Jakarta, CNN Indonesia -- Perjalanan dengan pesawat terbang tak melulu berjalan mulus. Terkadang terjadi guncangan akibat turbulensi. Tak jarang hal ini kerap membuat penumpang jadi sedikit kaget atau bahkan takut.
Berdasarkan studi dari situs travel logistic,
Travelmath, ketakutan dimulai pada 30.000 kaki di udara. Di ketinggian tersebut bukan cuma guncangan yang mungkin terjadi, tapi juga masalah lain.
Mengutip
Conde Nast Traveler, sekitar 29 persen dari 2000 responden yang disurvei menyatakan tak punya kekhawatiran apapun saat terbang. Namun 38 persen lainnya ketakutan, sampai-sampai tak mau sering-sering pergi dengan pesawat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang mengejutkan, sekitar 85 persen responden ternyata lebih takut pada jadwal pesawat yang terlambat atau dibatalkan dibanding terjadi guncangan. Jadwal penerbangan diundur atau batal adalah faktor yang paling membuat stres para wisatawan.
Apalagi yang mereka takutkan?
1. Sekitar 72 persen responden khawatir akan cuaca buruk
2. Sekitar 68 persen merasa khawatir ketika mereka berwisata sendirian keluar negeri.
3. sekitar 67 persen merasa khawatir akan masalah yang dialami berbagai penerbangan seperti yang ada di dalam berita.
4. Sekitar 66 persen lainnya khawatir akan masalah mesin saat penerbangan.
5. Beberapa persen responden lainnya merasa khawatir jika mereka harus duduk di kursi dekat pintu keluar darurat (karena mereka harus tetap tenang jika ada masalah darurat). Selain itu ketidaknyamanan karena posisi duduk yang sempit juga jadi masalah bagi mereka yang duduk di tempat itu.
Siapa lebih dipercaya?Saat sedang terbang, sudah tentu Anda harus percaya penuh pada orang-orang yang mengelola maskapai penerbangan yang dipilih. Dari pramugari, pilot, teknisi, dan petugas lainnya yang memungkinkan Anda untuk bisa pergi tanpa hambatan.
Berdasar studi tersebut, ternyata tak semua orang setuju bahwa hanya orang-orang itu saja yang berperan pada keselamatan penumpang. Secara keseluruhan, 85 persen responden percaya pada maskapai dan juga bandara dapat membuat mereka lebih aman. Sementara itu, 95 persen orang percaya pada pramugari, teknisi pesawat (93 persen), dan pilot (92 persen). Di peringkat kepercayaan paling rendah adalah penumpang lain (65 persen).
Perilaku karena takut dipengaruhi jenis kelaminSetiap orang tanpa pandang bulu, jenis kelamin, dan usia memang wajar saja merasa takut ketika terjadi masalah dalam penerbangannya. Laki-laki dan perempuan ternyata punya cara dan tingkat kecemasan yang berbeda.
Sekitar 34 persen pria dilaporkan tak cemas selama penerbangan. Sementara itu hanya 21 perempuan yang merasa tak cemas. Yang paling menarik adalah bagaimana cara laki-laki dan perempuan untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan mereka selama terbang.
Survei ini menunjukkan 70 persen perempuan mengalihkan kecemasan mereka dengan membaca buku atau menonton film di pesawat. Selain itu 28 persen perempuan lainnya akan berdoa ketika cemas, dan 19 persen lainnya akan minum obat.
Berbeda dengan perempuan, laki-laki punya cara lainnya. Mereka mengalihkan kecemasannya dengan cara minum. Mereka akan minum (biasanya alkohol) sebelum dan selama penerbangan untuk menenangkan saraf mereka.