LIPUTAN KHUSUS

Senjakala Kontak Jodoh Harian KOMPAS

Yuliawati | CNN Indonesia
Minggu, 14 Feb 2016 12:26 WIB
Berjaya selama 36 tahun, rubrik perjodohan Kontak yang setia hadir di layanan KOMPAS akhirnya menemui senjakala.
Rubrik Kontak Jodoh Harian Kompas. (Dok. Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak setahun lalu, rubrik Kontak tak lagi bisa menyapa para pembaca setia Harian KOMPAS. Kontak merupakan rubrik perjodohan yang sebelumnya kerap hadir mewarnai halaman koran KOMPAS akhir pekan selama 36 tahun.

Rupanya senjakala adalah hal yang niscaya bagi rubrik Kontak. Teknologi Digital, seperti diakui para pelakunya, menggilas aktivitas Kontak dan memaksa KOMPAS menutup rubrik yang telah mempertemukan ratusan bahkan mungkin ribuan pasangan itu.

“Dengan kemudahan pencarian jodoh lewat online, kami menganggap Kontak tak lagi diperlukan,” kata Heras Suaningsih, pengelola terakhir rubrik Kontak kepada CNNIndonesia.com, Rabu (10/2). Rubrik Kontak resmi ditutup pada awal Januari 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kontak menyapa pembaca KOMPAS sejak 5 November 1978. Mantan wartawan Kompas, P Hendranto merupakan pengelola terlama rubrik itu. Selama 19 tahun dia mengelola Kontak, mulai dari tahun 1982 hingga 2001.

“Saya berhenti mengelola setelah masuk pensiun,” kata Hendranto ditemui di redaksi Kompas, Kamis (11/2). Setelah Hendranto pensiun, pengelolaan Kontak dilanjutkan oleh almarhum Jimmy WP dan almarhum Muhamad Sudarta. Terakhir, Heras yang mengasuh rubrik itu.

Menurut Hendranto, ide Kontak lahir di meja redaksi. Ide datang dari August Parengkuan, mantan wartawan Kompas yang kini menjadi Duta Besar Indonesia di Italia.

“Tujuannya untuk membantu menghubungkan pria dan perempuan yang membutuhkan pasangan hidup,” kata Hendranto.

Rubrik itu disediakan khusus bagi mereka yang merasa terdesak usia namun belum menikah. KOMPAS mematok batas usia peserta yakni pria dan perempuan yang belum menikah minimal berusia 30 dan 27 tahun.

Selain itu, peserta yang mendaftar harus menyertakan foto kopi KTP dan bagi janda/duda wajib melampirkan bukti surat cerai atau surat kematian mantan pasangannya. Peserta juga diminta mencantumkan biodata sekilas mengenai pendidikan, hobi, kegiatan dan kriteria pasangan idaman.

Pengelola rubrik menyeleksi berkas permohonan. Peserta yang lolos kriteria akan mendapat satu nomor anggota dan biodata ditayangkan di Kontak.

Pengelola menggunakan nomor anggota sebagai identitas. Rubrik Kontak tak pernah mencantumkan nama, alamat atau nomor telepon peserta.

“Pembaca yang berminat kepada anggota dapat mengirimkan surat ke KOMPAS dengan menyebutkan nomor yang ditaksir,” kata Hendranto.

KOMPAS tak menarik biaya sama sekali, bahkan media cetak yang berdiri sejak 1965 itu mengeluarkan dana korespondensi. Surat dari peminat akan disampaikan Kompas ke peserta yang bersangkutan.

“Tak ada batasan surat yang dikirimkan, biasanya setiap pekan KOMPAS mengirimkan 200 surat,” kata Hendranto.

Namun, apabila anggota menghendakinya, surat peminat dapat diambil sendiri ke redaksi Kompas di Jalan Palmerah, Jakarta Barat.

