Jakarta, CNN Indonesia -- Ada banyak cara membuat destinasi wisata menjadi populer, namun di era digital seperti sekarang, promosi melalui internet menjadi cara yang mudah, murah dan efektif. Seperti yang dilakukan Banyuwangi.
Sebelum era internet, tidak banyak orang yang mengetahui soal Banyuwangi. Padahal kini Banyuwangi sudah masuk dalam peta wisata global dan banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.
“Jika mencari di
Google dengan kata kunci Banyuwangi, yang langsung muncul adalah berbagai destinasi wisata di daerah tersebut, mulai Pantai Plengkung, Kawah Ijen, Pantai Pulau Merah, Pantai Watu Dodol, Teluk Hijau, Pantai Rajegwesi, semuanya ada,” ujar Bupati Banyuwangi Azwar Anas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan, hal itu bisa terdeteksi oleh jutaan orang di seluruh dunia lewat pemasaran pariwisata dengan aplikasi berbasis digital bernama
Banyuwangi in Your Hand yang juga didukung program
Smart Tourism Ecosystem.
“Aplikasi itu lengkap dengan peta jalan dan destinasi wisata,” tambah pria yang akrab disapa Anas itu.
Promosi secara digital itu membuat kunjungan wisatawan ke Banyuwangi melonjak. Sepanjang 2015, Banyuwangi dikunjungi dua juta orang.
“Berkat pemasaran berbasis internet, pariwisata Banyuwangi semakin dikenal,” tambah Anas.
Tidak hanya pengusaha wisata yang mendulang untung lewat pemasaran digital tersebut, Anas menambahkan, banyak rantai ekonomi yang ikut terdulang dengan strategi itu.
“Sekitar 600-an pengusaha mikro sudah menikmati pasar baru lewat internet. Itu bisa membantu pelaku usaha mikro di Banyuwangi yang berada di ujung Timur Jawa menembus keterisolasian pasar,” terang Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda.
Salah satu pengusaha yang sudah merasakan manfaat strategi pemasaran digital itu adalah Supanggih, penjaja makanan kecil di Banyuwangi.
”Dulu saat tak kenal internet, saya mengawali dagang dengan berkeliling kampung karena tak sanggup sewa tempat untuk menempatkan dagangan. Kini tak perlu lagi sewa tempat, saya sudah bisa berjualan hingga ke Surabaya dan Bali,” kata Supanggih.
Hal serupa juga dinikmati Suradi, perajin manik-manik dari Desa Kabat. Dia kini menjadi penyuplai toko kerajinan di Yogyakarta dan Bali.
(les)