Menikmati Kekayaan Rempah di Attarine Jakarta

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Jumat, 11 Nov 2016 17:23 WIB
Restoran yang berlokasi di Jalan Gunawarman ini menyuguhkan konsep kekayaan rempah Nusantara dan hikayat Jalur Sutra yang bersejarah.
Sajian daging sapi ala restoran Attarine, Jakarta, yang kaya rempah. (Dok. Attarine Jakarta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rempah-rempah akrab di lidah sebagian besar orang Indonesia. Ini lah kekayaan Nusantara yang menjadi alasan bangsa Eropa mengitari separuh Bumi, sebagian lain melalui Jalur Sutra yang bersejarah, lalu menjejakkan kakinya di Indonesia.

Kekayaan rempah dan hikayat Jalur Sutra menginspirasi PTT Family untuk merumuskan konsep restoran Attarine di Jakarta.

Terletak di kawasan kosmopolitan Ibu Kota, Jalan Gunawarman, Attarine yang masih satu famili dengan restoran Potato Head ini selalu dipadati para pengunjung sejak pertama kali dibuka pada 15 Oktober 2016 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana vintage di restoran Attarine Jakarta terasa lewat beberapa aksesori lukisan tempo dulu dan keberadaan mobil Morris kuno yang disulap jadi wadah tanaman dan tumpukan menu.Suasana vintage di restoran Attarine terasa lewat beberapa aksesori lukisan tempo dulu dan keberadaan mobil Morris kuno yang disulap jadi wadah tanaman dan tumpukan menu. (Dok. Attarine Jakarta)

"Potato Head punya gaya yang ikonik dan banyak melibatkan artis kontemporer. Sedangkan untuk Attarine, kami membuat suasana yang lebih akrab dan intim bagi para tamu," kata Deri Jindhar, media relation executive PTT Family.

Meski kedua restoran sama-sama menyajikan makanan ala Barat, namun bagi mereka yang 'berlidah Indonesia' mungkin lebih cocok dengan Attarine.

Melalui kreasi chef Jacob Burrel dan tim, hidangan di restoran dengan 74 seats ini luwes memadukan tampilan hidangan yang berkelas dengan rasa yang merakyat tapi tak melepas kemewahan ala gastronomi.

Sebagaimana konsep Jalur Sutra, restoran ini didominasi hidangan kaya rempah. Beberapa rempah yang digunakan adalah kayu manis, ketumbar, cengkeh, asam, kunyit, kapulaga, serai, cabai, pala, ketumbar, lada panjang Jawa, merica hitam, bawang merah, biji kemukus, hingga garam laut.

Jangan bayangkan menu ala Indonesia, karena sejatinya menu khas Attarine adalah gabungan semua daerah yang termasuk Jalur Sutra, mulai dari Asia Timur hingga ke Selatan dan Timur Tengah.

"Semua hidangan adalah campuran dari semua daerah Jalur Sutra. Misalnya adalah bit, kami bermain dengan bit muhammara dari Timur Tengah dan diadaptasikan dengan kebutuhan menu," kata Burrel.

Menu khas Attarine adalah gabungan semua daerah yang dilewati oleh Jalan Sutra, mulai dari Asia Timur hingga ke Selatan dan Timur Tengah. Menu khas Attarine adalah gabungan semua daerah yang dilewati oleh Jalan Sutra, mulai dari Asia Timur hingga ke Selatan dan Timur Tengah.(Dok. Attarine Jakarta)
"Beberapa adaptasi lain dari menu Barat adalah kenari diganti mete, penggunaan serai, bawang merah, dan jahe, lalu lemon diganti jeruk nipis, dan masih banyak lagi. Pendekatan kami mulai dari budaya dan ingin lebih personal," ia menambahkan.

Pria asal California, AS, ini pernah menjadi executive chef di Bug Sur Bakery and Restaurant, serta sous chef di Manresa Restaurant yang meraih tiga bintang Michelin. Berbekal pengalaman yang ia miliki, ia belajar menggabungkan produk musiman dari peternakan kecil dan produsen lokal serta menggunakan teknik memasak tersendiri.

Sekalipun sudah memiliki berbagai pengalaman, bukan berarti Burrel tidak membutuhkan bantuan di Indonesia terutama kala menyesuaikan dengan lidah lokal.

"Saya datang ke Jakarta dengan tumpukan berbagai resep. Namun di sini, resep tersebut saya kaji lagi bersama tim yang terdiri dari orang Indonesia, dan kami berhasil melakukannya. Saya benar-benar terkesan dengan kerja sama ini," kata Burrel.

"Sepanjang proses kami, sudah banyak yang kami sepakati tentang rasa yang ingin kami tampilkan. Makanan yang ada mungkin tidak terlihat sebagai makanan Indonesia pada permukaannya. Tetapi Anda dapat menemukan ada semangat lokal di sana," lanjutnya.

Salah satu yang sangat terasa Indonesia adalah menu slow cooked beef brisket with soft cooked egg. Konsep dasarnya adalah dada sapi yang dimasak dengan rempah dan sedikit sayuran seperti wortel. Namun rasa mengingatkan pada sop buntut, dengan tampilan lebih modern.

Begitu pula menu chicken leg yang dimiliki Attarine. Tampilan luar seperti ayam goreng kampung yang banyak dijual restoran umumnya di Pulau Jawa. Namun dengan teknik yang baik di tangan Burrel, ayam ini memiliki rasa rempah yang kaya, tekstur yang lembut namun tetap utuh.

menu chicken leg yang dimiliki Attarine. Tampilan luar seperti ayam goreng kampung yang banyak dijual restoran umumnya di Pulau Jawa. Namun dengan teknik yang baik di tangan Burrel, ayam ini memiliki rasa rempah yang kaya, tekstur yang lembut namun tetap utuh.Sekilas menu chicken leg ala Attarine tampak sebagaimana lazimnya ayam goreng kampung, namun beraroma rempah pekat dan bertekstur lembut. (Foto: Dok. Attarine)

Beberapa menu yang layak direkomendasikan bagi para pengunjung, antara lain lamb shoulder chops yang dimasak dengan bawang dan asparagus panggang, wood-fired whole fish yang beraroma khas kayu bakar serta berbumbu garam laut, cabai Jawa dan daun salam, juga cast iron skillet shrimp, fried half chicken.

Bagi pecinta sayuran, Attarine juga menyediakan menu seasonal vegetable seperti kembang kol yang dimasak dengan turmeric-cashew butter, jagung muda yang dipanggang dan dimasak dengan cabai, daun mint kering, dan cheese curds.

Dari segi atmosfer, Attarine memiliki nuansa ruang makan yang lebih santai dan sederhana dibanding restoran sejenis. Suasana vintage terasa lewat beberapa aksesori lukisan tempo dulu dan keberadaan mobil Morris kuno yang disulap jadi wadah tanaman dan tumpukan menu.

Tambah lagi, beberapa hiasan tanaman di dalam ruangan, memberikan nuansa 'hidup' bak di tengah taman. Konsep seperti ini cocok bagi mereka yang ingin berkumpul bersama teman sehabis sibuk seharian dan membutuhkan suasana lebih santai.

Harga yang ditawarkan oleh Attarine berkisar Rp25 ribu hingga Rp175 ribu untuk makanan, Rp30 ribu hingga Rp50 ribu untuk minuman non-alkohol, dan Rp90 ribu-Rp300 ribu untuk minuman beralkohol.

"Kami berharap tinggi para pengunjung datang untuk bertukar pikiran atau merencanakan banyak hal di sini," kata Deri. "Dengan kapasitas 74 seats, kami menganjurkan para tamu untuk membuat reservasi terlebih dahulu."

(vga/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER