Jakarta, CNN Indonesia --
Suasana antusias terasa di Mataram, Lombok, pada Kamis kemarin (1/12). Pasalnya, iklim bisnis pariwisata Lombok semakin bergairah saat mengikuti sosialisasi Go Digital Be The Best. Buktinya, saat sesi tanya jawab bersama Claudia Ingkiriwang, Ketua Probis Indonesia Travel Xchange (ITX) dilaksanakan, para pelaku industri terlihat sangat antusias. Paparan digital marketplace yang didukung oleh Kementerian Pariwisata RI ini berhasil membuat pelaku industri pariwisata Lombok makin semangat untuk memajukan pariwisata.
“Sangat antusias! Bahkan sampai perpanjangan waktu yang seharusnya disudahi pun,
audience masih saja melepas banyak pertanyaan-pertanyaan teknis. Ini berarti mereka sudah siap
go digital,” ujar Claudia yang tampil di sesi ketiga setelah Samsriyono Nugroho, Stafsus Menpar Bidang IT dan Muh Noer Sadono, Stafsus Menpar bidang Media Komunikasi
Hampir semua industri yang hadir di acara tersebut langsung melakukan registrasi ke ITX, sebuah
digital sales platform yang mempertemukan
demand dengan supply. Bisa dikatakan, ITX serupa dengan
mall atau plaza yang di dalamnya banyak
tenant-tenant atau penyewa yang terdiri dari
supplier dan distributor. Dalam kategori supplier ada hotel, restoran, kafe,
theme park, atraksi, suvenir,
airlines, rent car, dan penyedia jasa langsung yang bisa dipesan oleh pembeli. Lalu dalam kategori distributor ada
tour agency dan
tour operator (TA-TO) yang membuat paket-paket wisata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak yang bertanya mengenai perbedaan ITX dengan OTA (Online Travel Agent) seperti Traveloka, Agoda, dan lainnya. “Tidak, ITX itu bukan OTA. ITX lebih dari sekedar
booking system. ITX itu adalah infrastruktur
digital yang dibangun untuk menghubungkan bisnis antara
supplier, distributor, dan pasar,” ujar Claudia.
ITX bukanlah B to C atau business to community, melainkan platform yang menghubugkan B to B, busniness to business. “Kami pertemukan supplier yang ada di Indonesia dengan distributor lokal dan internasional. Jika perusahaan Bapak ikut di sini, maka berkemungkinan untuk dijual oleh musafir.com, agoda.com, Expedia, dan semua distributor besar lainnya. Soal pembayaran pun, tidak melewati ITX. Tidak ada dana mengendap di ITX. Aliran dananya dari customers langsung ke supplier maupun distributor. ITX hanya memungut success fee sebesar 2,5% saja,” papar Claudia.
Menariknya, ITX memberikan
template website yang sudah standar bagus untuk
e-commerce secara gratis. Hari kedua (2/12), para pelaku industri pariwisata yang belum memiliki
website akan diberikan arahan secara detail. Lalu,
booking system dan
payment engine juga diberikan secara digratiskan. “Dan ketika 3 fasilitas itu sudah bisa mereka operasikan, maka mereka sudah menjadi OTA dan sudah siap memasuki era
digital,” jelasnya.
Faktanya, untuk membangun infrastruktur sendiri bukanlah hal yang mudah. Perlu biaya yang tidak kecil, yakni Rp300 hingga 400 juta untuk siap
go digital. Belum lagi jika industri wisata tidak mendapatkan transaksi berbulan-bulan atau tidak menemukan pasar. Claudia juga mengungkapkan bahwa ITX akan mengirimkan
yield team untuk melakukan cek dan konsultasi telbih dulu.
Salah satu peserta, Priyono dari Lombok Explorer, mengatakan bahwa ia khawatir mengenai fasilitas yang diberikan. Ia menuturkan bahwa ada ketakutan mengenai fasilitas yang diberikan hanya gratis selama setahun dan harus membayar sewa
server hingga
maintenance. “Tahun kedua dan berikutnya, biaya
hosting sesuai dengan besarnya
space yang diinginkan yang dibayarkan langsung ke
developer, juga bukan ke ITX,” kata Claudia.
Jika pelaku industri pariwisata sudah memiliki
website, bisa langsung diintegrasikan dengan booking
system dan
payment system. Untuk
tour and travel yang memiliki segala macam paket juga diberikan arahan secara detail untuk menjadi distributor atau
supplier. “Bisa jadi keduanya, tergantung kebutuhan dan jalur bisnisnya. ITX akan menampung semua kebutuhan yang ada,” jawab Claudia.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provisi Nusa Tenggara Barat, Lalu M Faozal menyampaikan sambutannya di awal pertemuan. Menurutnya, di tahun 2017 da semakin yakin dengan target wisatawan yang mendarat ke Lombok sampai 4 juta orang, baik wisnus dan wisman. “ITX ini mudah-mudahan bisa membantu untuk mendapatkan
inbound sebanyak-banyaknya,” tukasnya.
H Lalu Abdul Hadi Faisal, Ketua PHRI NTB dan Ketua ASITA NTB Dewantoro Umbu yang mengikuti acara hari pertama sampai usai juga menyetujui hal yang dikatakan Faozal. “Kami meyakini digitalisasi industri pariwisata ini akan membawa pariwisata di NTB semakin melompat lebih jauh. Sejak Menteri Pariwisata Arief Yahya ke Hotel D’Praya, Lombok sudah mulai banyak perubahan. Suasana di industri sangat terasa. Jumlah wisman juga naik, terutama dari Malaysia,” ujar Lalu Abdul Hadi Faisal.
“Kami sangat menyadari bahwa
online travel dan menggunakan digital itu tidak bisa dihindari. Kami ini termasuk generasi tua yang awam dengan teknologi, tetapi kami dukung terus. Kami juga harus berubah karena pasarnya terus berubah menuju digital. Kalau tidak, kami pun akan ketinggalan dengan perkembangan,” ucap Dewantoro Umbu, Ketua ASITA NTB.
Program Go Digital adalah salah satu program andalan Arief Yahya untuk menuju target 20 juta wisman di tahun 2019. Target yang dibebankan Presiden Joko Widodo itu bukan angka yang kecil, jika berangkat dari 9,3 juta di 2014. "Hasil yang luar biasa hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa! Hanya dengan cara digital kita bisa melompat lebih dari 100% itu," jelas Arief Yahya.