Salah satu anggota Kontak, yang dipanggil Hendranto dengan sebutan dokter Heru, nama samaran, mengambil surat ke redaksi KOMPAS. Heru ini mendapat surat tanggapan sebanyak 164 surat sesudah biodatanya tercantum di Kontak.

“Peserta pria yang memiliki pekerjaan sebagai dokter atau insinyur selalu mendapat sambutan luar biasa, peminatnya bisa berjumlah ratusan,” kata Hendranto.

Namun, kata Hendranto, meski peserta bisa mendapat ratusan peminat, tak lantas membuatnya mudah berjodoh. Dokter Heru yang diceritakan Hendranto dalam artikel berjudul Suka Duka Mengasuh Rubrik Kontak yang terbit pada Minggu, 18 Desember 1983, tak menemukan tambatan hatinya meski menerima ratusan surat.

Antrean Hingga Enam Bulan

P. Hendranto, mantan redaktur Kompas yang pernah mengelola rubrik biro jodoh Kontak selama 19 tahun. (CNN Indonesia/Yuliawati)

Dalam seminggu, kata Hendranto, sekitar 50 orang mendaftar sebagai anggota Kontak. Namun, tak semua keanggotaan itu bisa tayang di Kompas. Maksimal jatah biodata anggota yang tayang di koran berjumlah 30 nomor.

Jumlah slot kolom untuk rubrik Kontak tergantung iklan lain yang ada di KOMPAS. Apabila iklan sedikit, slot untuk rubrik Kontak bisa bertambah, begitu berlaku sebaliknya.

“Apabila iklan sedang banyak, antrean tampil di Kontak mencapai enam bulan,” kata Heras.

Dalam artikel Suka Duka Mengasuh Rubrik Kontak, Hendranto mencatat pada dua bulan pertama sejak rubrik diluncurkan hanya terdapat 58 anggota yang mendaftar. Pada 1979 jumlah pendaftar menjadi 450 anggota. Keanggotaan terus meningkat dan tahun 1983 menjadi 1200 anggota.

Sayangnya, Kompas tak merekapitulasi jumlah seluruh keanggotaan sepanjang sejarah Kontak. “Banyak sekali,” kata Hendranto.

Siap Terima Curhatan

Mengasuh rubrik Kontak tak hanya menyeleksi dan mengirimkan surat ke peserta. Pengasuh Kontak juga otomatis menjadi pendengar, teman bicara dan membantu memberikan solusi kepada para anggota.

“Hampir setiap pekan ada saja yang menelpon ke kantor dan curhat dengan beragam masalah asmaranya,” kata Hendranto.

Bahkan, kata Hendranto, beberapa peserta yang berasal dari luar Pulau Jawa datang berkunjung menemuinya. “Buat yang datang dari jauh biasanya saya traktir makan dan minum saat mereka berkunjung,” katanya.

Hal yang sama dialami Heras. selama mengelola Kontak, selalu ada saja peserta yang meminta waktunya curhat dan mengajak bertemu.

“Saya biasanya meluangkan waktu di hari Sabtu, karena di hari biasa sibuk dengan pekerjaan,” kata Heras.

Menurut Heras, meskipun berat menanggapi segala macam curhatan, namun karena menganggapnya sebagai pelayanan, dia pun ringan menjalankannya.

Tak hanya curhatan, kadang peserta yang berhasil mendapatkan dambaan hatinya lewat Kontak memberikan ucapan terima kasih. Ungkapan terima kasih terkadang disertakan dalam bentuk bingkisan kue dan makanan.

“Saya menolak apabila ada yang ingin memberi uang, bila ada kiriman kue dan makanan biasanya kami makan bersama dengan teman-teman,” kata Heras.

Bersentuhan dan berteman dengan para anggota ini yang membuat Hendranto betah mengelola rubrik itu selama 19 tahun.

“Pekerjaan ini menyenangkan,” katanya. (yul/yul/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER