Jakarta, CNN Indonesia -- Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa hari ini, 19 November 2015, diperingati sebagai hari laki-laki sedunia. Momen ini pun dipakai untuk kembali mengingatkan pentingnya masalah kesehatan intim laki-laki.
Salah satu kondisi kesehatan intim laki-laki yang menjadi perhatian adalah hipogonadisme atau sindrom defisiensi testosteron. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan laki-laki, yang akhirnya bisa memengaruhi kualitas hidup laki-laki.
Menurut dokter spesialis andrologi Nugroho Setiawan, hipogonadisme pada laki-laki merupakan sindrom klinis yang diakibatkan oleh kegagalan testis memproduksi kadar testosteron dan jumlah sperma yang normal.
“Hipogonadisme adalah pria-pria yang memiliki keluhan disebabkan karena testis atau buah pelir mereka tidak bisa memproduksi testosteron dengan baik,” kata Nugroho dalam dialog media bertajuk SMILE (Seputar Masalah Intim Laki-Laki) di DoubleTree Hotel, Jakarta, Kamis (19/11).
Menurut Nugroho, 95 persen dari testosteron dihasilkan oleh testis. Testis memproduksi testosteron karena dipicu oleh kelenjar yang bernama hipofisis anterior dan hipotalamus.
Testosteron memiliki pengaruh yang sangat besar. Nugroho mengatakan, testis laki-laki merupakan pabrik sperma dan pabrik testosteron. “Testosteron akan memengaruhi seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.”
“Testosteron di penis berfungsi untuk ereksi, ejakulasi, sehingga kalau laki-laki testosteronnya tidak mencukupi, pasti fungsinya tidak optimal,” ujar dokter RSUP Fatmawati tersebut.
Nugroho menekankan bahwa testosteron sangat penting bagi laki-laki. Peran testosteron dimulai dari dalam kandungan, sewaktu ibu mengandung janinnya.
“Kehamilan itu terjadi undifferentiated, jadi laki-laki dan perempuan sama. Pada minggu ketujuh janin mulai terpisah. Yang laki jadi laki yang perempuan jadi perempuan. Kenapa terpisahnya, karena hormon testosteron”.
Semenjak dalam kandungan, testosteron sangat penting menentukan laki-laki dan perempuan. Ketika di dalam kandungan hormon testosteron kurang, maka pembentukan sifat maskulinitas janin tidak terjadi secara penuh.
Bayi laki-laki yang kekurangan testosteron akan menyebabkan organ genitalnya tidak sempurna. “Jadi kalau punya anak laki-laki penisnya kok kecil, itu kemungkinan testosteronnya kurang,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret tersebut.
Nugroho melanjutkan, ukuran alat vital laki-laki akan memengaruhi bagian genital lainnya. “Salah satunya adalah kantong pelir yang tidak berkembang, dalam artian, bentuknya tidak normal."
Menurutnya, testis yang tidak menggelantung akan terganggu tingkat kesuburannya. Sementara, pada laki-laki dewasa, fungsi kejantanannya menjadi tidak maksimal. “Kalau testosteron kurang, ereksi akan terganggu, ejakulasi akan terganggu, gairah terganggu, tingkat kepriaannya terganggu. Gairah enggak ada, mudah capek.”(les/les)