Burkini Dibuat untuk Kebebasan, Bukan Pembungkaman

Rahman Indra | CNN Indonesia
Jumat, 26 Agu 2016 12:32 WIB
Perancang burkini asal Australia mempertanyakan aksi Perancis yang melarang wanita mengenakan burkini, yang dianggap pembungkaman terhadap kebebasan.
Perancang burkini asal Australia mempertanyakan aksi Perancis yang melarang wanita mengenakan burkini, yang dianggap pembungkaman terhadap kebebasan. (REUTERS/Jason Reed)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Burkini bukanlah simbol Islam, melainkan simbol kenyamanan, rasa senang, atletis dan kesehatan. Dengan pelarangan ini, politisi Perancis tak ada bedanya dengan Taliban" tulis Aheda Zanetti, perancang burkini asal Australia.

Dilansir dari guardian, Aheda menuliskan pendapatnya akan pelarangan burkini di Perancis yang menurutnya telah membungkam kebebasan buat perempuan dalam berekspresi.

Dalam tulisan panjangnya itu, Aheda mengenang momen di 2004, ketika ia pertama kali merancang burkini. Gagasan itu berawal saat ia melihat keponakan perempuannya yang ingin bermain bola jaring tapi tidak bisa ikut hanya karena ia berhijab.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aheda menaruh simpati karena saudara perempuannya sangat ingin anaknya dapat ikut bermain, berdebat soal pakaian dan mempertanyakan, kenapa anaknya tidak dapat ikut main hanya karena ingin tampil berpenutup kepala?

Ketika pada akhirnya mereka mengijinkan keponakan Aheda bermain, Aheda melihat kejanggalan karena pakaian yang dikenakan sangat tidak pantas dan tampak aneh, dengan kostum skivvy berupa kaos lengan panjang berkerah di bagian leher, celana ketat dan hijab, yang membuatnya seperti tomat merah.

Aheda pulang dan memikirkan sesuatu yang lebih tepat untuk dikenakan; baju olahraga buat remaja perempuan muslim. Aheda berkeliling kota, dan tak menemukan satupun yang pas.

Lalu, ia berpikir sekiranya ia dapat merancang baju yang dapat dikenakan oleh keponakannya itu, jika ingin berolahraga tanpa harus bersinggungan dengan gaya hidup Australia, tapi juga masih memenuhi kebutuhannya sebagai perempuan muslim.

Setelah rancangan burkini jadi, persoalan lain muncul, ia meragu apakah nanti orang-orang akan menerima apa yang ia buat? Aheda lalu melihat dari sudut pandang positif bahwa rancangannya ini akan membalut tubuh, dan bukan membentuk lekuk.  

Sebelum meluncurkan rancangannya, Aheda membuat kuesioner dengan sejumlah pertanyaan: Apakah kamu akan mengenakan baju ini? Apakah baju ini akan mendorong kamu untuk lebih aktif? Berolahraga? Berenang? Meski orang-orang tidak tahu bagaimana menanggapinya, Aheda terus mengembangkannya secara komersil.

Burkini menjadi perhatian banyak orang ketika Surf Lifesaving Australia mengenalkan program integrasi anak-anak, di mana ada pemain remaja muslim perempuan turut berkompetisi. Mereka lalu mengenakan burkini.

Setelah insiden 11 September, kisruh Cronulla, dan pelarangan di Perancis, serta ketidaksenangaan internasional terhadap segelintir orang yang mengatasnamakan islam yang tidak mewakilli Islam keseluruhan—Aheda tidak ingin ada penilaian yang salah terhadap perempuan yang mengenakan burkini.

“Karena burkini hanya hal biasa yang dikenakan oleh perempuan biasa,” ungkapnya.

Aheda menilai ini lebih pada soal integrasi dan penerimaan, serta merasa memiliki hak yang sama. Ia lalu menilai bahwa sangat sulit bagi komunitas muslim untuk melangkah lebih jauh, karena adanya berbagai batasan.

Ada ketakutan untuk berenang di kolam umum, di pantai, dan lain sebagainya. Sementara ia ingin bahwa perempuan muslim juga punya rasa percaya diri untuk menjalani hidup seperti orang lain pada umumnya.

“Berolahraga adalah penting, dan kami warga Australia juga,” ujarnya.

“Saya ingin memberi sesuatu yang positif untuk siapa saja—entah itu Kristen, Yahudi, Hindu—ini hanya sebuah pakaian biasa yang dapat dipakai oleh siapa saja, mereka yang ingin melindungi kulitnya, atau seorang ibu muda yang tidak ingin mengenakan bikini."


Ketika Aheda menamakannya burkini, ia tidak berpikir akan burqa di pantai. Burqa, kata dia, bukanlah kata yang ia kenal baik, karena Aheda lahir dan besar di Australia.

Namun karena harus memberikan nama untuk rancangannya, ia lalu mencari tahu kata yang pas, dan mendapati burqa berarti menutupi tubuh keseluruhan, ditambahkan dengan akhiran bikini. Burkini kemudian menjadi nama kombinasi dua budaya, sebagai Australia, juga muslim.

Pandangan negatif akan apa yang sekarang terjadi di Prancis membuatnya sedih. Ia berharap itu bukanlah karena alasan rasis.

“Saya pikir mereka telah salah paham akan maksud dibuatnya burkini—yang lebih menyimbolkan kesenangan, rileks, dan kesehatan, dan sekarang mereka minta kami menanggalkannya dan kembali ke dapur?”

Burkini memberi kebebasan bagi perempuan, dan sekarang mereka ingin membungkamnya? Jadi siapa yang lebih baik sekarang, Taliban atau politisi Prancis? Tidakkah mereka sama saja jahatnya, tulis Aheda.

"Saya pikir, tidak ada seorang pun yang mesti khawatir akan apa yang dikenakan oleh perempuan—dan tak ada satu orang pun yang berhak memaksakan apa yang jadi pilihan seseorang." 


“Apakah saya disebut feminis? Ya, mungkin. Saya berdiri di belakang pria, tapi sayalah mesin penggeraknya, dan saya memlih di mana saya berdiri, saya ingin dia mendapat hasil, tapi sayalah yang berada di balik pencapaian tersebut.”

Aheda lalu ingin sekali berada di Perancis dan mengatakan: bahwa mereka telah salah paham. Ada banyak masalah di dunia, kenapa ditambah lagi dengan tindakan yang melarang produk yang justru melambangkan kebahagiaan menjadi produk penuh kebencian.

Lalu, di mana nilai Perancis yang disebut jadi alasan? Apa yang dimaksud dengan tidak mencerminkan nilai-nilai yang dianut Perancis? Bagaimana dengan “Liberty”? Jika harus memerintahkan apa yang dikenakan, mana yang tidak boleh: meminta perempuan untuk kembali ke rumah lalu melakukan apa?

Aheda ingat ketika ia pertama kali menguji coba burkini. Pertama ia masuk ke dalam bathtub, mencobanya apakah berfungsi dengan baik. Lalu, ia mencoba membawanya masuk ke dalam air di sebuah kolam renang umum dengan pandangan mata aneh dari pengunjung lainnya. Saat itu, Aheda hanya ingin memastikan apakah penutup kepala akan tetap berfungsi baik di saat menyelam masuk ke dalam air.


“Itulah kali pertama saya berenang di tempat umum, dan rasanya benar-benar menyenangkan, saya merasa bebas, dan terberdayakan seolah saya memiliki kolam renang sendiri, dan berjalan dengan punggung tegak.”

“Masuk ke dalam air merupakan salah satu aktivitas menyenangkan di dunia, dan saya mengenakan bikini di balik burkini, itu rasanya sangat menyenangkan." (rah/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER