Jakarta, CNN Indonesia -- Hari Anak Perempuan Internasional mungkin tak terlalu terdengar gaungnya. Padahal setiap tahun, tepatnya tanggal 11 Oktober, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) gencar mengampanyekan hak-hak anak perempuan di seluruh dunia.
Selain itu, organisasi internasional ini juga menyoroti realitas kehidupan anak perempuan dengan tantangan yang harus mereka hadapi.
Hal utama yang menjadi perhatian bersama adalah pendidikan, kesehatan, pernikahan anak, kesetaraan gender, dan kekerasan seksual. Setidaknya satu dari beberapa tantangan tersebut pernah dialami oleh anak perempuan di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari
Marie Claire dan
The Daily Star, satu dari tiga perempuan di negara berkembang telah menikah sebelum usia mereka genap 18 tahun.
Itu berarti kesempatan mereka untuk mengemban pendidikan dan karier terancam hilang. Bahkan, mereka justru menjadi rentan dengan kekerasan fisik dan seksual.
Selain itu, meski saat ini hampir 15 persen populasi manusia di dunia adalah perempuan, namun banyak perempuan yang merasakan adanya diskriminasi, terutama 1,1 miliar anak perempuan di dunia. Diskriminasi tersebut bahkan terkadang justru datang dari orang tua mereka sendiri.
Sebagaimana diberitakan
Chron, sekitar 1,1 miliar anak perempuan mengaku seringkali dibanding-bandingkan dengan saudara laki-laki mereka. Bahkan mereka berpotensi besar untuk dibunuh atau dibuang oleh orang tua mereka. Misalnya saja di India, dari 11 juta anak yang dibuang, sembilan dari sepuluhnya adalah anak perempuan.
Begitu pula dengan China, para orang tua tidak mengharapkan lahirnya anak perempuan. Perbandingan angka kelahiran anak perempuan dan laki-laki adalah 100 perempuan dengan 119 anak laki-laki, padahal angka perbandingan yang normal adalah 100 perempuan dengan 103 laki-laki.
Tak hanya itu, di kebanyakan negara berkembang, 40 persen anak perempuan menikah dibawah usia 18 tahun. Hal itu yang mengakibatkan mereka harus mengakhiri masa pendidikan dengan cepat.
Akibatnya, 511 juta perempuan di dunia tidak bisa membaca, dan 1,65 miliar perempuan hidup hanya dengan US$2 (Rp26 ribu) per hari.
Akibat lain dari pernikahan dini tersebut adalah masalah kehamilan. Diberitakan Chron bahwa 14 juta anak perempuan antara usia 15 sampai 19 tahun sudah melahirkan, namun 800 di antaranya meninggal dunia, baik saat hamil maupun saat proses melahirkan.
Kemudian sebanyak 35 persen perempuan di dunia menjadi subjek kekerasan fisik dan seksual yang bisa mengakibatkan depresi.
Langkah untuk Perjuangkan Hak Anak PerempuanMengetahui beberapa fakta tersebut tentu membuat Anda tak ingin tinggal diam. Mengutip dari Marie Claire, berikut ini tiga cara yang bisa dilakukan guna memperjuangkan hak-hak anak perempuan.
1. Sebarkan pijar pendidikanBagi 33 juta anak perempuan di dunia, kesempatan untuk bisa melangkahkan kaki ke sekolah terbilang mustahil. Sebuah kampanye sosial pun dibuat oleh Marie Claire dan bekerja sama dengan badan amal internasional, Plan International UK.
Kampanye bertajuk
#ShareTheLight ini turut menggandeng merek perawatan wajah ternama L'Occitane untuk menggalang dana.
Mereka menjual lilin yang seluruh hasil penjualan tersebut akan disumbangkan untuk memperjuangkan pendidikan perempuan di seluruh dunia.
2. Sebarkan kalimat motivasiJika sulit bagi Anda untuk bertindak secara nyata, mungkin Anda bisa menggugah jutaan hati orang lain lewat kata-kata positif. Sejumlah pengguna Twitter saat ini tengah marak menggunakan tagar #DayoftheGirl untuk menyuarakan hak anak perempuan.
Anda mungkin bisa bergabung, seperti yang dicuitkan oleh situs kesehatan asal Malaysia, "Perempuan itu pintar, berani, berjiwa petualang, cantik, dan memiliki banyak potensi. Beri tahu mereka. Perlihatkan pada mereka. Biarkan mereka menjadi sesuatu yang terbaik yang mereka inginkan. #DayoftheGirl"
3. Jadilah inspirasiMisalnya saja seperti Malala Yousafzai, aktivis perempuan yang masih sangat muda. Bahkan, ia berhasil memenangkan penghargaan Nobel di usia 17 tahun.
(vga/vga)