Jakarta, CNN Indonesia -- Dikenal sebagai Kota Udang, Cirebon kini mulai bergerak menjadi salah satu destinasi wisata andalan Indonesia untuk dunia. Melalui Festival Pesona Cirebon, kota yang dahulu berupa kesultanan ini menghadirkan berbagai kegiatan budaya demi menarik perhatian para wisatawan.
"Pemerintah kan menargetkan jumlah wisatawan pada 2019 itu 20 juta, 50 persennya dari Tiongkok.
Nah di Cirebon itu banyak sekali peninggalan Tiongkok," kata Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, saat ditemui
CNNIndonesia.com, di lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon, Kamis (31/3).
"Target itu kan perlu kesiapan, terutama di daerah sebagai bentuk real, salah satu bentuk dukungan kesiapan Cirebon adalah dengan Festival Pesona Cirebon," kata Sultan. "Kami ingin masyarakat Indonesia lebih kenal dengan Cirebon.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Festival Pesona Cirebon tahun ini adalah penyelenggaraan untuk pertama kali. Diinisiasi oleh Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, FPC rencananya akan diselenggarakan di seluruh penjuru Cirebon pada 31 Maret hingga 2 April 2016.
Meski dilakukan di berbagai penjuru Cirebon, namun pusat kegiatan FPC sendiri akan berpusat di Keraton Kasepuhan dan Pelabuhan Cirebon. Sultan yang telah bertakhta sejak 2010 lalu itu dibantu oleh Kementerian Pariwisata telah mempromosikan FPC sejak jauh-jauh hari hingga tingkat nasional dan internasional sebagai bagian kampanye wisata Wonderful Indonesia.
Beragam kegiatan mulai dari kuliner hingga pertunjukan budaya akan dilangsungkan dalam FPC yang pertama kalinya ini. Pada hari pertama (31/3) dilangsungkan pertunjukan gamelan Renteng di Keraton Kasepuhan, pagelaran seni di Panggung Budaya Sunyaragi, dan juga Seminar Nasional Optimalisasi Wisata Bahari Indonesia yang dilanjutkan pembukaan FPC di Goa Sunyaragi.
Di hari pertama ini juga dihadiri oleh sultan serta perwakilan dari berbagai kerajaan di Indonesia, seperti Kesultanan Sumbawa, Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan, Kesultanan Bintan, Kesultanan Kutai Kartanegara, Kesultanan Deli, Kesultanan Luwu, Kesultanan Sumedang Larang, Kesultanan Kanoman, Kadipaten Pakualaman, Kesultanan Malaka dan Kerajaan Jipang.
Di hari kedua yang berlangsung pada Jumat (1/4) akan diselenggarakan berbagai kesenian seperti Jaran Lumping di Pesanggrahan Goa Sunyaragi, Hadaroh di Srimaganti Keraton Kasepuhan, Gembyunh di Astana Gunung Jati. Selain itu juga berbagai lomba diadakan, seperti lomba hias perahu, dayung, dan
ngajala atau kegiatan menjala di Pantai Waterland, Cirebon.
Di hari terakhir (2/4), FPC akan menampilkan kesenian Buroq dan Sisingan di Pesanggrahan Goa Sunyaragi, Gembyung di Astana Gunungjati, serta berbagai tarian tradisional di Srimaganti Keraton Kasepuhan.
"Saat ini memang titik berat Festival ada di bagian budaya, kerajinan, dan kuliner, yang berikutnya akan menyusul," kata Sultan. "Yang jelas perbedaan Cirebon dengan Bali adalah Bali dengan Hindu, Cirebon dengan Islam. Indonesia itu bukan cuma Bali, masih banyak destinasi yang lain."
Meski begitu, Sultan mengakui masih banyak kendala yang harus dibenahi seperti penataan objek wisata agar memiliki fasilitas yang memadai, estetika kota Cirebon yang perlu lebih dibenahi, serta kesadaran wisata seperti keramahan dan pelayanan yang masih perlu ditingkatkan.
Soal kunjungan wisatawan, Sultan menyebut setidaknya satu juta pengunjung datang ke Keraton Kasepuhan Cirebon tahun lalu.
(les/les)