Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa yang tidak mengenal Kuta, salah satu daerah yang terletak di kawasan selatan Bali. Berada tidak jauh dari Bandara Ngurah Rai, banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang memilih Kuta sebagai tujuan mereka.
Dari siang sampai malam, kehidupan di sana tidak pernah tertidur. Ada saja keriaan dalam setiap jalanan kecil di sekitarnya. Harga yang murah juga menjadi salah faktor penarik banyaknya wisatawan untuk datang ke sana.
Tapi, wisatawan yang sudah berkali-kali datang ke Bali seakan enggan mengunjungi Kuta. Sumpek dan macet, menjadi beberapa alasan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ya, Kuta memang telah telah banyak berubah. Deretan toko kerajinan dan restoran mengerubungi kawasan yang paling sering didatangi oleh wisatawan asal Australia dan China itu.
Namun, ada tempat yang masih menawarkan keteduhan di sana. Berada di sudut Jalan Benesari Banjar Pengabetan, Kuta, tempat ini bernama Hotel Four Points by Sheraton Bali Kuta.
CNNIndonesia.com diajak berkunjung ke sana untuk yang pertama kali pada akhir pekan pertengahan November kemarin.
Setelah mendarat sekitar jam makan siang, kondisi lalu lintas jalanan Kuta dan Legian sudah padat merayap.
Di tengah terik matahari, mata terus mencari papan nama hotel berbintang empat ini. Belum sempat terlihat, supir sudah membelokkan mobil ke dalam jalan kecil.
Seorang petugas keamanan nampak sigap memberhentikan lalu lintas yang ada di dalam jalan kecil, agar mobil kami bisa masuk.
Mobil pun masih menyusuri jalan, yang dipenuhi oleh restoran yang sedang ramai dikunjungi wisatawan berkutang dan bercelana pendek.
Sampai akhirnya mobil masuk ke dalam gerbang hotel ini. Melangkah ke lobi, hiruk pikuk lalu lintas Kuta dan Legian berganti dengan senyap yang menenangkan.
Desain lobi dengan atap yang tinggi bergaya Bali memberi kesan tersebut. Angin semilir bertiup walau di luar matahari terlihat terik.
 Suasana lobi. (Dok. Four Points by Sheraton Bali) |
“Selamat datang di Four Points Kuta!” sambut sang General Manager Masri. Ia lalu menawarkan es loli dengan rasa buah-buahan yang segar kepada kami.
“Silakan beristirahat sejenak, nanti saya baru ajak berkeliling hotel ini,” lanjutnya sambil tersenyum lebar. Hingga akhir pertemuan, ternyata Masri memang konsisten dengan senyum lebar sekaligus keramahannya untuk menyambut tamu yang datang.
Four Points Kuta merupakan salah satu jaringan hotel internasional dari Starwood Hotels & Resorts Worldwide Inc yang bekerjasama dengan PT. Umah Benesar.
Saat diajak berkeliling oleh Masri, ia menjelaskan kalau konsep hotel ini ialah resor, jadi tidak heran kalau ukuran ruangannya serba besar, tinggi dan pencahayaannya temaram. Aksen kayu dan batu juga meliputi bangunannya.
Ada 185 kamar dalam lima lantai bangunannya, dengan pembagian Deluxe Pool View Room, Deluxe Lagoon View Room, Deluxe Lagoon Access Room, Leisure Suite dan Family Suite.
Tamu di tipe kamar mana saja boleh berbangga hati, karena kamarnya dirancang oleh arsitek Nalendra Wijaya dan perancang interior Zohra Boukhari.
 Leisure Suite. (Dok. Four Points by Sheraton Bali) |
“Ada beberapa kamar yang ditujukkan bagi penyandang difabel, karena kami ingin seluruh tamu merasakan kenyamanan yang sama,” ujar Masri.
Tarif per malam kamar hotel ini berkisar mulai dari Rp1,1 jutaan. Untuk hotel di kawasan Kuta, tarif tersebut memang tidak murah, tapi fasilitas dan layanannya memang menunjukkan kelasnya.
“Terlihat mewah, namun kami juga menggunakan
green technology, dengan memperbanyak akses tangga daripada lift. Penerangan pun dibuat setemaram mungkin,” kata Masri.
Seluruh kamar dibangun menghadap ke Lagoon Pool dan Jacuzzi yang berada di lantai dasar. Dari kamar Deluxe Lagoon Access Room bahkan ada tangga untuk bisa langsung turun ke kolam renang berkonsep tropis ini.
 Deluxe Lagoon Access Room. (Dok. Four Points by Sheraton Bali) |
“Jangan hanya berdiam di kamar, ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan seharian di hotel ini, mulai dari berenang sampai menyesap bir dingin,” ujar Masri.
Ada banyak fasilitas keriaan di hotel ini, mulai dari restoran The Eatery, kedai kopi Wrapped, bar The Best Brew dan
rooftop bar and pool Vertigo.
 The Eatery. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
 The Best Brew. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
Bagi keluarga yang membawa anak kecil, juga tersedia Kids Club dan Junior Pool.
“Ada juga ruang olahraga dan empat ruang pertemuan di sini. Kapasitasnya mulai dari 46 orang sampai 104 orang berdiri,” kata Masri.
Setelah berkeliling, Masri mengajak berbincang di The Eatery sembari makan siang.
Ia menjelaskan, The Eatery dan Wrapped biasa ramai saat waktu sarapan, makan siang dan makan malam. Sedangkan The Best Brew dan Vertigo ramai menjelang sore.
“Tamu dari luar hotel boleh menikmati fasilitas kami, tapi tarifnya tentu saja berbeda dengan tamu yang menginap,” ujar Masri.
“Vertigo cukup ramai, konsep
rooftop bar dengan kolam renang ternyata sangat digemari, terutama mereka yang ingin menikmati matahari terbenam dari Kuta,” lanjutnya.
Makan siang pun disajikan, sebagian besar merupakan menu Indonesia, mulai dari Nasi Goreng Kambing, Sambal Matah, Rendang, sampai Sate Ayam.
 Sate Ayam dan Sambal Matah. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
 Nasi Goreng Kambing. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
 Cheesecake. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
 Suasana santap siang di The Eatery. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
Awalnya mengira kalau rasa dari menu tersebut akan biasa saja, seperti yang ada di restoran-restoran Jakarta. Tapi setelah dicoba, rasa masakannya sangat istimewa dan enak. Tingkat kegurihan, yang bisasanya dicari lidah lokal, juga pas.
“Chef Komang menjadi salah satu chef andalan untuk masakan Indonesia. Bahkan, kalau ada acara di Sheraton Jakarta, ia sering diminta untuk memasak,” kata Masri sambil mengenalkan Chef Komang kepada kami.
Seusai makan siang, Masri kembali berbincang santai. Ia menjelaskan kalau Four Points Kuta merupakan properti Starwood yang ke-tujuh di Bali.
“Hotel ini merupakan turunan dari premium hotel Sheraton, menyasar
independent traveller kelas menengah,” kata Masri.
“Sejak beroperasi pada Juli 2015, tingkat keterisian hotel kami lumayan tinggi. Saat peak season sebanyak 85 persen. Tamunya kebanyakan berasal dari Australia, China dan Amerika Serikat,” lanjutnya.
Masri paham kalau banyak tamu yang kaget dengan kondisi kecilnya jalan saat baru tiba di hotelnya. Namun, ia mengantisipasi dengan menyediakan
shuttle service bagi tamu yang ingin bepergian, sehingga tidak repot memarkirkan kendaraan.
“
Shuttle ini akan mengantarkan tamu kami ke Legian, Pantai Kuta sampai Beachwalk Mall. Untuk antisipasi keruwetan di jalan menuju ke sini, kami menyiapkan petugas keamanan untuk mengatur kendaraan yang keluar masuk,” ujar Masri.
Masri berharap, hotelnya bisa menambah kemeriahan industri pariwisata Bali, terutama kawasan Kuta. Tidak lupa, ia pun banyak menggandeng tenaga kerja lokal sebagai usaha menggerakkan roda perekonomian di sana.
“Tenaga kerja lokal yang sudah kami latih akan memberi wawasan lebih dalam kepada tamu mengenai kondisi wisata di sekitar hotel ini,” kata Masri.
Setelah Four Points Kuta, Masri mengatakan kalau tahun depan akan juga dibuka Four Points Ubud.
“Setiap hotel akan berbeda konsepnya. Kuta dan Ubud juga akan berbeda,” ujar Masri menutup pembicaraan.
Bagi wisatawan yang masih penasaran dengan kawasan Kuta dan tak terlalu ambil pusing dengan kepadatan jalanan di sekitarnya, hotel Four Points Kuta layak untuk diinapi.