Jakarta, CNN Indonesia -- Jawa Barat banyak dikenal dengan tradisi menikah muda. Beberapa daerah yang terkenal dengan pengantin cilik ini adalah Indramayu, Cirebon, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur. Namun dalam hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Dunia untuk Anak-anak (UNICEF) menunjukkan sedikit perbedaan.
Dalam publikasi hasil analisis data pernikahan anak yang dilakukan pertama kali di Indonesia oleh BPS dan UNICEF, Jawa Barat sedikit demi sedikit mengalami pemudaran citra sebagai lumbung pengantin cilik.
Menurut BPS dan UNICEF, di Jawa Barat, empat dari lima kecamatan dengan prevalensi pernikahan anak tinggi berada di Kabupaten Sukabumi. Namun, kabupaten ini justru memiliki prevalensi 18 persen yang lebih rendah dari rata-rata nasional, yakni 23 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, dari 47 kecamatan yang dimiliki oleh kabupaten seluas 4128 kilometer persegi itu, hanya ada empat kecamatan dengan rata-rata dua dari lima anak di bawah 18 tahun, yang sudah atau pernah menikah.
BPS dan UNICEF pun mencatat hal yang berbeda dibanding data-data sebelumnya. Di Jawa Barat, kabupaten yang punya prevalensi pernikahan anak tinggi hanyalah Cianjur dengan 22 persen remaja perempuan sudah atau pernah menikah.
Ini berbeda dibanding DKI Jakarta yang memiliki dua daerah setingkat kabupaten, dengan persentase perkawinan remaja perempuan tinggi, yaitu Jakarta Utara (33 persen) dan Jakarta Barat (32 persen).
"Jawa Barat merupakan contoh provinsi yang lebih dari setengah kabupaten dan kecamatan, memiliki prevalensi perkawinan remaja perempuan di bawah rata-rata nasional, namun juga memiliki kecamatan-kecamatan dengan prevalensi yang sangat tinggi," tulis BPS dan UNICEF.
Ungkapan BPS dan UNICEF tersebut terlihat pada data persentase perkawinan remaja perempuan bila dihitung berdasarkan kecamatan. Setidaknya, ada 63 kecamatan dengan prevalensi mulai dari 25 persen hingga 43 persen.
Faktor Derajat KeluargaData ini menunjukkan perubahan bila dibandingkan dengan data BPS 2011 yang dikutip Jurnal Perempuan pada Februari 2016, tercatat bahwa Jawa Barat memiliki angka pernikahan anak hingga 52,26 persen. Jurnal Perempuan sendiri juga mencantumkan empat daerah di Jawa Barat seperti Sukabumi, Karawang, Subang, dan Cianjur. Keempatnya dianggap wilayah rentan terjadi pernikahan usia anak.
Angka pernikahan usia anak ini disinyalir menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi tinggi lantaran belum siapnya organ reproduksi pengantin cilik tersebut untuk hamil. Jurnal Perempuan mencatat, data di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menyebutkan terjadi kenaikan angka AKI setiap tahunnya.
AKI pada 2009 di Jawa Barat terjadi sebanyak 49 orang, 2010 terjadi 40 kasus, 2011 sebanyak 70 orang, dan 2012 sebanyak 76 kasus. Menurut Jurnal Perempuan, angka ini tergolong mengkhawatirkan mengingat di Asia Tenggara, Indonesia menempati peringkat pertama AKI.
Beberapa sebab dinilai menjadi faktor pendorong maraknya pernikahan usia anak di Jawa Barat. Salah satu yang paling sering ditemukan adalah kekhawatiran orangtua bila anak berzina. Guna mengantisipasi, maka banyak orangtua memilih menikahkan anak mereka di usia dini.
"Orang di Sukabumi itu rata-rata berpikirnya kalau mereka memiliki anak gadis, mereka serasa sudah resah dalam artian jadi tidak nyaman bila sang anak sudah punya pacar,” kata fasilitator lapangan Mibnasah Rukamah, seperti dilansir dari Jurnal Perempuan.
Sedangkan faktor lainnya, adalah ekonomi. Banyak pernikahan anak, seperti di kawasan Indramayu, didorong faktor ekonomi. Orangtua beranggapan bila anak mereka dapat dinikahkan dengan keluarga yang memiliki status ekonomi lebih baik, maka dapat mengangkat derajat keluarga.
(les)