Jakarta, CNN Indonesia -- Kanker prostat adalah kanker paling umum di kalangan pria Amerika Serikat, dan merupakan penyebab utama kematian ke-5 akibat kanker, pada pria secara global.
Angka kematian akibat kanker prostat menurun di sebagian besar negara berkembang. Sebaliknya, meningkat di beberapa negara Eropa dan Asia, seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan Rusia.
Sebuah cara non-invasif untuk mengangkat tumor kanker prostat kini tersedia di Amerika Serikat dengan bantuan teknologi robotik. The University of Southern California menjadi pusat medis pertama di AS yang melakukan prosedur jenis ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Brett Lindsay adalah pasien pertama yang mencetak sejarah dengan menjalani prosedur bedah robotik, yang dikenal sebagai teknik intensitas tinggi yang berfokus pada ultrasound atau High Intensity Focused Ultrasound (HIFU).
“Saya senang dengan prosedur baru ini karena relatif non-invasif. Waktu pemulihannya jauh lebih cepat, tak perlu membuang prostatnya,” ujar Lindsay seperti dilansir
Voice of America.
Lembaga Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika (FDA) baru saja menyetujui prosedur tersebut walau di negara lain sudah 10 tahun digunakan untuk mengobati kanker.
Inderbir Gill, urolog kepala di Institut Urologi, University of Southern California di Keck Medicine of USC mengatakan pengobatan tradisional kanker, dengan mengangkat seluruh kelenjar atau menggunakan teknik radiasi, mempengaruhi kualitas hidup pasien.
“Syaraf yang berada di samping prostat bertanggung jawab untuk ereksi, dan
sphincter yang berada di samping prostat bertanggung jawab untuk menahan kencing, keduanya vital. Jadi, ya, Anda menangani kankernya, tapi secara signifikan berdampak juga pada kualitas hidup orangnya,” kata Gill.
Hanya kanker yang ditujuDengan HIFU, hanya kanker yang teridentifikasi yang disasar dan dihancurkan. Prosedur HIFU adalah prosedur rawat jalan, ujar Robert Barnett dari SonaCare Medical, salah satu produsen teknologi tersebut.
“Kami mengambil energi ultrasound dari sebuah cekungan atau permukaan seperti mangkok dan membawanya ke titik fokus. Di titik itu didapat sangat banyak panas dan kami dapat merusak jaringannya,” ujar Barnett.
Peralatan HIFU digunakan Eropa Barat, Amerka Latin, dan beberapa negara di Asia, tapi tak banyak digunakan di negara-negara berkembang.
"Saya rasa masalah keuangan. Negara-negara berkembang tak memiliki sumber daya untuk berkomitmen pada perawatan kesehatan. Fokus mereka lebih pada pencegahan penyakit menular," kata Barnett.
Namun, lanjutnya, melihat biaya global untuk pengobatan kanker prostat, teknologi HIFU lebih murah dibanding radiasi dan dapat dengan mudah diimplementasikan dalam teknologi medis canggih.
Gill mengatakan menerapkan prosedur HIFU di pusat kesehatan akademis akan memungkinkan penelitian lebih lanjut dari hasil prosedur HIFU, selain meminimalkan efek samping dan memajukan teknologi.
(sil/les)