Puber Kedua Pria Bisa Jadi Tanda Masalah Seksual

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 20 Nov 2015 07:06 WIB
Puber kedua dianggap normal di masyarakat. Padahal, hal itu menandakan kesehatan seksual mereka yang menurun.
Ilustrasi pria maskulin (Thinkstock/kieferpix)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mitos yang beredar di masyarakat, laki-laki wajar mengalami pubertas kedua di usia paruh baya. Konon, di usia tersebut laki-laki suka mencari kesenangan baru, termasuk istri muda atau wanita idaman lain.

Dokter spesialis andrologi Nugroho Setiawan mengatakan, jika orang berpikir laki-laki semacam itu memiliki kemampuan seksual yang luar biasa, itu tidak benar sama sekali.

Sebaliknya, hal itu menandakan kesehatan seksual mereka yang menurun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dia tidak mengakui kalau kesehatan seksualnya menurun maka dia cari partner baru, karena merasa partner baru pasti rangsangannya lebih tinggi,” kata Nugrono dalam acara dialog media bertajuk SMILE (Seputar Masalah Intim Laki-Laki), di DoubleTree Hotel, Jakarta, Kamis (19/11)

Sayangnya, meskipun pasangan baru memberikan rangsangan lebih tinggi, Nugroho mengatakan, rangsangan itu tidak akan bertahan lama, dan akhirnya si lelaki akan akan kembali mencari pasangan lain.

“Orang akan mengasumsikan si laki-laki hebat karena perempuannya ganti-ganti,” kata Nugroho.

Padahal sebaliknya, berganti-berganti pasangan intim menandakan lelaki tersebut mencari rangsangan baru karena dia tidak mengetahui adanya gangguan kesehatan, ujar dokter yang mengambil gelar S2 di bidang andrologi di Universitas Airlangga itu.

“Yang baik adalah ketika dia dengan pasangan yang tetap, dan tidak ada masalah.”

Kurangnya testosteron pada laki-laki bisa disebabkan oleh dua faktor, primer hipogonadisme dan sekunder hipogonadisme. Nugroho menjelaskan, testis merupakan 'pabrik' testosteron dan sperma. Kurangnya testosteron (hipogonadisme) bisa terjadi karena testis yang rusak.

“Testosteronnya cukup tapi pabriknya (testis) enggak mau membuat, dalam dunia kedokteran ini disebut primer hipogonadisme.”

Kondisi berikutnya adalah ketika testis berfungsi dengan baik tapi testosteron yang dihasilkan tidak cukup. “Mungkin karena gaya hidup, pekerjaan yang tidak jelas (ritmenya), kondisi ini disebut sebagai sekunder hipogonadisme atau kurangnya testosteron karena pengaruh yang lain.”

Nugroho mengatakan, “Gambaran orang-orang yang menderita hipogonadisme adalah berperut buncit, lekas lelah, mudah mengantuk, disfungsi ereksi, itu adalah sindrom keluhan hipogonadisme.” (les)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER