Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah gelombang Fashion Week atau Pekan Mode melanda Eropa dan Amerika Serikat, beberapa waktu lalu, kini giliran Asia, tak terkecuali Indonesia. Hingga sepekan ke depan, siap digelar Jakarta Fashion Week.
Pekan Mode memang berhulu di Eropa. Tepatnya, Prancis. Namun sebetulnya acara ini sudah lebih dahulu diperkenalkan di Amerika Utara hingga New York. Sejak itu, Pekan Mode merebak di mana-mana dengan karakteristik masing-masing.
Pada 1850-an, menurut laman
NYU Local, para desainer kelas atas Prancis mengadakan peragaan busana privat untuk pelanggan setia mereka. Berikutnya, pada 1903, New York pun menggelar acara serupa yang diorganisir oleh butik Ehrich Brothers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak itu, peragaan busana menjadi makin trendi dan lebih mudah diakses oleh banyak orang, juga diorganisir secara lebih rapi, dan diadakan di banyak tempat, dari kediaman privat, mal sampai hotel. Namun belum ada jadwal atau agenda pasti.
Berkat campur tangan Eleanor Lambert, publisis seni dan fesyen, akhirnya acara yang masih disebut Press Week dibuat lebih terarah dan digelar sesuai musim. Lambat laun kreasi Pekan Mode berkembang makin besar dalam sejarah fesyen.
Ini lah langkah untuk mempromosikan sekaligus memupuk keberagaman kreasi di bidang fesyen. Satu per satu nama yang memberi pengaruh di jagat fesyen mulai dikenal dan melegenda. Mereka menciptakan bisnis, ikon dan tren dan lain-lain.
Namun kini, menurut laman
Fashionista, makna Pekan Mode makin samar: apakah untuk menangguk keuntungan, menampilkan seni, atau memamerkan eksistensi via media sosial? Tak jarang, desainer menampilkan peragaan busana semi-teatrikal.
Terlepas dari itu, Pekan Mode menjadi arena yang tepat bagi para desainer—dari pemula hingga pakar—untuk merayakan gaya terkini sekaligus menarik perhatian publik. Pekan Mode akan selalu menjadi magnet bagi kalangan fashionista.
(vga/vga)