Jakarta, CNN Indonesia -- Keikutsertaan Donald Trump dalam kampanye presidensial berdampak pada bisnisnya, terutama industri wisata. Dampaknya, menurut Travel Weekly, terlihat semakin nyata.
Hasil survei laman tersebut, yang dilansir
Travel and Leisure, menunjukkan 61 persen agen wisata tidak merekomendasikan properti Trump kepada para turis. Ini terjadi sejak Trump mencalonkan diri sebagai kandidat calon presiden AS, tahun lalu.
Sebanyak 1.100 agen wisata yang disurvei juga menyatakan kliennya tidak sudi menginap di properti milik Trump. Para wisatawan, sebagian besar wanita, tidak suka kontroversi Trump terutama yang menyinggung atau melecehkan kaum wanita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sebagian besar agen wisata adalah wanita dan sebagian besar keputusan berwisata ada di tangan wanita,” kata Arnie Weissmann, editor Travel Weekly kepada CBS This Morning. Sekitar 20 persen agen wisata yang menghindari hotel Trump adalah wanita.
Bagaimanapun alasan untuk menolak properti milik kandidat presiden dari Parta Republik ini mungkin dinilai berlebihan, dan tak berhubungan dengan perkara politiknya. Properti Trump telah menjadi situs untuk meluapkan vandalisme dan protes.
“Ini bukan lingkungan yang tepat untuk ditawarkan kepada klien kaya raya, tergantung apa keyakinan politiknya, bisa jadi benar dan bisa jadi tidak benar,” kata Eric Reader, petinggi Connoisseur Travel in Washington, kepada CNN.
Pada awal bulan ini, pihak pengelola Trump Hotels menyatakan tidak akan mengggunakan embel-embel nama Trump lagi dan menggantinya dengan nama baru, Scion. Namun mereka mengelak penggantian nama ini berkaitan dengan Pemilu AS.
(vga/vga)