Jakarta, CNN Indonesia -- Bintang Michelin layaknya menjadi jaminan kualitas rasa masakan sebuah restoran ataupun seorang chef. Tak salah bila pencinta makanan punya harapan tinggi saat hendak menikmati makanan ciptaan sang chef berbintang Michelin.
Harapan itu pula lah yang agaknya memenuhi benak para tamu acara Shangri-La International Festival of Gastronomy di Hotel Shangri-La, Jakarta, baru-baru ini. Mereka berharap merasakan sensasi saat menyantap masakan buatan chef berbintang Michelin, Enrico Bartolini.
Menyandang 'titel' dua bintang Michelin dan predikat salah satu koki muda berbakat di Italia, wajar bila para tamu berharap pemilik Devero Restaurant di Milan, ini membuktikan kepiawaian memasak dan menghadirkan beragam menu unik di restoran Rosso, Hotel Shangri-La.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Chef Enrico Bartolini (Dok. Shangri-La Jakarta) |
Pria kelahiran 1979 yang dibesarkan di Pescia, Pistoia, ini mulai memasak sejak usia 13 tahun. Enam tahun kemudian, dia merantau ke London, bekerja bersama Mark Page. Berikutnya, pindah ke Paris selama tiga tahun, menimba pengalaman dari
professional gourmet Carlo Petrini.
"Saya tidak tahu kenapa saya ingin jadi chef.
I love it. Saya suka aneka bahan lokal dan membuat segala sesuatu dengan tangan saya sendiri," kata Bartolini kepada CNNIndonesia.com di Shangri-La Jakarta. "Sejak dulu saya merasa bahwa memasak itu adalah
passion saya."
Sekalipun berbekal kecintaan pada kegiatan masak-memasak, Bartolini tetap berjuang keras untuk mewujudkan cita-citanya di bidang kuliner. Berkat keuletan, kegigihan, dan kecintaannya pada makanan, dia berhasil mendapatkan bintang Michelin di usia 29 tahun.
Berselang empat tahun kemudian, Bartolini mendapat bintang Michelin ke-dua saat berusia 33 tahun. Lalu, dia kembali ke Italia, dan mendapat pengalaman berharga dari chef profesional Massimiliano Alajmo yang 'mengoleksi' tiga bintang Michelin.
Setelahnya Bartolini pun membuka restoran di Italia, juga Prancia. Sampai saat ini, dia memiliki restoran di Milan, Tuscany, Venesia, dan Bargano.
"Sekarang saya sedang menunggu Michelin Star selanjutnya pada 15 November 2016 mendatang."
 Kreasi chef Enrico Bartolini (Dok. Shangri-La Jakarta) |
Aliran Klasik KontemporerSebagai chef Italia, Bartolini mengandalkan kreasi makanan klasik kontemporer khas Italia. "Saya menjaga kekhasan makanan ala Italia. Seperti
rissoto yang merupakan makanan khas Italia, tapi saya beri sentuhan sedikit modern dalam penyajiannya," ucap Bartolini.
"Rissoto itu adalah
comfort food-nya orang Italia, sama seperti
spaghetti."
Dalam pekan festival kuliner di Shangri-La, Bartolini menghadirkan kreasi makanan kontemporer klasik khas Italia. Dia menyajikan set makan siang dan makan malam.
"Setiap hari menunya akan berbeda-beda."
Salah satu menu makan siang yang disajikan adalah
Cipolla e foie gras, vitello cotto adagio con salaa tonnata e caperi di panteleria, rissoto allo zaferano e foglia di rame, yogurt lampone e liquiriza."Makanan yang dimasak ini semuanya klasik Italia. Dan rasanya pun khas Italia," ucap dia.
Untuk menghadirkan rasa autentik Italia, Bartolini memboyong berbagai bahan dan rempah langsung dari Italia ke Indonesia. "Beberapa yang dibawa dari Italia itu udang,
languistine, veil, safron, dan
red bell paper."
"Kalau buah-buahan yang ada di
dessert seperti stroberi, dibeli dari sini. Buah-buahan Indonesia lebih bagus dari Italia."
Makanan terunik yang dicicipi adalah varian rissoto yang dipadu safron. Campuran safron di dalamnya menghadirkan warna keemasan yang cantik dan cita rasa unik. Di bagian atasnya diletakkan
red bell paper yang memberi sentuhan rasa sedikit asam.
Kekhasan Italia lainnya adalah dengan tekstur rissoto yang
al dente. Anda akan merasakan tekstur rissoto yang masih sedikit keras (khususnya bagi orang Indonesia).
Beda rasa dengan
vitello cotto adagio con salaa tonnata e caperi di panteleria. Daging sapi muda yang diiris tipis ini dipadukan dengan saus tuna.
Uniknya, paduan daging dan saus tuna terasa cocok di lidah. Bartolini mengatakan bahwa saus tuna ini dibuat dengan campuran mayonaise. Untuk meringankan rasanya, Bartolini juga menggunakan taburan bubuk kopi arabika.
Kolaborasi sajian Italia klasik ini bisa dinikmati sampai 29 Oktober 2016 di Rosso, Shangri-La Jakarta.
 Kreasi chef Enrico Bartolini (Dok. Shangri-La Jakarta) |
(chs/vga)