Jakarta, CNN Indonesia -- Anggapan bahwa penanganan penyakit Jantung terbilang mahal dan hanya dapat dilakukan di luar negeri sepertinya dapat dihilangkan. Perhimpunan dokter kardiovaskular di Indonesia meyakinkan kualitas penanganan jantung di Indonesia tak kalah dibanding luar negeri.
"Pelayanan kardiovaskular sudah memadai dan Indonesia sudah sejajar dengan negara lain," kata Isman Firdaus, Sekertaris Ekesekutif Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), saat ditemui di Kuningan, beberapa waktu lalu.
Isman menjelaskan Indonesia sudah memiliki banyak kemajuan di bidang pelayanan dan tata laksana penanganan penyakit jantung. Mulai dari penanganan yang sudah ada sejak lama, seperti penutupan sekat, hingga yang terbaru, yakni penggantian katup tanpa proses pembedahan. Di Asia, teknik ini baru ada di Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Isman juga memaparkan Indonesia masih terus melakukan pengembangan teknik penanganan jantung untuk masa depan. Bahkan, ada wacana pengembangan pacu jantung tanpa kabel. Meski terus mengembangkan kualitas, masih ada penanganan yang belum dapat dilakukan di Indonesia dengan sempurna, yaitu cangkok jantung.
Selain mengembangkan tata laksana penanganan jantung, para dokter jantung melalui PERKI juga berupaya menstandarisasi penanganan penyakit jantung di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya panduan penanganan penyakit terkait kardiovaskular.
"Kami tidak ingin ada dokter jantung yang praktik di luar dari tuntunan. Panduan itu dapat diunduh oleh siapapun di laman resmi PERKI," kata Isman.
Menurut pengamatan CNNIndonesia.com di laman resmi PERKI, panduan tersebut tersedia untuk beberapa jenis kondisi penyakit kardiovaskular, seperti dislipidemia, hipertensi, pencegahah CDV bagi perempuan, gejala koroner akut, hingga gagal jantung.
Panduan tata laksana tersebut mengandung berbagai tindakan yang sepatutnya dilakukan dokter dalam berbagai kondisi yang dialami oleh pasien. Panduan ini secara tidak langsung dapat memberikan edukasi kepada pasien ketika berhadapan dengan tindakan medis terkait kardiovaskular, termasuk pengawasan dalam pemberian tindakan medis.
Selain standarisasi tata laksana, PERKI juga tengah membuat standarisasi alat medis untuk jantung dan kardiovaskular di Indonesia. Selama ini penanganan penyakit kardiovaskular identik dengan biaya yang mahal karena penggunaan alat yang canggih.
"Dengan standarisasi alat, harapannya seluruh masyarakat Indonesia dapat menerima pelayanan jantung yang memadai. Standarisasi ini dapat mengubah harga yang tadinya Rp30 juta menjadi Rp5 juta," kata Isman. "Ini juga menghindari dokter Indonesia mengirim pasien ke luar negeri yang sebenarnya bisa dikerjakan di dalam negeri,"
Namun yang paling utama, dikatakan Isman, adalah aspek pencegahan. Edukasi masyarakat dan advokasi kepada pemerintah terus dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya penyakit kardiovaskular, seperti dengan menurunkan asupan garam dan gula dalam makanan sehari-hari. Bagaimanapun, menurut Isman, mencegah lebih baik dari pada mengobati.
(sil/sil)