Jakarta, CNN Indonesia -- Bila biasanya gelembung ikan yang merupakan jeroan seringkali dibuang, maka tidak demikian ikan malung asal Jambi. Gelembung ikan ini dihargai Rp7 juta per kilogram.
"Gelembung ikan malung ini bernama pelupo, sering dicari oleh etnis Tionghoa untuk dikonsumsi," kata Slamet Apriyanto, anggota tim PKK Tanjung Jabung Barat Jambi ketika ditemui CNNIndonesia.com di Festival Pesona Kuliner Nusantara di Mall Artha Gading, pada Kamis (14/3).
Pelupo sendiri memiliki bentuk seperti tabung dengan panjang rata-rata 30 centimeter pada ikan malung dewasa, dan berujung runcing pada kedua sisinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Etnis Tionghoa di kawasan Tanjung Jabung Jambi biasa mencari dan menjual pelupo karena dipercaya berkhasiat bagi paru-paru. Salah satunya, mencegah dan mengobati pneumonia.
"Karena sangat dicari dan terkenal khasiatnya, sekilo[gram] pelupo ini dijual seharga Rp7 juta. Ini juga diekspor ke China," kata Slamet.
Agar dapat dikonsumsi, pelupo mengalami beberapa proses pengolahan. Pertama, pelupo yang masih segar dipotong-potong, lalu direndam air bersih selama sepuluh menit. Perendaman berfungsi untuk memudahkan pengeluaran selaput di dalam lapisan pelupo.
Setelah dibersihkan, pelupo dijemur hingga kering. Meski begitu, pelupo masih cenderung elastis dan tidak patah bila ditekan. Pelupo kemudian digoreng persis seperti mengolah krecek atau kerupuk kulit.
Bila ingin menjadi sup bernama hipio, pelupo yang sudah digoreng diisi dengan adonan berisi daging ayam kampung, udang, dan bumbu lainnya. Kemudian adonan pelupo dikukus atau direbus dengan kaldu ayam.
Rasa hipio sendiri seperti mengonsumsi sup kaldu pada umumnya. Sedangkan rasa pelupo persis mirip krecek dengan perbedaan lebih kenyal dan tak mudah hancur saat dimakan.
Dari Umpan ke PanganSelain hipio yang terbuat dari pelupo dengan harga jutaan, makanan khas lainnya dari daerah Tanjung Jabung Jambi ini adalah olahan ikan malung. Ikan ini banyak tersedia di perairan Jambi, namun pada awalnya justru bukan buat konsumsi manusia.
Ikan malung sering ditangkap nelayan untuk bahan pakan dan umpan udang serta kepiting. Ikan laut ini memiliki tubuh memanjang silindris antara 60 sampai 100 centimeter. Kepala ikan ini memiliki bentuk lonjong hingga mulut membentuk paruh dan gigi yang cukup besar untuk ukuran ikan.
"Mungkin karena ukurannya yang besar jadi jarang dimakan. Ikan ini pun murah, seharga Rp18 sampai 20 ribu per kilogram," kata Slamet.
Atas inisiatif Tim PKK Tanjung Jabung Jambi, ikan malung kemudian dicoba menjadi panganan baru. Pengolahannya hampir sama dengan ikan pada umumnya, namun karena ukurannya yang panjang sehingga butuh wadah dan tenaga lebih banyak.
Ikan ini sendiri memiliki rasa seperti ikan laut pada umumnya, termasuk dengan durinya yang banyak. Namun dengan ukuran duri yang lebih besar, maka dapat disadari saat mengonsumsi ikan ini.
Pizza dari UmbiSalah satu bahan lainnya yang dimanfaatkan oleh Tim PKK Tanjung Jabung Barat, Jambi, adalah umbi lokal yang bernama kemonak. Umbi ini merupakan nama lain dari umbi gembili atau Dioscorea esculenta.
Umbi yang banyak tersedia kemudian ditumbuk dan dibuat menjadi adonan roti seperti pizza. Kemudian diberikan
topping bumbu lokal, jadi seperti pizza dengan
topping sambal goreng. Rasanya pun tak jauh berbeda dengan bahan dari terigu.
"Ini sebenarnya modifikasi mengangkat potensi lokal, kemonak biasanya direbus kemudian dimakan seperti singkong," kata Slamet. "Nah, kami inginnya ada beragam jenis panganan, maka dibuatlah pizza untuk menggantikan tepung terigu."
(end/vga)