Tantangan Remaja Kini: Eksistensi vs Bully

Vega Probo | CNN Indonesia
Sabtu, 13 Agu 2016 12:07 WIB
Bila diarahkan dengan benar, kaum muda yang hidup di era digital bisa melahirkan karya positif yang layak dipuji, bukan di-bully.
Ilustrasi (Thinkstock/Digital Vision)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga pekan belakangan ini, banyak orang dibuat tercengang oleh pengakuan dara bernama Karin Novilda dalam video bertajuk Gaga’s Birthday Suprise and My Confessions yang diunggah di YouTube.

Di video berdurasi lebih dari 26 menit itu, Karin dan sejumlah teman berpesta merayakan ulang tahun mantan kekasihnya, Gaga. Usai berpesta, adegan selanjutnya memperlihatkan Karin berurai air mata, galau ditinggal sang kekasih.

Sebetulnya, video Gaga’s Birthday Suprise and My Confessions bukan satu-satunya yang diunggah di YouTube oleh sang pemilik akun Instagram Awkarin. Namun video tersebut paling menyita perhatian, telah dipirsa lebih dari 2,8 juta kali.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

It's funny how artistic we become when our hearts are broken,” tulis Karin via akun Instagram, baru-baru ini. Seperti biasa, ia tidak sekadar curhat, melainkan sekalian mempromosikan produk yang dikenakan, dari sepatu sampai sweater.

Bagi para pengikut setianya, aksi Karin mempromosikan berbagai produk—endorse maupun paid promote—via akun media sosial bukan hal baru. Selain aktif mengumbar kegiatan dan kegalauan, Karin juga meraup uang di ranah maya.

Dara 19 tahun ini bahkan blak-blakan menyatakan penghasilannya sebagai pengguna akun media sosial yang dipercaya produsen fesyen terbilang fantastis, mencapai ratusan juta per bulan. Ini membuktikan Karin bukan semata ‘drama queen.’

Terlepas drama percintaan dan gaya hidupnya yang terkesan jorjoran, sebetulnya Karin tak berbeda dengan kaum muda lain yang melek teknologi. Ia pintar menggali potensi diri, juga piawai mengolah video sekaligus mengakrabi internet.

Di usia muda, Karin bisa mandiri dan mendapatkan penghasilan sendiri. Tak hanya Karin, tentu saja. Sejumlah anak muda, antara lain mereka yang mengembangkan laman Indovidgram dan Meja Kita, juga menunjukkan partisipasi aktif yang berdampak luas.

Di satu sisi, sebagian kaum muda ingin menegaskan eksistensi dan kiprahnya di internet sesuai era mereka, era digital. Tapi di sisi lain, mereka menghadapi risiko bully dari banyak orang. Sungguh tantangan berat yang dihadapi kaum muda era kini.

Karin, misalnya, begitu mengetahui dirinya menjadi korban bully para pembenci (haters) di dunia maya, segera melapor kepada pihak berwajib. Belakangan diketahui, si pelaku bully tak lain orang-orang yang pernah menjalin pertemanan dengannya.

‘Amukan’ Karin, dari curhat sampai laporan ke pihak berwajib, sebetulnya tidak perlu dilakukan. Jika sepanjang berkarya—membikin video atau mempromosikan produk—Karin didampingi orang tua yang senantiasa mengarahkannya menjadi lebih baik.

Seorang kawan yang bekerja sebagai psikolog sekolah di sebuah sekolah swasta di kawasan Menteng, Jakarta, menyatakan kaum muda memang belum memiliki kontrol diri yang matang. Maka sudah seharusnya mereka dibimbing dan diarahkan orang tua.

Bila diarahkan dengan benar, kaum muda yang hidup di era digital bakal membikin karya digital yang berdampak positif, seperti Indovidgram dan Meja Kita. Mereka bisa eksis dengan santun, melahirkan karya positif yang layak dipuji, bukan di-bully.

(vga/yns)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER