Menpar Arief Yahya Sosialiasasi Go Digital di Media Massa

advertorial | CNN Indonesia
Jumat, 28 Okt 2016 13:39 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya tampil di program DBS to The Point, Berita Satu, Kamis (27/10/2016)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pariwisata Arief Yahya tampil di program DBS to The Point, Berita Satu, Kamis (27/10/2016). Di acara yang dipandu oleh pemimpin redaksi Don Bosco ini, Arief memaparkan gebrakan Go Digital yang dilakukannya untuk meningkatkan wisatawan.

"70% travellers itu search and share dengan digital online. Anak-anak muda sudah bertransformasi budaya, menuju digital lifestyle. Ketika the future customers sudah berubah, kita juga harus mengikuti arah perubahan, jika ingin memenangkan persaingan," kata Arief Yahya.

Arief mempunyai gagasan untuk mengintergrasikan semua layanan priwisata ke dalam satu wadah digital."Sudah pasti itu. Kalau tahun pertama 60% media konvensional, 40% digital, tahun kedua sudah, 50:50, tahun ketiga sudah terbalik 40:60 dan tahun keempat 30:70. Konvensional media tidak bisa diabaikan, karena untuk awareness. Saya yakin konsep convergency media, dan hanya digital yang bisa menggabungkan semua, dari search, book sampai pay," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama ini Kemenpar sudah memanfaatkan media luar ruang, seperti black cab taxi di London yang dibungkus dengan 11 ikon Pariwisata Indonesia, dari Borobudur, Prambanan, sampai Raja Ampat di saat gelaran WTM London yang menjadi ajang kumpul pelaku usaha dan industri pariwisata seluruh dunia.

"Kita menyadari, dana promosi kita tidak banyak karena itu harus diposting pada waktu pas dan tempat yang tepat," jelas Arief Yahya.

Untuk masuk ke dalam pasar digital, Kemenpar sudah menempatkan materi promosi di hampir semua media digital terkenal, seperti Google, Baidu, Youtube, TripAdvisor, Ctrip, dan lainnya. Bahkan Menpar mendorong terbentuknya ITX, Indonesia Travel Xchange, semacam pasar digital yang mempertemukan antara supply side dan demand dalam satu platform.

ITX ini adalah upaya Kemenpar untuk menjawab kegalauan pelaku bisnis dan industri pariwisata yang tergerus oleh kecepatan OTA –Online Travel Agent, yang lebih gesit, lebih cepat, lebih menarik, dan lebih atraktif. "Kami membuatkan pasar digitalnya. Kami buatkan template untuk website yang standar, jika mereka belum punya media online-nya, sebagai own media mereka. Kami siapkan booking system dan payment system-nya, yang kalau membangun sendiri itu bisa menghabiskan Rp 300 sampai Rp 400 juta. Di ITX ini free, dan diberi asistensi dengan free juga," ungkap Arief Yahya.

Arief Yahya menyadari jika tidak berubah ke arah digital, para pelaku industri kita akan terus tergerus oleh perkembangan digital yang semakin masif.

Arief mengakui sampai saat ini, Thailand dan Malaysia mempunyai lebih banyak wisman. Wisman yang berkunjung ke Indonesia masih 10 juta. Sementara Malaysia sudah 25 juta dan Thailand 30 juta.

"Jadi jangan menurunkan target dari 20 juta ya! Pertama itu target Presiden Joko Widodo. Kedua, meskipun fantastis, angka proyeksi 2019 itu masih kalah dari Malaysia dan Thailand. Jadi kita jangan berdebat soal 20 juta, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita harus kejar target itu," jawab Arief Yahya

Berbagai cara pun ditempuh Arief untuk mengejar target wisman itu, termasuk menangani hal yang di luar dunia pariwisata. "Itulah yang membuat saya banyak mengerjakan tugas yang sebenarnya bukan pariwisata. Tapi kalau basic-nya tidak diperbaiki, maka tidak akan mencapainya. Yakni Go Digital, airlines atau akses, dan homestay atau amenitas. Soal Akses, saya harus roadshow ke airline (Garuda Indonesia, Air Asia, Lion Group, Sriwijaya), juga ke airport (Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II), untuk memastikan seats capacity-nya mampu mengangkut wisman dengan target 20 juta itu," kata dia.

"Itulah mengapa saya sisir satu per satu, sampai urusan slots bandara, menambah jam operasional bandara, menaikkan status bandara menjadi internasional, melobi airlines untuk direct flight, menggunakan pesawat berbadan lebar, dan lainnya. Itulah mengapa saya harus keliling," ungkapnya.

Arief Yahya memang menginvestasikan waktunya betul-betul untuk kegiatan produktif yang dibutuhkan untuk mengenjot pariwisata Indonesia. "Iya, harus mengutamakan yang utama. Kalau kita menghadapi target spektakuler seperti ini, harus fokus. Hasil yang luar biasa hanya bisa ditempuh dengan cara yang tidak biasa!" kata Arief Yahya.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER