Mengapa Gaun Bridesmaids Harus Seragam?

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Senin, 28 Mar 2016 07:57 WIB
Sebagian orang percaya bahwa bridesmaids pada dasarnya umpan bagi roh jahat para mantan.
Gaun pengantin dan bridesmaids koleksi perancang Tato Prihasmanto. (ANTARA FOTO/Regina Safri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Walau tak ada pakemnya, bridesmaids (pengiring pengantin perempuan) hampir selalu bergaun seragam. Andaipun berbeda model, umumnya seragam di warna.

Dari mana bridesmaid harus bergaun seragam?

Menurut satu teori yang beredar adalah asalnya dari Roma Kuno, budaya yang menjunjung tinggi monogami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian orang percaya bahwa bridesmaids pada dasarnya umpan bagi roh jahat para mantan kekasih yang ingin menonton pesta pernikahan dan berusaha membuat kekacauan.

Sekelompok perempuan diberi pakaian seragam untuk mengalihkan perhatian si jahat dan memuluskan pasangan pengantin ini menikah tanpa halangan, demikian dilaporkan Mental Floss seperti dilansir Independent.

Namun demikian Dr Liz Gloyn, dosen di Classic and Royal Holloway, University of London, mengatakan pada The Independent bahwa ada kaitan antara Republiken atau tradisi pernikahan Kerajaan Romawi dan aturan gaun bridesmaids seragam hingga kini.

Dia menjelaskan ide ini kemungkinan berasal dari bentuk tertentu pernikahan Roma yang disebut confarreatio yang memerlukan saksi-saksi.

“[Confarreatio] memerlukan 10 saksi, tapi sumbernya tak mengatakan bahwa saksi tersebut harus berpakaian seragam, lagi pula mereka semua pria,” kata Dr Gloyn.

Dia menambahkan, “Pengantin perempuan Roma punya sekelompok perempuan yang mengiringi dari rumahnya ke rumah suaminya, dan ada kostum tertentu yang dikenakan pengantin perempuan.”

Menurut Dr Gloyn justru cadar-lah yang kemungkinan terinspirasi dari era Roma.

"[Pengantin perempuan]  mengenakan cadar berwarna kuning tua yang melambangkan harapan baik. Juga ini menandai masuknya dia ke dunia pernikahan sehingga disarankan agar dia mulai menutup kepalanya di depan publik.”

Baju bridesmaids di Barat kemungkinan terpengaruh aturan etiket dan pernikahan bangsawan pada zaman Ratu Victoria pada 1841, ujar Lou Taylor, Professor Sejarah Busana dan Tekstil di University of Brighton.

“Acara seperti ini dulu hingga sekarang jadi kesempatan bagi bangsawan atau penguasa pengadilan tampil di muka umum, khususnya melalui prosesi pernikahan di jalanan ibukota ke gereja Westminster Abbey.”

Kembali ke abad pertengahan, pernikahan bangsawan, hingga kini, mirip dengan pemakaman bangsawan, yang diatur rapi, rakyat menunjukkan dukungan pada kerajaan. Untuk pemakaman bangsawan, Lord Chamberlain mengharuskan baju berkabung bagi mereka yang mengikuti upacara, bahkan hingga ke jenis kain yang digunakan.

Serupa dengan itu, pernikahan bangsawan jadi kesempatan rakyat memberi dukungan pada pengantin baru.

“[Ratu Victoria) punya 12 bridesmaids, mengenakan gaun off the shoulder yang sedang tren pada 1840 itu, dengan mawar besar artifisial menghiasi rambut dan belakang telinga kanan mereka.”

“Mereka semua puteri tertua di tingkat bangsawan tertinggi. Ratu Victoria memberi mereka masing-masing bros berbentuk elang (penghias topi Pangeran Albert) dari turquoise dan mutiara,” ujar Profesor Taylor.

“Menurut saya, dengan mengatur bridesmaids secara formal mengenakan gaun yang sama, tak ada ruang bagi mereka bersaing satu sama lain, apa lagi pengantinnya, yang mengenakan gaun dan perhiasan lebih mewah.”

Seragam bridesmaids juga menandai otoritas keluarga bangsawan, dan pengabdian para tamu, ujarnya.

(sil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER