Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam sebuah studi ditemukan bahwa mayoritas orang yang mengalami migrain juga mengalami kekurangan vitamin D taraf menengah yakni riboflavin dan koenzim Q10. Koenzim Q10 adalah senyawa mirip vitamin yang ditemukan pada sel tubuh guna menghasilkan energi bagi pertumbuhan dan pemeliharaan sel.
Merilis dari Medical News Today, temuan dari studi yang dilakukan pada pasien anak-anak, remaja, dan pra-dewasa yang mengalami migrain ini masih belum dapat dipastikan peran kekurangan mikronutrisi tersebut pada mekanisme terjadinya migrain.
"Studi lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan apakah penggunaan suplemen vitamin efektif pada pasien migrain pada umumnya, dan menguntungkan bagi penderita migrain taraf menengah," kata Suzanne Hagler dari Divisi Neurologi di Cincinnati Children's Hospital Medical Center yang sekaligus pemimpin studi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hagler dan tim peneliti lainnnya melakukan pengamatan pada pasien Cincinnati Children's Headache Center dan mempresentasikannya dalam pertemua American Headache Society di San Diego.
Hasil penelitian tersebut menujukkan bahwa dari pengamatan berdasarkan data pasien migrain Headache Center, terdapat kesamaan dalam kebanyakan penderita migrain. Kesamaan tersebut adalah kadar vitamin D, ribovlafin, koenzim Q10 dan folat pada darah mereka tergolong rendah.
Dalam penelitian ini juga ditemukan banyak di antara pasien migrain tersebut menggunakan obat pencegah migrain dan penambahan konsumsi vitamin melalui suplemen. Namun peserta yang mengonsumsi suplemen hanyalah mereka yang memiliki kadar migrain rendah dan tidak mayoritas, sehingga para peneliti tidak dapat meneliti efektivitas vitamin sebagai pencegahan migrain.
Hagler juga menemukan bahwa anak perempuan dan wanita muda lebih rentan mengalami kekurangan koenzin Q10. Sedangkan bagi anak laki-laki dan pria muda, lebih mengalami kekurangan vitamin D. Namun keduanya tidak diketahui mengalami kekurangan folat atau tidak.
Sedangkan pada penderita migrain cukup akut, ditemukan kekurangan koenzim Q10 dan riboflavon lebih parah dibandingkan mereka yang mengalami migrain episodik.
Penelitian tentang migrain masih belum menunjukkan hasil yang pasti. Beberapa penelitian memperlihatkan hasil yang berbeda-beda. Namun para ahli meyakini migrain terjadi atas pengaruh campuran antara lingkungan dan faktor genetik.
Selain itu, para ahli juga menganggap bahwa perubahan hormon, terutama pada masa puber, memerankan peran penting terjadinya migrain. Perubahan hormon juga yang diklaim menyebabkan migrain lebih terjadi pada wanita dibanding pria.
(meg/meg)