Jakarta, CNN Indonesia -- Dapur jadi tempat informal keluarga berkumpul. Di sana ada obrolan yang lepas antaranggota keluarga dengan kegiatan masing-masing. Satu orang sedang memasak, misalnya, sementara satu orang makan, dan satu lagi menggotong laptop ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaan. Memasak pun jadi punya arti lain.
Dapur dan kegiatan memasak pun dipilih sebagai pendekatan
team building. Program ini terbilang pionir di Indonesia, sedangkan di negara lain, seperti Singapura dan Amerika Serikat, sudah lama diterapkan.
Para awak media mengikuti
team building di Almond Zucchini Cooking Studio di Jalan Prapanca 6 Jakarta, Selasa (10/5). Pesertanya bukan hanya wartawan kuliner, namun datang dari beragam latar belakang, dan tak semua akrab dengan dapur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peserta dibagi menjadi dua tim. Masing-masing harus memasak hidangan pembuka, membuat pasta dari nol sebagai hidangan utama, dan hidangan penutup. Semua harus rampung dalam waktu 90 menit. Dan beberapa menit sebelum berakhir, tugas ditambah satu, menyiapkan salad.
Tiap tim, yang masing-masing berjumlah delapan orang, harus membagi tugas siapa mengerjakan apa agar dalam 90 menit semua hidangan sudah tersaji.
Cara pengolahan dan rasa masakan dinilai Chef Ragil. Namun di balik itu, sepanjang proses dari pembagian tugas, menguleni adonan, memanggang kue, hingga merapikan meja setelah rampung ada proses lain yang terjadi.
Selama aktivitas, kita dapat melihat bagaimana tim tampil dalam situasi yang tidak familiar dan mengetahui siapa yang punya bakat sebagai pemimpin. Koordinasi dan kerjasama membuat hubungan satu sama lain makin erat.
“Memasak, secara umum, mirip dengan keseharian perusahaan. Kita harus berhati-hati merencanakan langkah serta bekerja sama dengan kolega untuk membuat perencanaan, eksekusi, pembagian tugas, hingga menyiasati tekanan untuk mencapai tujuan bersama,” ujar pemilik Almond Zucchini Rianto Hidajat usai
team building awak media.
Rianto menyitir artikel Harvard Business Review edisi Desember 2015 yang memuat studi di Cornell University bahwa pemadam kebakaran yang menyiapkan makanan dan bersantap bersama saat
shift kerja mereka memiliki kerja sama dan perilaku yang lebih baik serta efisiensi yang lebih tinggi saat bertugas.
Dengan memasak bersama, lanjutnya, dapat membangun persahabatan terbaik dan membuat orang jadi terbuka. Kegiatan ini menyatukan semua untuk bekerja sama menciptakan sesuatu. Itu sebabnya dapur Almond Zucchini didesain nyaris tanpa sekat, agar peserta membuka diri.
Aktivitas
team building yang selama ini kita kenal adalah kegiatan fisik luar ruang, seperti rafting, flying fox, paintball, serta camping. Kegiatan macam ini memakan banyak waktu, biasanya lebih dari satu hari.
Sedangkan
team building yang dikembangkan Almond Zucchini biaya lebih sedikit, yakni dengan rentang harga Rp750 ribu hingga Rp1 juta per orang. Total waktu hanya beberapa jam, yakni dengan aktivitas
briefing dan
games (30 menit), memasak (90 menit), dan makan bersama (60 menit).
Walau singkat, diharapkan dapat menyemangati tim dan menciptakan ikatan jangka panjang antaranggota tim. Agar efektif, jumlah peserta ideal adalah 12 hingga 36 orang, walau jika jumlahnya lebih besar, aktivitas akan disesuaikan.
Menu yang dimasak sebagian besar menu Italia. Ada pula menu Indonesia dan Thailand. Jangan khawatir jika tak pernah masuk dapur sebelumnya karena menu yang dimasak mudah selain ada koki yang siap membantu.
“Dengan pendekatan memasak di dapur, yang kita masak, itu juga yang dimakan,” kata Rianto.
Almond Zucchini yang sudah dua tahun beroperasi ini juga memfungsikan studio masaknya untuk demo masak serta ruang-ruangnya, termasuk
rooftop garden, sebagai area
private party.
(sil)