Jakarta, CNN Indonesia -- Didatangi banyak wisatawan biasanya menjadi hal yang menyenangkan sekaligus membanggakan bagi warga sebuah kota atau negara.
Selain membuat nama tanah yang dipijaknya menjadi makin terkenal di mata dunia, pendapatan setempat juga bertambah. Namun hal itu tidak dirasakan oleh masyarakat di kota Venesia, Italia.
Dikenal sebagai kota yang romantis, sarat bangunan cantik sebagaimana tergambar di kartu pos, Venesia kedatangan 20 juta wisatawan setiap tahun. Tetapi sayangnya, penduduk setempat malah menginginkan kota mereka kembali seperti semula, tanpa geliat pariwisata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan warga Venesia berkumpul dan memenuhi jalan-jalan utama Venesia. Mereka menyampaikan protesnya kepada pemerintah kota yang membiarkan wisatawan membeludak di kota Venesia setiap hari.
Warga setempat merasa harus 'bersaing' dengan turis di tengah kesibukan kota. Tak hanya itu, warga lokal juga merasa harus bersaing dengan turis untuk mendapatkan barang-barang dengan harga murah. Wisatawan dianggap berandil membuat toko-toko melabeli harga dengan nilai cukup tinggi.
Wajar bila wisatawan berbondong-bondong mendatangi Venesia. Kota di sebelah utara Italia ini memang sangat menarik perhatian wisatawan dunia.
Kanal-kanal yang mengaliri kota, gondola hingga sajian risoto, adalah magnet Venesia yang terkenal. Selain itu, bangunan-bangunan gereja kuno dengan arsitektur yang menarik juga 'berjejalan' di kota ini.
Setiap hari, lebih dari 60 ribu pengunjung tiba di Venesia dengan menggunakan kapal atau kereta, yang melebihi perkiraan populasi permanen kota yakni 55ribu jiwa.
"Kami mungkin generasi terakhir yang tinggal di kota Venesia, di mana kami bisa tinggal di rumah dan bekerja atau hidup layaknya masyarakat dengan hal-hal normal, bukan seperti dalam film
superhero," ujar warga yang mengungkapkan protesnya dalam sebuah akun Facebook.
Penggagas protes ini mengatakan, warga Venesia menginginkan biaya sewa yang masuk akal, pekerjaan dan biaya hidup yang normal. Mereka ingin mendapatkan akses mudah untuk warga, seperti kota-kota pada umumnya.
Mereka berharap bisa membuat para turis yang biasanya tinggal selama empat sampai lima hari di kota ini, kini beralih hanya singgah selama empat sampai lima jam saja.
Meski, kapal pesiar yang datang ke Venesia berkontribusi 20 persen pendapatan kota, para penduduk lokal malah merasa wisatawan tidak menguntungkan bagi para pengusaha lokal, termasuk restoran dan hotel.
"Kami tak ingin kota wisata. Kami ingin kota yang bisa membuat penduduknya bernapas," kata para pemrotes, seperti dikutip dari
FoxNews.
Baru-baru ini, otoritas lokal memperkenalkan metode baru dengan memisahkan pintu masuk kanal untuk turis. Hal itu dilakukan agar penduduk lokal tak perlu berjubel dan bersaing dengan turis saat melintasi kanal.
Namun agaknya hal itu tak cukup bagi warga setempat. Mereka tetap merasa lelah menghadapi keriuhan pariwisata Venesia.
(vga)