Jakarta, CNN Indonesia -- Pada hari Rabu (7/9) malam diselenggarakan ajang pameran pariwisata terbesar se-Asia Pasifik di Indonesian Convention Exhibition (ICE), Tangerang Selatan. Pameran tersebut adalah PATA Travel Mart 2016. Pameran PATA Travel Mart 2016 tentu saja menjadi momentum penting bagi Menpar Arief Yahya.
Dalam ajang tersebut, Arief Yahya yang juga Mantan Dirut Telkom juga me-launching kerja sama dengan lembaga PBB. Kerja sama tersebut tentunya difokuskan di bidang pariwisata. Lembaga PBB untuk pariwisata, UNWTO bekerja sama dengan Kemenpar melalui program Sustainable Tourism Observatorium (INSTO ).
Tujuan dari kerja sama tersbut untuk membangun destinasi pariwisata yang berkelanjutan. Pembangunan destinasi pariwisata yang berkelanjutan dilakukan dengan menjaga lingkungan (Environmental), memberdayakan budaya (Cultural) dan tetap memberikan benefit (Economic Value). Menpar Arief Yahya sering menyingkatnya dengan istilah ECE dan menomor satukan environment.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk STD, Sustainable Tourism Development, Indonesia hasilnya bagus. Kita peringkat kedua setelah China," ungkap dia.
Sebagai langkah awal, Kementrian Pariwisata menunjuk tiga lembaga pendidikan tinggi sebagai expert di badan research. Tiga lembaga tersebut bertugas mengimplementasikan konsep prinsip sustainable tourism di daerah destinasi. Ketiga lembaga pendidikan tinggi yang dimaksud adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM ), dan Universitas Mataram (Unram). "Selama ini ketiganya sudah mulai bekerjasama dengan UNWTO di Madrid," ungkap Arief Yahya.
Ada tiga kawasan yang sudah disiapkan untuk diobeservasi dengan pendekatan Sustainable Tourism Development (STD). Pertama adalah Sesaot di Senggigi, Lombok Barat. Kawasan ini akan diduetkan dengan Universitas Mataram.Selanjutnya ada kawasan Pangandaran yang akan berkolaborasi dengan tim ITB Bandung. Berikutnya, kawasan Sleman dengan Universitas Gadjah Mada.
Tiga kawasan destinasi itu diobservasi dengan pendekatan Sustainable Tourism Development (STD) oleh UN-WTO. Selain itu juga didampingi oleh perguruan tinggi nasional yang melihat kaitan antara community, destinastion, dan sustainability. "Saya ingin jadikan Indonesia sebagai contoh sukses Sustainable Tourism Development," ujar Menpar Arief Yahya, pada hari Rabu (7/9) lalu.
Menurut Marketeer of The Year 2013 itu, seluruh perguruan tinggi yang ditunjuk akan langsung melakukan penilaian terhadap daerah-daerah destinasi. Daerah-daerah yang masuk dalam sutainable tourism akan memeroleh sebuah sertifikat sustainable tourism.
"Sustainable Tourism Development, Sustainable Tourism Obesrvatori, dan Sertifikasi Sustainable Tourism merupakan upaya Kemenpar dalam mendorong pertumbuhan Sustainable Tourism di tanah air. Semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan," ungkap Arief Yahya.
Sustainable tourism mengikuti standar global. Acuannya juga mengikuti prinsip-prinsip dalam sustainable tourism UN-WTO.Selain itu, pembangunannya didukung secara ekologis dalam jangka panjang, layak secara ekonomi serta adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat
"Ini sebagai upaya menarik wisatawan mancanegara sebanyak mungkin ke Indonesia yang tahun ini ditargetkan 12 juta dan akan menjadi 20 juta wisman pada 2019," Sambung Arief Yahya.
Sekjen UN-WTO (United Nation World Tourism Organization) Taleb Rifai, juga langsung memberikan respon. "Apa yang dilakukan Indonesia, sangat hebat. Contoh yang bagus. ukungan pemerintah sangat penting untuk menjamin pembangunan berkelanjutan dari sektor pariwisata," ungkap Rifai.
Menurut Rifai, pembentukan tiga observatorium di Indonesia sudah on the track. Selain itu, timing-nya juga pas.Kerja samanya sudah dilakukan beberapa bulan sebelum Sustainable Tourism Development di-launching pada Januari 2017 nanti.
"Waktunya pas. Pembangunan pariwisata Indonesia adalah contoh sukses yang bisa ditiru negara lain," tambah Rifai.
Sekdar informasi, INSTO menyediakan kerangka kerja untuk pertemuan rutin, analisis, dan komunikasi informasi tentang dampak lingkungan, sosial serta ekonomi pariwisata di destinasi . Saat ini, jaringannya sudah mencakup 14 observatorium. Di Tiongkok sudah ada delapan jaringan, tiga di Indonesia, satu di Yunani, satu di Meksiko, dan satu lainnya di Brazil.
(odh/odh)