Masyarakat Dunia Masih Abai Soal Hipertensi

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Rabu, 18 Mei 2016 07:25 WIB
Soal mengukur tekanan darah secara rutin seringkali diabaikan oleh masyarakat. Padahal, risiko terkait tekanan darah tinggi ini banyak disosialisasikan.
JIka tekanan darah di atas angka 140/90 mmHg, itu sudah bisa dikatakan sebagai hipertensi. (Thinkstock/Piotr Adamowicz)
Jakarta, CNN Indonesia -- Darah tinggi atau hipertensi mungkin sudah menjadi istilah yang familiar di telinga. Namun, ternyata, soal mengukur tekanan darah secara rutin seringkali diabaikan oleh masyarakat. Padahal, risiko terkait tekanan darah tinggi ini banyak disosialisasikan.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi adalah peningkatan tekanan di pembuluh darah yang menempatkan dalam kondisi stres tinggi. Kondisi tekanan darah yang normal adalah 120 mmHg setiap kali jantung berdetak atau sistolik dan 80 mmHg saat berada dalam kondisi relaksasi atau diastolik.

Saat seseorang memiliki kondisi tekanan darah tinggi sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg saat sistolik dan 90 mmHg saat diastolik, maka ia dapat disebut memiliki tekanan darah yang tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2012, WHO mencatat bahwa hipertensi menjadi penyakit nomor satu dalam Global Burden of Disease di dunia. Hipertensi pun terkenal sebagai silent killer karena dapat menyebabkan kematian tanpa ada gejala yang muncul terlebih dahulu.

Data di Amerika menunjukkan 70 persen orang tidak menyadari mengalami hipertensi. Namun hanya 59 persen yang melakukan perawatan dan 34 persen yang tetap mengendalikan tekanan darahnya.

Sedangkan di Indonesia, dari sekitar 30 persen pasien hipertensi, hanya tujuh persen yang memiliki kondisi abnormal tersebut.

Hipertensi pada beberapa dekade lalu dikenal sebagai penyakit orang tua. Namun pergeseran telah terjadi. Kini, orang yang masih berusia 20an pun banyak yang telah memiliki tekanan darah di atas normal.

Masalahnya, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ seperti jantung, otak, dan ginjal. Namun bukan hanya tiga organ tersebut, hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal, kebutaan, gangguan kognitif hingga disfungsi seksual.

Beberapa faktor menjadi penyebab terjadinya hipertensi, seperti merokok, pola makan tidak sehat, konsumsi alkohol, kurangnya aktivitas fisik, hingga kegemukan, stres, kolesterol tinggi dan diabetes mellitus.

Para ahli medis sepakat bahwa perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat adalah kunci mencegah dan menjaga tekanan darah di batas normal.

Tindakan lainnya adalah pengendalian asupan garam tak lebih dari lima gram per hari, mengonsumsi asupan sayur dan buah lima kali sehari, mengurangi asupan lemak, serta menjauhi berbagai faktor yang menyebabkan penyebab hipertensi.

Namun yang kalah penting adalah pengecekan sedini mungkin mengingat hipertensi tak memiliki gejala tapi dapat langsung mengantarkan pada penyakit mematikan. Pengecekan tensi darah kini bukan hanya dapat dilakukan oleh dokter, namun sudah tersedia pengecek tensi darah hingga kadar kolesterol yang dapat dilakukan sendiri di rumah.

(les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER