Jakarta, CNN Indonesia -- Keberadaan dan fungsi bendungan kini tidak saja untuk irigasi persawahan atau pembangkit tenaga listrik, tapi juga bisa sebagai objek wisata edukasi.
Dikutip dari
Antara, di Indonesia setidaknya terdapat tiga ratusan bendungan berskala besar, sedang, dan kecil yang tersebar di seluruh provinsi. Jumlah tersebut terus bertambah seiring dengan bermanfaatnya bangunan tersebut untuk irigasi sawah.
Berdasarkan data dari Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan, pada 2015 saja telah selesai lima bendungan, kemudian 24 bendungan dalam proses pembangunan, dan akan bertambah delapan bendungan baru tahun ini untuk bisa dimulai pembangunannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya pada 2017 akan ada tambahan sembilan bendungan, lalu 2018 ada 11 bendungan, dan pada 2019 ada delapan bendungan akan dibangun sehingga total 65 bendungan.
Lima bendungan yang telah selesai dibangun pada 2015 adalah Bendungan Rajui (Aceh), Jatigede (Jawa Barat), Bajulmati (Jawa Timur), Nipah (Jawa Timur), dan Titab (Bali).
Kemudian yang ditargetkan selesai pada tahun ini ialah Bendungan Paya Seunara (Aceh) dan Teritip (Kalimantan Timur). Di 2017 ditargetkan selesai Bendungan Raknamo dan Mila (NTT), Tanju (NTB), dan Marangkayu (Kaltim).
Kemudian di 2018 akan selesai tujuh bendungan, yakni Gondang (Jateng), Tugu (Jatim), Logung (Jateng), Rotiklod (NTT), Sei Gong (Kepri), Bintang Bano (NTB), serta Kuningan (Jabar).
Pada 2019 ada 11 bendungan yang ditargetkan selesai dibangun, di antaranya Bendungan Passeloreng (Sulawesi Selatan), Tapin (Kalimantan Selatan), Ciawi (Jawa Barat), dan Sukamahi (Jawa Barat).
Potensi wisata Bendungan GerakSalah satu bendungan yang cukup besar dan menjadi objek wisata adalah Bendungan Gerak di Bojonegoro, Jawa Timur, yang membelah Sungai Bengawan Solo yang terletak di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu dan Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Bendungan yang menghabiskan dana pinjaman Rp351 miliar dari Japan International Corporation Agency (JICA) itu digunakan untuk banyak hal, mulai dari pengendali banjir, irigasi, penyedia air baku bagi industri, rumah tangga sampai dicanangkan sebagai salah satu tempat wisata bagi Kabupaten Bojonegoro.
Keberadaan Bendungan Gerak ini fungsinya di samping sebagai penyedia air untuk rumah tangga, pertanian, juga sekaligus menjaga dari kerusakan ekosistem sungai Bengawan Solo supaya tak meluas ketika banjir menerjang dan sebagai bentuk tata kelola air di Jawa Timur.
Manfaat lain bendungan adalah ini untuk persediaan air bagi pertanian di saat musim kemarau, untuk kebutuhan industri, seperti jembatan penghubung antara Desa Padang dengan Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu.
Untuk pertanian, bendungan ini mampu mencukupi kebutuhan pengairan bagi lahan pertanian seluas 6.400-9.000 hektare yang tersebar di delapan kecamatan, yaitu Trucuk, Kalitidu, Purwosari, Malo, Kasiman, Ngraho, dan Margomulyo.
Bendungan yang memiliki tampungan sepanjang 50 kilometer itu mampu menampung debit air hingga 13 juta kubik dengan debit air 5.850 liter per detik.
Dengan pembangunan bendungan ini petani yang berada di bantaran sungai Bengawan Solo, khususnya di atas bagian hulu bendungan akan mempu meningkatkan produktivitas pertanian.
Sebelumnya petani hanya bisa melakukan tanam dua kali setahun, sekarang diharapkan bertambah menjadi tiga kali tanam dalam setahun.
Sebelum ada bendungan itu, sekitar 21 ribu hektare lahan pertanian padi di Bojonegoro Barat mengandalkan pertanian tadah hujan.
Setelah ada pompanisasi, wilayah itu tidak mampu melakukan 2 kali panen dalam setahun. Maka sawah beririgasi dengan pompa air menjadi menjadi 6000 ribu hektare.
Namun dengan adanya bendungan gerak ini 11 ribu hektare sawah akan bisa ditanami dua kali setahun. Dan menghasilkan padi rata-rata tujuh ton per hektare.
Pada sore hari, akhir pekan, dan libur panjang, masyarakat sekitar dan luar kota banyak yang berkunjung ke bendungan itu.
Apabila debit air Sungai Bengawan Solo sedang tak terlalu banyak, pengunjung bisa duduk santai di bagian bawah bendungan itu sambil menikmati camilan dan teh maupun kopi.
Ibarat ada gula ada semut, sejak dibangunnya Bendungan Gerak, banyak masyarakat yang mencoba meraih keuntungan dengan mendirikan warung berjualan aneka makanan dan minuman.
Masyarakat bisa menyantap berbagai makanan seperti mi ayam dan bakso serta makanan kecil lainnya saat menikmat keindahan bendungan itu dan Sungai Bengawan Solo.
Tapi jika debit air Sungai Bengawan Solo sedang banyak, pengunjung tidak diizinkan berada di bagian bawah bendungan itu tapi cukup berada di atas untuk meyaksikan aliran sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
Sejauh mata memandang, tampak Sungai Bengawan Solo yang berkelok-kelok. Di dekat pintu air bendungan kerap beberapa warga setempat memancing dan menjala ikan. Sehingga lokasi tersebut sangat cocok untuk masyarakat yang gemar memancing hingga berjam-jam.
Pemkab Bojonegoro telah menjadikan Bendungan Gerak sebagai salah satu objek wisata unggulan, selain wisata Agro Belimbing Ngringinrejo yang terletak masih satu desa.
Mengingat Bendungan Gerak sudah menjadi salah satu andalan tujuan wisata Kabupaten Bojonegoro, sejumlah kegiatan pernah dilakukan di lokasi itu, tangkap bebek dan Festival Bengawan Solo.
Banyaknya acara yang dilakukan di bendungan itu maka keberadaannya semakin dikenal warga, bukan saja dari Bojonegoro tapi juga masyarakat luar kota Bojonegoro juga rela berdatangan.