Jakarta, CNN Indonesia -- Mempunyai desainer bertalenta dengan rancangan yang indah dan dipuji para pakar fesyen, tidak menjamin industri fesyen Indonesia akan berkembang pesat dan menembus pasar dunia. Para desainer juga harus bisa memasarkan produknya dan membuat bisnisnya tetap bertahan.
Namun, nyatanya tidak banyak dari mereka yang bisa bertahan. Beberapa kali memamerkan karya apik, tapi kemudian menghilang ditelan waktu. Tak tahu kehabisan ide, tertutup pamor desainer baru, atau sudah tidak menjalankan bisnisnya lagi.
Kebanyakan dari mereka tidak bisa melanjutkan bisnis fesyennya karena kekurangan dana. Direktur Utama PT Angkasa Pura Retail Teges Prita Soraya mengatakan, sebagian desainer memang tak punya dana besar, apalagi desainer muda yang baru memulai debutnya di dunia fesyen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itulah Teges membuat inkubator bisnis. Ia sadar betul kalau para desainer muda membutuhkan inkubator fesyen untuk membangun bisnisnya.
Teges pernah membuka inkubator fesyen sekaligus butik kolektif untuk desainer muda di salah satu pusat perbelanjaan ternama di bilangan Thamrin, Jakarta bernama Level One. Danjyo-Hiyoji, Hunting Fields, dan Kle menjadi desainer terpilih untuk diinkubasi.
Teges mengklaim, progamnya itu berhasil membuat para desainer itu melambung namanya. Tipsnya adalah berkomitmen untuk berbisnis.
"Jangan cuma jadi inkubator. Harus
support dagang, diajak kerja sama-sama, dikasih tempat,
revenue sharing," kata Teges.
"Harus diajar dagang sama-sama, kalau tidak, berat, mereka
kan juga dananya susah."
Setelah dua tahun berdiri, pada 2012, Level One akhirnya tutup. Tapi, Teges mengatakan hal itu terjadi karena ketiga merek fesyen sudah matang dan sekaligus kontrak Level One sudah habis. Selain itu alasan Level One tidak diperpanjang karena pusat perbelanjaan tersebut ingin mengubah konsep malnya.
Kini, Teges kembali membuat gerai bernapas sama yang sekaligus berfungsi sebagai inkubator fesyen. Ia juga kembali merangkul desainer muda yang sedang menapaki karier dan membangun bisnis di dunia fesyen.
KLE, Bleach Project, RAD Studios, Arthrtiks, Austere by Tri Handoko, Purana RTW, Pinx Project, Style Supply ID, Black Book, Richfield, Lashes by Moza, dan Polca Cosmetics adalah sederet nama merek fesyen dan produk kecantikan yang kini digandeng Teges untuk bekerja sama. Semuanya diberi wadah agar produknya bisa lebih jauh lagi menjangkau pasar.
Teges juga memberlakukan ‘peraturan’ sama pada semua desainer agar inkubator bisnis yang sekaligus menjadi butik kolektif itu, bisa membuat produk mereka lebih laris di pasaran. Mereka harus punya komitmen dalam berdagang.
"Mereka harus konsisten dan menganggap ini adalah usaha dan dagangan beneran. Harus dikasih peraturan yang baku," ujar Teges.
Ia pun memberi banyak persyaratan bagi para desainer yang ia ajak bekerja sama agar tujuan membangun merek fesyen mereka tercapai.
"Mereka tidak boleh kekurangan barang, tidak boleh ada barang yang rusak, minimal harus mengeluarkan tiga koleksi dalam setahun," kata Teges.
(les/les)