Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sekitar 422 juta orang saat ini mengidap penyakit diabetes. Dalam data juga ditemukan bahwa jumlah pengidap diabetes Tipe 2 mengalami peningkatan.
Diketahui, penyakit diabetes terbagi menjadi dua tipe, yaitu Tipe 1 dan Tipe 2. Diabetes Tipe 1 adalah kondisi autoimun yang sering terjadi karena faktor genetik. Sedangkan Tipe 2 adalah bentuk umum yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti obesitas dan usia, yang mana menghentikan fungsi pankreas dari memproduksi insulin yang cukup untuk memproses gula.
Mengkonsumi makanan yang tepat adalah salah satu langkah yang dapat membantu untuk menghindari diabetes Tipe 2. Jenis diet yang diambil dari beberapa negara berikut, seperti dilansir
Independent, disebut menjadi pilihan yang tepat untuk mencegah penyakit kronis seperti diabetes.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. MediteraniaDengan mengonsumsi buah segar dan sayuran, sereal gandum, kacang-kacangan, segelas anggur, ikan, susu, dan minyak zaitun sebagai sumber lemak, diet Mediterania dikenal sebagai salah satu diet paling sehat di dunia.
Meski kombinasinya tampak 'aneh', banyak penelitian yang telah menyoroti manfaat dari makanan tersebut dan secara keseluruhan terkait pada pengurangan kondisi kronis seperti penyakit jantung, stroke, diabetes Tipe 2 dan demensia.
Sebuah penelitian baru menemukan bahwa mengonsumsi makanan yang cenderung seperti jenis buah berry dan strawberry, dapat mencegah Alzheimer. Juru bicara British Dietetic Assosiation, Anna Daniels, mengatakan pada Independent, "diet mediterania adalah salah satu diet yang telah dibuktikan baik untuk kesehatan jantung dan panjang umur."
Dia pun menambahkan bahwa ekstrak minyak zaitun alami yang kaya asam lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda, dikenal mampu meningkatkan kolesterol baik yang melindungi jantung.
2. JepangPenduduk Jepang dinilai memiliki harapan hidup tertinggi di dunia. Baru-baru ini, sebuah studi menunjukkan untuk diet ketat pada jenis karbohidrat tertentu, sayuran, buah-buahan, serta ikan dan daging.
Pada 2005, pemerintah Jepang telah mengeluarkan sebuah panduan makanan yang direkomendasikan untuk mendorong penduduknya diet makanan rendah lemak jenuh, makanan olahan, dan yang tinggi karbohidrat seperti yang diperoleh dari beras dan sayuran.
Para peneliti menemukan bahwa penduduk yang benar-benar mengikuti panduan tersebut, memiliki angka kematian 15 persen lebih rendah, dan mengurangi kemungkinan kondisi tekanan darah yang mengalir ke otak.
"Bagi orang yang percaya bahwa nasi putih adalah makanan yang buruk, orang Jepang telah membuktikan hal itu tidak benar," ujar Daniels. Dia juga telah menyoroti bahwa teh dan air rutin dikonsumsi di tempat minuman 'olahan' di Jepang.
3. NordikRoti gandum, minyak ikan, buah-buahan lokal, sayuran, susu fermentasi, dan keju, telah menjadi makanan sehari-hari di negara-negara Nordik termasuk Swedia, Denmark, Norwegia, Finlandia dan Islandia.
Sebuah penelitian terbaru di The American Journal of Clinical Nutrition, menunjukkan bahwa pola makan seperti itu sebanding dengan manfaat seperti diet Mediterania, dan juga mampu mengurangi peradangan, terkait dengan kondisi kronis peningkatan resiko kanker usus besar.
"Kaya ikan dan sayuran umbi-umbian, dan sayuran berwarna cerah kaya akan beta-karoten dan antioksidan," kata Daniels. "Diet Nordic tinggi akan serat, rendah gula, dan mengandung banyak buah-buahan dan sayuran. Makanan yang jarang dikonsumsi oleh penduduk Nordic ialah seperti hidangan daging dan produk susu olahan," ujarnya.
4. Afrika BaratBaru-baru ini sebuah studi menyatakan bahwa populasi di Mali, Chad, Senegal, dan Sierra Leone bahkan Jepang telah memilih gaya hidup makan makanan sehat.
Para peneliti di University of Cambridge, menilai konsumsi makanan sehat ini termasuk buah, sayuran, biji-bijian, ikan, dan makanan tinggi serat dan omega 3. Mereka juga menemukan bahwa diet di Afrika Barat berada pada peringkat tertinggi.
Makanan di Afrika Barat sangat bervariasi pada 16 negaranya. Masakannya berupa beras jollof, kacang rebus, ikan kering dan asap, dan ubi jalar.
"Diet ini kaya akan sereal, daging tanpa lemak, sayuran, dan makanan olahan lebih sedikit dibanding negara-negara Barat," kata Daniels. "Umumnya makanan rendah kalori dapat mengurangi tingkat obesitas dan diabetes."
"Banyak dari penduduk AS dan Inggris yang mendapat manfaat dari mengurangi asupan kalori, dengan sedikit mengonsumsi makanan olahan dan meningkatkan konsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, serta sereal,' ujarnya.
5. PrancisGagasan berlainan yang datang dari Prancis membuat para ilmuwan semakin bingung. Mereka mempertanyakan bagaimana sebuah bangsa dapat memiliki tingkat rendah terhadap penyakit jantung dan obesitas, dengan mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh seperti keju.
Sebuah studi pun menunjukkan bahwa kuantitas makanan yang dimakan menjadi kunci hal itu. Ketika penduduk Perancis tampak 'mengejek' dengan makan croissant, keju, dan daging, sebenarnya mereka hanya memakannya dalam porsi kecil.
Restoran-restoran di Paris menyajikan makanan berkisar pada ukuran 277 gram, sedangkan di Philadelpia memberikan hidangan pada pelanggannya dengan ukuran 346 gram. Para ilmuwan pun menyoroti bahwa makan makanan berkualitas tinggi dapat membantu seseorang berhenti dari perasaan kehilangan dan makan berlebihan.
"Diet Prancis mengandung keju, roti, dan anggur. Namun porsi mereka jauh lebih kecil daripada Inggris dan Amerika, serta secara keseluruhan kalori yang dikonsumsi lebih rendah," ungkap Daniels.
Jika ditanya apakah diet ini harus mengkonsumsi banyak buah sayuran segar, sereal gandum, kacang-kacangan? Daniels pun menyarankan, yang terpenting adalah bagaimana memilih lemak yang tepat, seperti minyak zaitun alami, dan lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda, memakan ikan, dan daging. Untuk minuman, dapat memilih air atau teh, dan anggur dengan beberapa makanan.
"Menghindari makanan olahan dan sebisa mungkin memasak dari awal, sehingga seperti menikmati coklat hitam," katanya.
(meg)