Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang desainer fesyen bisa mendapat inspirasi darimana saja, termasuk dari makanan. Warna-warna makanan yang menarik, penataan unik, sampai bahan-bahan pembuat makanan menjadi inspirasi (X).X.M.L sebuah lini fesyen lokal untuk berkreasi.
La Storia del Banchetto menggambarkan sebuah kreasi koleksi busana dari (X).S.M.L sebuah lini fesyen lokal dengan restoran Pancious. La Storia del Banchetto dalam bahasa Inggris berarti Story of Banquet atau cerita tentang makanan.
"Ada tiga baju yang kami desain khusus untuk Pancious. Tapi setelah saya melihat menu-menu lain, saya jadi terinspirasi," ungkap Jun Sugandhi CEO (X)S.M.L, beberapa waktu lalu di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warna makanan dijadikan inspirasi untuk menciptakan koleksi tersebut. Ada beberapa warna dari makanan yang dianggap paling menonjol, yaitu Ox Tongue Arabiata, Squad Ink Risotto with Prawn, Watermelon Fresco, dan Lychee Charcoal Lemonade.
"Mereka [Pancious] menggunakan warna pasta merah, spicy, dan juga menggunakan squid ink. Jadi kami adaptasi warna [busana] dari situ," papar Jun.
Jun memang banyak menerjemahkan warna makanan tersebut menjadi dominasi busananya. Gaun-gaun feminin merah dengan tambahan detail ruffles, one strap shoulder yang anggun menjadi pilihannya.
Gaun-gaun yang diciptakannya bergaya ala Italia. Konsep gaun Italia ini dianggap sejalan dengan kreasi makanan di restoran Pancious yang memang bergaya Italia.
"Busana Italia banyak menggunakan ruffle, lagi pula saat ini ruffles juga cukup tren," paparnya.
Untuk menghadirkan tampilan yang berkelas dan elegan ala Italia, material berupa satin dan sutera dipakainya. Material ini menghasilkan efek gaun mengilap bergaya klasik kontemporer.
"Cuttingnya dibuat lebih fit ke badan agar terlihat seksi. Kami juga sengaja menggunakan banyak warna agar terlihat lebih berani."
Jauh berbeda dengan koleksi (X).S.M.L selama ini yang cenderung menciptakan busana monokromatik, kali ini koleksinya lebih banyak bermain warna.
Beberapa busana juga menggunakan warna putih, kuning, dan biru. Itu terinspirasi dari penggunaan putih telur pada minuman, "Dan beberapa minuman lain yang ada unsur birunya."
Sayangnya, intepretasi makanan yang diwujudkan ke dalam busana ini hanya sebatas pada warna saja. Kreativitas dan inspirasi dari makanan nyaris kurang terlihat berani dan unik.
Meski demikian, Jun maupun Fransisca Tjong, Marketing Director Pancious Group, merasa tak kesulitan untuk bekerja sama. Pasalnya, kedua merek yang bergerak di ranah berbeda ini sudah memiliki visi, misi, dan target market yang sama.
"Kami memiliki target konsumen dengan kecenderungan latar belakang yang sama, yaitu eksekutif muda," papar Sisca, sapaan akrabnya.
Di samping itu, tambah Jun, fesyen dan kuliner adalah dua aspek gaya hidup yang sangat akrab di dalam kehidupan manusia.
(chs)