Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah keluar dari Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), Ali Charisma bersama 118 perancang mode lainnya membentuk asosiasi perancang mode bernama Indonesian Fashion Chamber (IFC). Mereka mendeklarasikan asosiasi itu di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (16/12).
"Dahulu kami ikut membangun program yang sebelumnya namun semangatnya beda, dan kini kami seperti ditantang kembali. Ibarat rumah, kalau punya rumah baru kan ingin berdandan lebih. Lebih mudah membangun dari awal, kalau dahulu kan sudah ada, jadi kami bisanya memperbaiki. Lebih mudah bangun dari nol," kata Ali, ketika ditemui usai deklarasi.
IFC mengklaim telah memiliki 11 cabang yang mereka sebut sebagai chapter di berbagai kota di Indonesia, mulai dari Banda Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Pontianak, dan Makassar. Kesebelas kota tersebut sudah memiliki pengurusnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam arah berjalannya, IFC akan bergerak di industri mode dengan kekhususan ready-to-wear-craft dan modest fashion. IFC juga memiliki rencana untuk mengembangkan tiga sektor, seperti research and development, sumber daya manusia, dan bisnis yang mencakup desain & label, pemasaran dan distribusi, serta kewirausahaan unit kecil dan menengah.
Ali Charisma dalam kesempatan yang sama juga dilantik menjadi National Chairman dari IFC. Ali dibantu oleh lima National Vice Chairman, seperti Irna Mutiara yang mengurusi
Education & Research Development, Lia Mustafa mengurus
Intern Organisation, Wigno Rahardi menangani
Institution Relation, Deden Siswanto mengurus
Product Development, Lenny Agustin membidangi
Marketing Communication & Public Relation, serta Ferry Sunarto yang menangani
Business Development.
IFC juga memiliki dewan penasihat yaitu Eric Tuapattinaya, Susan Budihardjo, Afif Syukur, Taruna K Kusmayadi, dan Dina Midiani.
"Kami akan perkuat untuk tingkat internasional, tetapi tidak meninggalkan yang lokal. Untuk pasar internasional kami sudah punya tim sendiri yang spesifik. Mungkin zaman saya dahulu sedikit yang membangun program kerjanya, sekarang lengkap banget sampai bisnis dalam negeri dan luar negeri dipisah-pisah. Tim lebih banyak dan semuanya semangat untuk membantu memajukan industri mode," kata Ali.
 Ali Charisma, National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC). (CNN Indonesia/Endro Priherdityo) |
Darah Muda dan Busana MuslimIFC diakui Ali lebih memilih para desainer muda sebagai anggotanya. Hal ini ditunjukkan melalui filosofi logo yang menggunakan warna oranye untuk huruf 'F', yang ditujukan menggambarkan jiwa muda serta kreatif. Bahkan Ali menjamin bahwa IFC bukan hanya terbuka untuk desainer, tetapi bagi siapapun yang berminat ataupun berkecimpung di dunia kreatif seperti Event Organizer, pengusaha tekstil, hingga media.
Namun Ali memang mencantumkan prasyarat untuk menerima seseorang menjadi anggota IFC. Asosiasi yang diakui mulai digagas November 2015 ini, menerapkan standar tertentu dan akan dikurasi atau diseleksi oleh tim yang sudah ditunjuk khusus. Hal ini diakui Ali untuk menjaga kualitas dan komitmen para anggota IFC.
"IFC sebenarnya sudah mendekati para desainer muda yang baru lulus, ada sekitar 60 orang, sebagian sudah punya bisnis. Mereka dikumpulkan menjadi komunitas dahulu, kami beri saran berbagai hal. Tidak bisa langsung gabung IFC, baru dapat bergabung bila qualified," kata Ali.
"Kami juga beri kemudahan dari segi finansial untuk anak muda. Yang senior kami terbuka, tetapi tidak menjadi prioritas. Kami sadar anak-anak muda ini kaya akan ide tapi mungkin masih bingung mewujudkannya seperti apa," kata Ali.
Ali dan kawan-kawan yakin bahwa IFC dapat mendampingi visi pemerintah untuk mewujudkan Indonesia, sebagai salah satu kiblat mode dunia pada 2025. Salah satu yang diinginkan adalah menjadi pusat mode busana muslim atau
modest wear.
Pakaian modest baik berupa pakaian tertutup, kaftan, scarf, hingga kerudung menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir. Terlihat dari semakin banyaknya wanita muslim Indonesia mengenakan pakaian yang bernuansa syar’i. Tetapi bukan hanya wanita muslim yang gemar mengenakan modest wear, pun dengan wanita non-muslim.
"
Modest wear itu pasarnya sangat menjanjikan, bisa berlipat-lipat dibanding yang biasanya. Namun sedihnya masih banyak desainer yang produksi di luar negeri dengan alasan biaya produksi lebih rendah, seperti di China dan Turki," kata Ali.
"Namun bukan berarti kami akan menyerah, kami akan tetap mempersilakan, tetapi sembari mempelajari agar Indonesia dapat memproduksi. Kalau dilarang produksi di luar, Indonesia tidak akan belajar, harus ada saingan dan perbandingannya."
Belum Bahas ProgramMeski sudah memaparkan visi dan misi dengan panjang lebar, namun di deklarasi perdana IFC ini belum menunjukkan program kerja yang akan dibawa. Para anggota yang hadir sekitar seratus ini, baru akan membahas program kerja setelah deklarasi dan jumpa media dilaksanakan.
Ali merencanakan beberapa program yang akan coba ditawarkan kepada anggota IFC. Ia mengakui sangat menerima berbagai masukan mengenai program jangka pendek dan panjang yang akan dijadikan program IFC ke depan. Namun beberapa ide program seperti
Young Designers Incubator Program dan
Indonesia Trend Forecasting, dijanjikan ada dari IFC.
"Kami baru akan membahasnya. Dan semoga di pertemuan selanjutnya dengan media, kami sudah lebih siap memaparkan program," kata Ali. "Yang jelas kami memang akan mengadakan program yang besar, namun bukan jadi tujuan utama kami.”
IFC hadir setelah terjadi perpecahan dalam tubuh Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang telah berdiri sejak 1993. Sebelumnya, Ali Charisma adalah Ketua Umum APPMI untuk periode 2015 hingga 2020. Namun baru beberapa bulan berselang, Ali memutuskan mengundurkan diri bersama dengan enam desainer APPMI lainnya.
Ketujuh desainer senior yang mundur dari asosiasi mode terbesar di Indonesia tersebut adalah Taruna K Kusmayadi, Dina Midiani, Lisa Fitria, Sofie, Deden Siswanto, Ali Charisma, dan Lenny Agustin. Dari tujuh orang tersebut, semuanya berkumpul dalam IFC dan memegang peranan cukup penting dalam organisasi baru lahir tersebut.
Mundurnya Ali dan kawan-kawan dari APPMI juga sekaligus menyatakan keluarnya mereka dari kepanitiaan Indonesia Fashion Week (IFW) yang tengah dalam proses persiapan pentas 2016 mendatang. Namun dalam sebuah pernyataan di depan media beberapa waktu lalu, Poppy Darsono, pendiri sekaligus presiden sementara APPM, mengatakan akan tetap mengadakan IFW pada Maret 2016.
Kendati tak lagi bersama wadah yang membesarkan namanya, Ali mengaku tetap mendukung industri mode Indonesia lewat IFC.
"Saya yakin mereka (APPMI) juga berkembang dan punya program baru yang tidak saya ketahui. Tapi kalau dahulu saya sebagai pengurusnya, dan ada program yang saya yakini bagus, maka saya lanjutkan di rumah saya yang baru ini, IFC,” katanya.
(les/les)