Jakarta, CNN Indonesia -- Selama 43 tahun terakhir, pembawa acara ajang kecantikan dunia seperti Miss World maupun Miss Universe tidak pernah menyebut nama Irak. Bertahun-tahun, kontes kecantikan memang tidak diselenggarakan di negara konflik itu. Tak heran mereka tak punya wakil di kancah dunia.
Namun akhir pekan lalu, sebuah mahkota mendarat di atas kepala Shaima Qasim, seorang gadis 20 tahun. Selempangnya menunjukkan, ia merupakan Miss Irak yang baru. Ia terpilih dalam kontes pertama yang diadakan di Baghdad setelah 43 tahun tak pernah terselenggara.
Menurut direktur kontes kecantikan Miss Irak, Ahmed Leith, penyelenggaraan ajang itu penting di tengah kondisi masyarakat yang melemah. "Irak membutuhkan ini," katanya, seperti dikutip dari
CNN. Mereka membutuhkan "suntikan" kondisi normal. Penyelenggaraan kontes kecantikan bisa menjadi jalannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin merayakan ini dengan cara yang sama seperti negara lain, Lebanon dan yang lain. Agar mendapat perasaan normal," katanya.
Menyelenggarakan kontes kecantikan di tengah situasi konflik memang mulanya tidak mudah. Semakin mendekati tenggat waktu dan acara pengumuman, jumlah kontestan justru sedikit. Dari 200 partisipan, berkurang menjadi tinggal 10 orang. Penyebabnya, banyak ancaman masuk.
Di situs resmi Miss Irak dan laman Facebook-nya, banjir ancaman mati untuk para gadis itu.
Beruntung Qasim tidak termasuk yang menyerah. Mahasiswa Ekonomi dari Universitas Kirkuk itu akhirnya muncul sebagai Miss Irak. Penganugerahan mahkotanya, diiringi tepuk tangan dan senyum segelintir orang yang mengapresiasi keteguhannya melawan keanehan.
Bagi Leith dan penonton Miss Irak, kemenangan Qasim itu lebih dari sekadar kontes kecantikan. "Ini tentang memiliki dukungan untuk berditi tegak melawan semua keanegan yang ada. Sesuatu yang kami semua coba untuk lakukan," kata Leith dengan penuh optimisme.
(rsa)