Jakarta, CNN Indonesia -- Jika dilihat sekilas, karya abstrak memang sulit dimengerti. Namun mendapat kesempatan untuk memahaminya merupakan pengalaman yang menarik. Pengalaman itulah yang menjadi suguhan utama saat berkunjung ke Artotel Sanur, Bali.
Begitu menjejakkan kaki di lobi, sebuah patung berwarna merah mencolok karya seniman Pintor Sirait yang bertajuk
Orca's Dance langsung menyambut.
Tak berhenti di situ, mata masih dimanjakan oleh instalasi gantung berwarna biru kehijauan karya Pintor yang bertajuk
White Caps.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lobi Artotel Sanur memang diperuntukan sebagai tempat yang dinamakan Artspace, galeri seni untuk sejumlah seniman yang diwadahi Artotel atas kolaborasi dengan beberapa komunitas seni, salah satunya Rumah Sanur Creative Hub.
Tak hanya patung dan instalasi karya Pintor, di area ini juga terdapat sejumlah karya seni yang lain, salah satunya ialah lukisan kolaborasi karya Safrie Effendi dengan Cherry Virginia yang bertajuk
Jalak Bali.  Instalasi karya Pintor Sirait yang berjudul 'White Caps'. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Terletak di daerah Sanur yang bernuansa lebih senyap ketimbang di Kuta, Legian ataupun Seminyak, Artotel Sanur hadir dengan arsitektur bertema modern.
Arsitektur itu dikombinasikan dengan budaya lokal Bali, berupa ornamen layang-layang di setiap sudut bangunan, sebagai penjelmaan dari festival layang-layang tradisional tahunan khas Sanur.
Sama seperti Artotel di Jakarta dan Surabaya yang mendukung perkembangan seniman lokal kontemporer, Artotel Sanur juga berkolaborasi dengan lima seniman lokal berbakat yang tinggal di Bali, yaitu Ines Katamso, Natisa Jones, Kemal Ezedine, I Made Wiguna Valasara, dan Pintor Sirait.
Para seniman tersebut, tak termasuk Pintor, yang kemudian menggarap karya dan tersebar di setiap kamar per lantai. Seperti Valasara yang menuangkan gambaran benang layang-layang yang dipadankan dengan instalasi awan, di setiap kamar di lantai empat.
Sentuhan yang diberi Valasara tak hanya dinding di atas tempat tidur, ia pun menaruh satu instalasi awan tersebut di dinding sudut ruangan tempat meja kerja berada.
Tak hanya suguhan seni, untuk menambah kenyamanan Artotel Sanur pun menawarkan sejumlah fasilitas mewah bernuansa minimalis dan kayu di setiap kamar.
Berada di kawasan pantai, tentu saja beberapa tipe kamar dibangun dengan balkon permandangan Pantai Sanur.
Di luar itu, bentuk pelayanan yang diberikan berupa adanya restoran Roca yang menyajikan pilihan makanan khas Indonesia ataupun Barat, ruang pertemuan Meetspace berkapasitas hingga 100 orang, kolam renang yang berada di lantai paling atas serta BART (Bar At The Rooftop).
Sayangnya, BART hanya beroperasi sampai jam 22.00, karena peraturan daerah setempat. Jadi, bagi tamu yang masih ingin menghabiskan malam harus berpindah tempat.
 Restoran Roca. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Secara keseluruhan, Artotel Sanur dengan empat lantai memiliki 89 kamar dengan tiga tipe—Studio 30, Studio 40 dan Studio 50, bertarif sekitar Rp1,2 sampai Rp1,7 juta-an per malam.
Tak hanya properti, para karyawannya pun didandani dengan seragam yang dirancang oleh desainer muda lokal.
Bila sebelumnya Artotel Thamrin Jakarta bekerja sama dengan perancang busana Ardistia Newyork, di Sanur mereka bekerjasama dengan Paulina Katarina.
 BART. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Artotel Indonesia telah mengelola dua properti yakni Artotel Jakarta dan Surabaya, sejak 2012. Artotel Sanur sendiri menjadi yang ke-tiga dan terbaru, sebelum nantinya hadir Artotel Yogyakarta dan Semarang.
Secara konsisten, Artotel memang mengutamakan konsep seni dalam propertinya. Safrie Effendi, selaku Art Manager Artotel Indonesia, menuturkan bahwa konsep seni itu berawal dari hobi pemiliknya.
"Konsep seni dan bisnis pun berpadu. Kami ingin tamu merasakan hal yang berbeda, sekaligus mengenalkan karya seniman lokal," kata Safrie saat ditemui
CNNIndonesia.com pada Minggu (16/10).
Safrie, yang juga mengajar
art workshop di Artotel menambahkan, "Seni yang dimaksud tidak terbatas pada properti, tapi juga dari karakter. Bahkan karyawan kami diperbolehkan bergaya kekinian, sehingga tamu merasa mereka dijamu oleh temannya."
Membangkitkan Gairah SanurHotel yang dibuka sejak pertengahan April 2016 ini, berada tepat di Jalan Kusuma Sari No. 1 Sanur, Bali. Keindahan Pantai Mertasari Sanur berada tak jauh di belakang hotel, jika berjalan kaki dibutuhkan waktu sekitar 10-15 menit.
Berbeda sedikit dengan Kuta atau Seminyak yang dipadati dengan pusat keriaan, wisata alam memang menjadi daya tarik utama kawasan ini.
Dengan menyewa sepeda bertarif Rp50.000 per enam jam, wisatawan bisa berkeliling memandangi alam Sanur. Waktu terbaik untuk mengunjungi pantai ialah pagi hari menjelang matahari terbit. Sanur memiliki keindahan alamnya saat itu.
 Kedai Kopi Kultur. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Selain pantai, berjarak 200 meter terdapat kedai es krim Gelato khas Italia, Massimo Italian Restaurant. Dengan merogoh kocek Rp20.000, wisatawan dapat mencicip dua pilihan rasa dari sekitar 20 rasa yang disuguhkan. Andalannya ialah rasa Almond Coffee.
Kemudian berjalan sekitar 500 meter dari hotel, wisatawan dapat mengunjungi Rumah Sanur Creative Hub. Di sana terdapat co-working space, Kedai Kopi Kultur, Teras Gandum, serta toko aksesori unik bernama Toko Konsep.
 Toko Konsep. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Lainnya, jika menempuh jarak sejauh delapan kilometer dengan sepeda, terdapat Museum La Mayeur, yakni museum yang diambil dari nama mantan pemiliknya, Adrien Jean Le Mayeur de Merpres. Ia adalah pelukis berasal dari Brusel, Belgia, yang datang ke Bali pada 1932.
Di Denpasar, Le Mayeur menyewa sebuah rumah di Banjar Kelandis dan bertemu dengan seorang penari legong keraton bernama Ni Nyoman Pollok, yang dijadikan model dalam lukisan-lukisannya, hingga akhirnya dipersunting menjadi istri. Kini, lukisan itu tersimpan di museum yang menjadi tempat tinggal terakhir Ni Pollok.
Di sekitar museum yang berada di sepanjang pesisir Pantai Sanur itu juga terdapat wisata kuliner sup kepala ikan khas Bali.
(ard)