menunjukkan bahwa meditasi meningkatkan area abu-abu di
precuneus. Ini adalah hal yang baru bahwa kebahagiaan yang terlihat di otak bisa digunakan untuk membangun program kebahagiaan berdasarkan penelitian ilmiah.”
(utw/utw)