Dinas Kesehatan DKI Jakarta: Tidak Ada Penolakan Vaksin HPV

Endro Priherdityo & Puput Tripeni Juniman | CNN Indonesia
Senin, 28 Nov 2016 15:18 WIB
Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan, sampai saat ini tidak ada penolakan dari masyarakat terkait pemberian vaksin HPV.
Vaksin HPV diberikan kepada anak di bawah 13 tahun dengan pemberian dosis sebesar dua kali, dan bila di atas 13 tahun maka pemberian dosis sebesar tiga kali. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan, sampai saat ini tidak ada penolakan dari masyarakat terkait pemberian vaksin human papillomavirus atau HPV.

Sebelumnya, beredar pesan berantai di media sosial yang menyebutkan vaksin untuk mencegah virus penyebab kanker serviks tersebut dapat berefek samping menopause dini.

"HPV ini disebarkan melalui hubungan seksual, kalau hubungannya tidak benar dapat menyebabkan kanker di daerah alat reproduksi. Dan bila dilihat angka hubungan seks di DKI pasti lebih tinggi dibanding daerah lain," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmadi Priharto, saat ditemui di Balai Kota, Jakarta, pada Senin (28/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sudah ada 63.702 anak perempuan kelas lima SD di DKI Jakarta yang telah menerima vaksinasi HPV melalui BIAS.Menurut data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sudah ada 63.702 anak perempuan kelas lima SD di DKI Jakarta yang telah menerima vaksinasi HPV melalui BIAS. (CNN Indonesia/Safir Makki)

"Sampai saat ini tidak ada penolakan terkait vaksin," ia menegaskan.

Vaksin ini sendiri diakui Dinas Kesehatan DKI termasuk paket vaksinasi untuk siswi tingkat Sekolah Dasar (SD) atau sederajat melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau BIAS.

Menurut data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sudah ada 63.702 anak perempuan kelas lima SD di DKI Jakarta yang telah menerima vaksinasi HPV melalui BIAS. Jakarta Timur menjadi daerah terbanyak yang menerima vaksin sebesar 20.475 anak.

"Pemberian vaksin HPV ini sudah berjalan sebesar 92 persen. Dan ini sudah termasuk paket vaksin anak," kata Koesmadi.

"Rata-rata sebesar 33 orang meninggal karena kanker serviks di Indonesia, dan di Jakarta kurang lebih berkisar di angka tersebut karena ini terkait aktivitas hubungan seks. Kalau hubungan seksualnya benar tidak ada masalah, namun bila mereka tidak aman maka kemungkinan tertular ini tinggi," lanjut Koesmadi.

"Upaya pencegahan hanya berupa tidak berhubungan seks sembarangan dan melakukan vaksinasi," kata Koesmadi.

Vaksin HPV diberikan kepada anak di bawah 13 tahun dengan pemberian dosis sebanyak dua kali, dan bila di atas 13 tahun maka pemberian dosis sebanyak tiga kali. Pemberian vaksin HPV pada anak-anak ini sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), merujuk fakta bahwa pembentukan pola daya tahan tubuh atau imunitas terhadap penyakit atau virus paling baik saat masih usia anak-anak.

Profesor Andrijono dari Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa pemberian vaksin HPV dapat menjadi upaya prioritas dalam penanganan kasus kanker serviks yang tinggi di Indonesia. Terlebih biayanya tergolong murah.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2013 mencatat 330 ribu kasus kanker di Indonesia, dan kasus kanker serviks termasuk terbesar. Data WHO sendiri menyatakan, dua dari 10 ribu wanita di Indonesia menderita kanker serviks.

Sebelumnya, beredar pesan berantai di media sosial yang menyebutkan vaksin untuk mencegah virus penyebab kanker serviks tersebut dapat berefek samping menopause dini.Sebelumnya, beredar pesan berantai di media sosial yang menyebutkan vaksin untuk mencegah virus penyebab kanker serviks tersebut dapat berefek samping menopause dini. (CNN Indonesia/Safir Makki)
"Karena HPV ini disebabkan oleh virus, maka pencegahannya adalah dengan vaksinasi. Pemberian di atas 14 tahun akan membuat biaya menjadi lebih tinggi, lagipula menurut Riskesdas 2010, pernikahan anak di Indonesia antara 15-19 tahun sebesar 47 persen. Kalau tidak diberikan sebelum usia tersebut, Indonesia bisa kecolongan, ini agar anak terproteksi," kata Adrijono.

Adrijono juga memaparkan bahwa pemberian vaksin HPV sendiri sudah berlangsung di Amerika Serikat dan Australia selama satu dekade. Dan beberapa negara tetangga Indonesia seperti Malaysia dan Singapura juga sudah menerapkan pemberian vaksin ini sebagai program nasional.

Adrijono juga mendorong pemberian vaksin HPV dapat menjadi program nasional, dan Jakarta dapat menjadi kota percontohan. Alasannya, ibu kota memiliki fasilitas paling memadai. Pemberian vaksin ini dapat menurunkan angka pengidap kanker serviks di Indonesia secara signifikan.

Menurut Adrijono, sampai saat ini belum ditemukan efek samping serius pasca pemberian vaksin. Efek samping pemberian vaksin hanya terjadi ruam di daerah suntikan, serta demam pada beberapa anak.

"Ini sama sekali tidak ada hubungan antara pemberian vaksin dengan siklus menstruasi dan menopause," katanya. "Ini relatif aman dan terjangkau."

Vaksin HPV mendapat izin beredar pertama kali pada 2006, dan WHO mencatat sudah lebih dari 200 juta dosis vaksin ini digunakan di seluruh unia. Pengumpulan data keamanan penggunaan vaksin ini oleh WHO dan Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) di Amerika Serikat, Australia, dan Jepang, dari 2006 hingga 2014, tidak menemukan isu keamanan yang dapat mengubah status rekomendasi pemberian vaksin HPV.

Center for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat juga memantau keamanan pemberian vaksin, sejak Juni 2006 dan Maret 2013, dan menemukan tidak ada kasus masalah keamanan terkait vaksin HPV.

(vga/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER