Para 'Ayah Super' Korea Selatan yang Melanggar Tradisi

Windratie | CNN Indonesia
Rabu, 30 Des 2015 10:13 WIB
Para ayah di Korea Selatan kini menyiapkan sarapan untuk anak dan mencuci piring. Mereka berhak untuk cuti ayah seperti halnya perempuan Korea Selatan.
Ilustrasi ayah dan anak. (Getty images/ Thinkstock/Deklofenak)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pagi di hari kerja, Chung Sang-hoon  (34) berada di rumah dengan kedua anaknya yang masih kecil. Mereka memainkan musik klasik di halaman belakang.

Chung yang bekerja sebagai tenaga penjualan di sebuah perusahaan asing besar itu mengambil cuti ayah. Seorang ayah seperti Chung amat jarang ada di Korea Selatan, negara yang didominasi laki-laki. Mereka disebut sebagai 'ayah super', yang jumlahnya kini semakin tumbuh.

“Semuanya sangat setimpal, dari menyiapkan sarapan untuk anak-anak sampai mencuci piring. Saya dapat hidup demi nilai-nilai yang saya anggap penting,” kata Chung yang istrinya seorang guru itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada keyakinan yang sejak lama dipegang para perempuan Korea Selatan. Mereka percaya para majikan akan menghukum mereka dengan gaji kecil dan tidak dipromosikan karena mengambil waktu libur lama untuk mengurus anak.

Kekhawatiran tersebut berkontribusi pada rendahnya tingkat kelahiran di antara kelompok negara-negara kaya OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). Korea Selatan masuk dalam peringkat ke 115 dari 145 dalam indeks kesetaraan gender Forum Ekonomi Dunia.

Presiden Korsel Pak Geun-hye menjadikan cuti ayah sebagai prioritas untuk mengatasi menurunnya tingkat kelahiran dan memberi dorongan untuk karier perempuan. Dilaporkan oleh Reuters, bulan ini dia mengungkap rencana bernilai triliunan untuk mengatasi prospek suram demografi itu.

Meskipun ayah dan ibu berhak atas jumlah cuti yang sama, tapi hanya sekitar 3.421 laki-laki memanfaatkan hak itu pada 2014. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dari 1.790 laki-laki, pada 2012, yang meletakkan laptop mereka untuk mengurus anak secara penuh, berdasarkan Kementerian Tenaga Kerja Korsel.

“Seluruh perekonomian sudah tidak seimbang lagi,” kata Na Yeong-don, pejabat kementerian tenaga kerja senior, seperti dilaporkan oleh Reuters. “Perempuan sangat terpelajar dan bekerja dengan efisien, tapi mereka menanggung beban mengurus rumah tangga dan anak-anak sementara laki-laki bekerja lama selama berjam-jam.”

(win/win)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER