Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Sibuk bekerja kini bukan alasan bagi warga kota metropolitan untuk tetap melajang. Punya pacar atau tidak, memang pilihan. Tapi tidak punya pacar dengan dalih sibuk sudah ketinggalan zaman.
Mencari cinta sekarang bisa dilakukan dengan ujung jari, karena kemajuan teknologi dan inovasi bisnis telah menelurkan berbagai aplikasi mencari jodoh. Sebut saja Match atau eHarmony yang bisa ditemukan di App Store atau Google Play.
Ada Tinder atau Grindr, aplikasi kencan populer yang membuat penggunanya tinggal "
swipe right-swipe left" dari setumpuk kandidat. Jenis kelamin, usia, bahkan jaraknya bisa ditentukan sesuai kesukaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aplikasi berkirim pesan seperti We Chat bahkan dilengkapi "radar" pencari pengguna aplikasi yang sama dalam jarak dekat. Jika ada yang menarik meski belum kenal, bisa diajak kenalan saat itu juga.
Dan bagi yang masih percaya dengan cara konvensional yaitu masih membutuhkan "perantara," alias mak comblang, bisa mencoba Setipe atau Lunch Actually.
Perantara
online maupun
offline memutuskan "menjaring cinta" di Indonesia karena menilai pasarnya makin berkembang. Pasar dalam konteks ini tentu saja artinya jumlah lajang yang tersedia.
Namun, belum semua lajang di Indonesia terbuka pada kencan-kencan
online maupun
offline. Ikut kencan kilat saja masih tabu karena mereka merasa seperti mengakui masih lajang dan tak laku.
Ke-dua, masih ada unsur tak percaya. Bertemu dengan orang yang benar-benar asing? Itu bisa berarti penipuan, kekerasan, bahkan perkosaan.
Jika memang ingin mencari cinta, bukan lagi diam dan menunggu ia tiba, risiko-risiko itu harus ditempuh. Kejahatan memang akan selalu mengintai, dan pembuat aplikasi tidak bisa bertanggung jawab apa yang terjadi usai pertemuan.
Maka yang perlu diperhatikan adalah perisai diri. Jujur, dimulai dari diri sendiri. Jika memang hanya ingin mencari teman, tegaskan sejak awal. Tak perlu mengiyakan semua ajakan. Sebab tak bisa dipungkiri, aplikasi kencan, terutama yang asalnya dari Barat, memberi model pergaulan yang berbeda.
Perilaku seks bebas jadi semakin terbuka. Jika tak ingin terjebak di dalamnya, lebih baik hindari sejak awal dengan meminta bertemu di tempat yang ramai dan aman atau tidak berbusana mengundang.
Nasihat "nenek" untuk tidak terlalu percaya pada orang asing pun patut diterapkan. Tidak sedikit yang memanfaatkan kencan barunya untuk meminta uang dengan bejibun janji yang ternyata tak dipenuhi. Ujung-ujungnya, bukannya dapat cinta tetapi mendapat bencana.
Kehadiran berbagai aplikasi kencan ke Indonesia bisa mengubah banyak hal, terutama berkaitan dengan perilaku. Aplikasi itu juga memungkinkan perempuan jadi lebih berani memburu cinta, tak lagi hanya berpangku tangan menunggu dipilih pria.
Pun tak perlu lagi merasa malu karena kondisi fisik yang dirasa kurang. Meski menurut survei pria masih pencari penampilan fisik, berdasarkan pengalaman, salon mahal, gaun baru, dandan plus bulu mata palsu tak selalu diperlukan untuk menarik perhatian.
Beberapa pria mungkin melihat fisik sebagai tolok ukur utama. Namun seiring obrolan berjalan, percayalah, mereka tidak akan terus-terusan menatap dandanan wanita di hadapannya. Mereka akan terhanyut pada pembicaraan yang asyik.
Nyambung diajak bicara apa saja, mampu membawa diri dan mengimbangi obrolan pria, tawa serta sikap yang tak dibuat-buat, akan jauh, jauh lebih memikat.
Being attractive is more important than being beautiful. Sudah banyak pria mengakuinya.
Intinya, tetap menjadi diri sendiri apa adanya. Aplikasi kencan memang dibuat untuk memudahkan mencari pasangan. Satu pria bahkan bisa berkencan dengan lebih dari satu wanita, atau sebaliknya, dalam satu hari. Kenalan, langsung lanjut janji temu.
Ada yang berbuntut perselisihan, tapi tak sedikit pula yang berujung pada pernikahan. Namun dengan segala konsekuensi perubahan perilaku yang dibawanya, aplikasi kencan hanya salah satu jalan mencari cinta. Masih banyak jalan menuju Roma.
Jika cukup fleksibel dan terbuka, silakan coba aplikasi kencan dengan segala positif dan negatifnya. Namun jika tidak sreg dengan itu, masih banyak cara lain yang bisa dicoba, mulai taaruf, minta dikenalkan teman atau orang tua, atau perjodohan tradisional.
Tapi jika cinta sudah bisa disentuh hanya dengan ujung jari, mengapa susah-susah ke sana kemari?
(rsa/yns)