Jakarta, CNN Indonesia -- Dipagari oleh Laut China Selatan, Selat Karimata, dan Laut Jawa, Belitung Timur adalah sebuah kabupaten dengan potensi wisata yang besar. Dibentuk Februari 2003, wilayah pemekaran Kecamatan Tanjung Pandan, Belitung Barat, ini terbilang masih sangat muda usianya, 12 tahun.
Kabupaten di Provinsi Bangka-Belitung ini disebut juga sebagai Beltim. Puncak kemashuran Beltim adalah saat film
Laskar Pelangi yang diadaptasi dari buku Andrea Hirata, dengan judul yang sama, diproduksi dengan latar kehidupan masyarakat Beltim.
Sebenarnya, Beltim adalah satu dari banyaknya surga wisata yang terdapat di Indonesia. Sayangnya, belum banyak yang tahu tentang wilayah-wilayah memesona di sana. Negeri Sejuta Pelangi ini tidak hanya memiliki banyak pantai dengan hamparan pasir putih nan indah tapi juga taman bawah laut elok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengetahui seberapa besar potensi keindahan alam bawah laut di Belitung Timur, sekelompok penyelam Indonesia melakukan eksplorasi pertama alam bawah laut Beltim.
“Kami diundang oleh pemda Belitung untuk mengeksplorasi bawah laut di Belitung Timur, apakah bisa dijadikan tujuan destinasi selam,” kata fotografer bawah laut Jilmi Astina Anif kepada
CNN Indonesia. Nantinya, hasil pantauan mereka akan menjadi rekomendasi untuk dinas pariwisata Beltim tentang potensi alam bawah laut di kabupaten tersebut.
Akhir pekan lalu, kelompok penyelam dari komunitas Scuba Diver, sudah siap di atas
boat besar di pelabuhan ASDP Manggar Belitung Timur. Matahari bersinar hangat di langit pelabuhan yang cerah. Sinarnya berkilau-kilau di atas permukaan laut yang tenang pagi itu.
Tabung-tabung oksigen dan alat selam kaki katak para penyelam terserak di geladak kapal. Tumpukan tas-tas diikat kuat dengan tambang di bagian belakang kapal. Setidaknya ada 20 orang berada di atas kapal ini.
Mereka adalah para penyelam, kru kapal, petugas dari dinas pariwisata Beltim, polisi kapal, dan beberapa wartawan.
Kegiatan yang akan dilakukan adalah
hoping island ke Pulau Siadong dan Pulau Penanas. “Ini adalah eksplorasi pertama bawah laut Belitung Timur. Pihak dinas pariwisata Beltim ingin melihat apa yang bisa dijual dari pariwisata bawah laut mereka,” kata seorang penyelam.
 Para penyelam melakukan eksplorasi bawah laut Belitung Timur. (CNN Indonesia/ Windratie) |
Surga BahariJam 09.00 jangkar dilepas, kapal perlahan berlayar. Beberapa kapal asing dengan nama-nama unik seperti No Regrets, Blue Shadow, dan Blue Wind bersandar di pesisir pelabuhan Beltim.
Mereka adalah rombongan dari Rally Yacht Blue Planet Oddysess (BPO) Inggris, yang singgah di Beltim dari 21-24 November 2015. Sebelumnya, Frans pemandu para jurnalis dari Dinas Pariwisata Beltim pernah bercerita, selama ini Beltim memang dikenal sebagai
stop point para yachter dunia.
Deru mesin kapal memecah heningnya laut. Di musim pancaroba menuju Desember kabarnya ombak bergolak cukup tinggi. Kapal berlayar dengan kecepatan tinggi di atas Laut Jawa. Perjalanan dari pelabuhan menuju Pulau Siadong berjarak sekitar satu jam dari pelabuhan Manggar.
Para penyelam, salah satunya adalah model yang juga duta WWF Davina Veronica, bersiap-siap mengenakan perlengkapan menyelam mereka. Dengan perahu karet, penyelam yang dibagi menjadi dua tim, berangkat ke titik penyelaman di sekitar Pulau Siadong. Sementara, mereka yang tidak menyelam menunggu cerita keindahan bawah laut Beltim dari atas kapal.
Selesai mengeksplor bawah laut Belitung Timur, fotografer bawah laut Jilmi Astina Anif mengatakan, tempat ini sangat layak menjadi destinasi wisata bawah laut.
“Ternyata wisata selam di Beltim punya potensi. Saat kami turun sejauh satu meter, kami sudah melihat koral yang rapat-rapat.
Hardcoral berjejer bertingkat. Ini bukan untuk destinasi selam saja tapi juga destinasi snorkeling,” kata Jilmi.
“Kalau di Pulau Weh (Aceh) kalau kita turun (menyelam), kita baru akan menemukan taman laut yang biru jernih pada kedalaman 26 sampai 35 meter. Sementara di Belitung Timur, mulai dari permukaan laut kita sudah bisa melihat taman lautnya.”
Jilmi yang juga penulis buku 'Surga Bawah Laut di Zona Khatulistiwa' itu bercerita, jarak pandang di beberapa titik selam yang dia eksplor sangat jernih. “Hardcoral dimulai dari satu meter hingga kedalaman yang bisa kita ketahui batasnya.”
Buku Limau, yang juga salah satu titik selam di Beltim, ternyata memiliki kekayaan ikan yang luar biasa.
“Kalau kita mau ke Arborek Raja Ampat untuk bertemu ribuan ikan-ikan kecil itu, di sini tadi ada. Ada ikan glasfish, ada ikan selar yang bisa kita makan. Kumpulan ikan-ikan itu biasanya datang pada waktu-waktu tertentu. Kalau di Raja Ampat hanya jam dua sampai jam lima, tapi di sini sepanjang waktu.”
Namun, Jilmi berpendapat, variasi koral di Beltim berbeda dengan bawah laut di Indonesia Timur. Di sana, hard coral dan soft coral yang lebih bervariasi.
“Sementara, kalau di sini hanya satu hardcoral misalnya coral table yang sekarang sudah terancam punah di Indonesia. Rose coral di sini juga ada, terus ada kima, kima adalah karang raksasa. Tadi kita ketemu barakuda di kedalaman satu meter. Biasanya, kita untuk bertemu barakuda mesti menyelam hingga ke dalam 15 sampai 40 meter,” kata Jilmi.
 Para penyelam melakukan eksplorasi bawah laut Belitung Timur. (CNN Indonesia/ Windratie) |
Banyak SampahSetelah melakukan eksplorasi ke beberapa titik penyelaman di Beltim, menurut Jilmi, wisata selam di Beltim amat berpotensi ditawarkan ke para penyelam pemula. Sebab, pada kedalaman satu meter saja, koral-koral sudah bisa dilihat.
Memang, hard coral bukan coral yang indah, seperti yang dimiliki laut-laut di Indonesia Timur dengan berbagai variasi koral. Namun, koral-koral yang rapat seperti di laut Beltim menandakan bahwa laut tersebut sehat.
Penduduk di sekitar perairan Beltim juga amat menjaga laut mereka, ini terlihat dari masih banyaknya ikan-ikan di laut. Hanya saja, masyarakat masih perlu diedukasi tentang kebersihan lingkungan, seperti tidak membuang sampah plastik di laut.
Model senior Davina yang ikut mengeksplorasi laut di Belitung Timur mengatakan, masalah yang dia lihat tidak hanya pada sampah, tapi juga efek dari penambangan. “Banyak tambang-tambang yang mungkin saja banyak buangan juga ke laut. Efeknya adalah kehidupan laut terganggu," ujar dia.
Merawat alam harus didukung oleh semua pihak, kata Davina. Mulai dari masyarakat, pemerintah, juga turis-turis yang berkunjung ke pulau mereka.
“Kalau bukan manusia yang menjaga lalu siapa lagi? Aku juga melihat di laut saat aku diving tadi, ada celana dalam, ada kantung plastik, padahal laut itu kan rumah bagi ikan-ikan. Bayangkan saja jika rumah kita dibuangi sampah, seperti apa sih hidup kita? Kotor, bau, jorok, penyakit. Kalau hidup kita enggak sehat lama-lama mati kali ya. Sama lah metaforanya,” tutur Davina.
 Para penyelam melakukan eksplorasi bawah laut Belitung Timur. (CNN Indonesia/ Windratie) |
Edukasi Masyarakat dan Pemetaan Titik SelamEksplorasi bawah laut Belitung Timur sudah dilakukan. Memang harus lebih banyak waktu untuk meneliti ekosistem alam yang utuh, apalagi jika letaknya di bawah permukaan laut, tidak cukup dua hari saja. Namun, para penyelam telah mencatat garis besar rekomendasi dari apa yang mereka saksikan di bawah laut kemarin.
Jilmi menyarankan ke dinas pariwisata kabupaten Beltim, sebaiknya minimal ada 20 titik selam jika mereka ingin menjadikan Beltim sebagai destinasi wisata selam. “Karena biasanya menyelam itu minimal empat hari tiga malam.” Yang tak kalah penting, pemerintah juga harus harus melakukan pemetaan titik selam.
Kedua, pemerintah bertanggungjawab untuk mendidik masyarakat lokal untuk menguasai wisata selam. Selanjutnya adalah mengedukasi masyarakat agar menjaga lingkungannya. Pemerintah juga harus mengemasnya dengan baik dalam promosi wisata selam.
Selain itu, fotografer bawah laut Sofi Sugiharto menyarankan agar pemerintah kabupaten Beltim membuat lokasi pusat penyelaman (dive centre). Belum adanya dive centre di Beltim dikhawatirkan membuat wisatawan bingung ketika mereka ingin melakukan olaharaga selam ini.
“Kalau pemerintah Beltim sudah memiliki orang-orang terlatih untuk dive center, ketika wisatawan ingin menyelam mereka akan mencari dive centre,” kata Sofi yang yang beberapa kali menjuarai kompetisi foto bawah laut.
Sementara itu, menurut Sofi, Beltim masih punya banyak pekerjaan rumah sebelum bisa jadi daerah wisata selam. “Kalau potensinya
sih bagus.
Visibility oke, jauh lebih bagus daripada (Pulau) Pramuka. Pramuka
kan kadang-kadang bersih, kadang-kadang jarak (pandang) pendek. Kalau di Beltim jarak jauh masih
clear kok."
 Para penyelam melakukan eksplorasi bawah laut Belitung Timur. (CNN Indonesia/ Windratie) |
(win/les)