Gangguan Bipolar Dapat Dikendalikan

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Senin, 04 Apr 2016 02:27 WIB
"Bipolar adalah gangguan suasana hati yang kronis dan berat serta dapat menyerang siapapun, baik laki-laki ataupun perempuan," kata Yenny DP, psikiater.
Ilustrasi pria depresi. (Thinkstock/IPGGutenbergUKLtd)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada yang tahu bagaimana seseorang dengan bipolar akan berubah suasana hatinya. Sesaat ia tengah bersemangat, namun bisa saja dalam sekejap akan murka bak sinetron. Bila terlihat, tak jarang bipolar dianggap sakit jiwa. Padahal, bipolar dapat dikendalikan.

"Bipolar itu gangguan suasana hati yang kronis dan berat," kata Yenny Dewi Purnamawati, psikiater RS Premier Bintaro ketika mengisi acara World Bipolar Day 2016 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabtu (2/4).

"Ini bersifat episodik atau hilang-muncul dan ditandai oleh gejala-gejalanya. Bipolar ini bisa menyerang siapapun, baik laki-laki ataupun perempuan," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang dengan bipolar disorder atau OBD memiliki perubahan suasana hati yang ektrem terhadap dua kutub berseberangan, yaitu mania atau kebahagiaan dan depresi atau kesedihan.

Perubahan suasana ini dituturkan oleh Yenny menganggu atau membuat tidak nyaman OBD. Bila pada orang umum, perubahan ini biasa sering disebut moody, namun pada OBD tarafnya menjadi berlebihan sehingga mengganggu kualitas hidup.

"Penyebabnya bisa beragam, bisa genetis, biologis, ataupun psikososial," kata Yenny.

Secara genetis, Yenny mengungkapkan bahwa bipolar disorder atau BD dapat terjadi sebesar 25 persen pada anak yang memiliki salah satu orang tua dengan BD. Bila kedua orang tua memiliki BD, maka peluang terjadi BD sebesar 50 persen pada anak mereka.

Dalam sebuah studi pernah ditemukan bahwa faktor genetis dapat menyebabkan BD taraf ringan hingga sedang. Risiko BD muncul hampir sepuluh kali lipat lebih besar pada anak pertama, dan tiga kali lebih besar pada keluarga dengan riwayat BD.

Pada sebuah pemeriksaan dengan MRI, kata Yenny, pernah ditemukan bahwa ada perbedaan kondisi otak OBD dengan orang non-OBD. Namun kondisi psikologis yang dipengaruhi lingkungan seperti stress, juga dapat menyebabkan perubahan biologis sehingga muncul BD.

"Kalau terdeteksi dari usia balita sangat jarang, namun usia lima tahun sudah bisa tapi bukan yang 'over'. Kemungkinan gejala muncul dalam bentuk kecil seperti hiperaktif dan susah konsentrasi. Namun baiknya diperiksa terlebih dahulu ke psikiater anak, karena tidak sembarangan dapat didiagnosis bipolar," kata Yenny, saat ditemui sesusai acara.

BD sendiri termasuk penyakit yang banyak menyerang di berbagai usia, terutama usia muda dan produktif. Data National Institute of Mental Health mengungkapkan bahwa BD terjadi pada 5,7 juta orang Amerika dewasa atau 2,6 persen dari populasi orang dewasa di Negeri Paman Sam.

Penelitian lain menyebutkan bahwa 10 dari 12 persen remaja di luar negeri menderita bipolar. Kekhawatiran menjadi lebih tinggi ketika sebuah penelitian pada 2010 menyebutkan hampir semua OBD berpikiran untuk bunuh diri dengan 30 persen di antaranya berusaha mewujudkan dalam berbagai cara.

"Bipolar bisa sembuh, asalkan sesuai dengan penanganan." kata Yenny.

Hal yang perlu dilakukan setelah didiagnosis BD adalah menentukan kegawatan penyakit dan melakukan konseling dengan psikiater sedini dan serutin mungkin. Bila kondisi BD sudah dalam taraf mengganggu kualitas hidup bahkan membahayakan nyawa, rawat inap dapat menjadi solusi.

Tapi konsumsi obat untuk OBD adalah hal yang sangat penting dalam mengendalikan BD. Dengan konsumsi obat BD seperti Carbamazepine dan Lamotrigine secara rutin dapat mengendalikan BD sehingga OBD dapat beraktivitas secara normal. (end/end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER