'Pemberontakan' Desainer Sonia Rykiel Lewat Fesyen

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Jumat, 26 Agu 2016 10:55 WIB
Sonia Rykiel bukan desainer biasa. Dia justru memilih menjadi pemberontak dan melakukan semua hal berkebalikan dengan kebanyakan desainer.
Sonia Rykiel (AFP PHOTO / PIERRE GUILLAUD)
Jakarta, CNN Indonesia -- Desainer Sonia Rykiel meninggal dunia di usia 86 tahun karena penyakit parkinson. Namun kepergiannya menyisakan banyak cerita dan sumbangsih untuk dunia fesyen, khususnya fesyen Prancis.

Desainer yang sering disamakan dengan Coco Chanel ini dikenal juga sebagai 'orang' yang membebaskan perempuan dari penggunaan korset. Semasa hidupnya dia dikenal sebagai sosok yang free spirit.

Dia selalu menciptakan busana-busana bagi perempuan yang menyukai dirinya apa adanya, bangga akan kehamilannya, dan terlalu sibuk untuk memusingkan diri terhadap tren terbaru. Dia ingin 'menciptakan' citra perempuan yang ingin terlihat pintar tapi tetap ingin melanjutkan hidup mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karya Rykiel yang terkenal adalah busana rajut. Perempuan ini dianggap berhasil membuat rajutan kuno jadi naik kelas dengan desainnya yang modern dan praktis, misalnya figure hugging skirt (rok ketat yang membentuk lekuk tubuh), sweater pullover yang memiliki garis tinggi sehingga bahu terlihat lebih ramping, torso kecil, dan kaki ramping.

Rajutan-rajutan ini membuat dia dikenal awak media sebagai poor boy sweater. Hanya saja busana-busana poor boy alias miskin ini ternyata jadi pilihan selebriti dunia seperti Audrey Hepburn, Lauren Bacall, dan lainnya.

Perempuan berambut merah ini selalu tampil dramatis. Dengan pakaian serba hitam, rambut merah, riasan mata kehijauan dan poni, dia menjadi kesayangan banyak orang, termasuk politisi Prancis. Hitam menjadi warna favorit yang identik dengannya.

"Warna saya memang hitam," katanya kepada seorang editor mode Amerika, dikutip dari NY Times. "Jika hitam dipakai dengan tepat itu bisa jadi skandal."

Hanya, warna hitam memang cenderung dinilai sebagai sebuah warna yang 'aman.' Artinya warna semua desainer bisa dengan 'mudah' menciptakan busana yang terlihat indah dan merampingkan dalam warna ini.

Kondisi tersebut jelas berbeda dengan kondisi dunia fesyen yang dianggap selalu mewah, luks, dan sarat warna cerah. Namun dia memberontak dan mencoba mengubah citra tersebut dengan warna hitam dan rajutan modern.

Rykiel mendesain busana kerja bagi perempuan profesional, ibu, perempuan single, sosialita, juga pejabat. Karier Rykiel sudah berjalan hampir setengah abad. Gaya khasnya pun sudah tertebak.

"Rapuh tapi tegas," kata Rykiel saat menjabarkan gaya desainnya pada 1987.

"Kami [perempuan] juga bekerja, memiliki anak, memiliki masalah dengan pria, dan mengurus rumah tangga. Ada banyak hal. Saya mencoba menjelaskan itu dalam busana saya. Busana saya adalah busana sehari-hari."

Awal Mula Karier

Dia mulai mendesain busananya saat hamil anak ke-duanya pada 1961. Saat itu, semua busana hamil berusaha untuk menyembunyikan tonjolan di perut.

Namun Rykiel tak suka dengan desainnya. Dia tak menemukan apa pun yang disukai. Dia pun akhirnya menciptakan kreasi busana sendiri yang memperlihatkan kehamilan.

"Saya ingin menunjukkan kepada dunia betapa senangnya saya," ucapnya.

"Ibu mertua saya tersinggung, tapi ada teman-teman ada yang bertanya di mana saya membelinya."

Sebagai 'pemberontak,' dia menciptakan beragam busana yang 'tak sesuai tradisi.' Berbeda dengan desainer lain, dia tak mencoba memudakan tampilan perempuan berumur.

Sebaliknya, dia justru menciptakan busana tanpa adanya kelompok umur tertentu. Beberapa kritikus mode menyebutnya tak masuk akal. Dia bahkan dianggap 'memeras' orang tua dan muda untuk membeli busananya.

Dia meluncurkan celana ketika rok tengah jadi item terfavorit, dia juga memberikan warna-warna panas ketika warna lembut jadi incaran.

Koleksinya banyak yang bergaya reversible termasuk dress dan jaket. Kreasinya yang dikenal juga termasuk kulot, kombinasi celana dan rok untuk menjamin pergerakan yang lebih bebas.

Dia juga termasuk orang yang memopulerkan kata 'mode' dan 'armour' dalam desain busana. Gaya khas desainnya pun seolah menggambarkan kondisinya sendiri.

Rykiel bukanlah semata seorang desainer. Dia juga menjadi penulis, dan karya-karyanya termasuk dalam novel, kolom, sampai buku anak-anak. Beberapa buku fesyen pun pernah menjadi buah pikirnya.

"Saya tidak pernah sekolah desain. Saya hanya punya pikiran yang kuat dan cara pandang fesyen tersendiri. Saya tahu apa yang saya inginkan. Saya berkata pada diri sendiri bahwa saya tak punya batas." (chs/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER