Jakarta, CNN Indonesia -- Tanggal demi tanggal berlalu dengan cepat pada Desember. Natal pun semakin dekat.
Atmosfer Natal semakin ditegaskan oleh aroma
cake panggang dan
butter cream manis aneka warna yang menguar dari dapur kue milik Iven Kawi.
Saat ditemui CNNIndonesia.com di 'pabrik' cake merangkap kediamannya, baru-baru ini, Iven tampak rapi dengan celana kulot hitam dan baju denim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia terlihat sibuk memeriksa kue buatan rekan-rekannya. Meski sudah memiliki 16 orang karyawan, dia masih turun tangan langsung membuat cake dan hiasannya.
"Saya masih turun langsung, karena kalau saat Natal begini pesanan banyak," ucap Iven kepada CNNIndonesia.com.
Iven Kawi lebih dikenal sebagai
bakergram alias pembuat kue yang populer di Instagram. Lewat akun Instagram-nya IvenOven, dia memperkenalkan kreasi cake uniknya.
Tak seperti pembuat cake pada umumnya, Iven memiliki spesialisasi
butter cream cake. Ini terlihat dari foto-foto cake yang dipajang di akun media sosialnya.
Berbeda pula dengan banyak orang yang tak terlalu suka butter cream karena rasa yang kelewat manis, perempuan asal Palembang ini justru sebaliknya.
"Saya suka sekali butter cream. Keluarga saya dari dulu sudah tahu setiap kali membuat cake pasti mereka akan beri butter cream yang banyak untuk saya," katanya diiringi tawa.
Kesukaan pada butter cream akhirnya membuat dia tertarik untuk menggeluti cake dengan dekorasi butter cream.
"Tapi alasan yang paling utama kenapa saya mau berbisnis cake ini adalah karena dorongan keluarga dan teman-teman," ucapnya.
"Sebenarnya sekitar tiga tahun lalu saya hanya buat kue untuk Kaylee Zoe dan Keizo Lionel, anak-anak saya saja," kata Iven tentang buah hatinya yang masing-masing berusia tujuh tahun dan lima tahun.
"Anak saya itu," dia menambahkan, "suka jajan, seperti saya. Tapi pernah suatu ketika anak-anak minta kue dan ternyata pas saya ikut makan, kuenya itu agak pahit karena ada bahan tambahan lain. Jadi saya bikin saja sendiri di rumah."
 Cake dengan dekorasi bunga adalah salah satu dekorasi andalannya. (CNN Indonesia/Artho Viando) |
Selain membuat kue untuk anak-anaknya, beberapa kali dia membuat kue untuk acara keluarga dan komunitas. Banyak orang yang ternyata memuji dan menyukai kue buatan Iven. Mereka pun menyarankannya untuk membuka usaha cake dan kue kering.
"Awalnya saya ragu, tapi suami saya, Winanto, sangat mendukung usaha ini."
Setelah berpikir panjang dan mendapat banyak dukungan, Iven pun memulai usahanya. Butuh tiga hari baginya untuk menemukan resep cake dan butter cream home made yang tepat. Ibu, suami, dan anak-anaknya adalah 'sasarannya' untuk mencicipi beragam cake buatan dia.
"Kalau mama sudah oke, berarti oke," ujarnya.
Sampai saat ini cake-nya sendiri sudah memiliki delapan rasa, antara lain cokelat, vanila, sampai
Baileys. Satu cake ini dijual dengan harga Rp1-1,2 juta.
"Kalau ditambah dengan dekor akan ada harga tambahan."
Cake-cake buatannya pun berbeda dari pembuat kue lain. Perempuan kelahiran 6 November 1986 ini lebih banyak berkreasi dengan hiasan 3D. Dia membuat banyak cake dengan dekorasi yang tak biasa, misalnya rangkaian bunga, terarium,
snowman, sampai aneka binatang 3D yang menggemaskan, sampai
hand painting.Dalam membuat kreasi kuenya, Iven tergolong detail. Kuncup bunga sampai helaian 'bulu' binatang terkecil pun tak luput dari bidikannya.
"Untuk membuatnya memang tak mudah. Satu cake sekitar satu jam hanya untuk menghiasnya saja. Karena kan dibuatnya harus detail dan mirip seperti aslinya," katanya.
"Sedangkan untuk membuat yang 3D dan hand painting itu butuh waktu lebih lama, bisa sampai enam jam. Karena harus perhatikan detail dan gradasi warna."
Menghias dalam waktu satu jam ini, diakui perempuan yang dulu berprofesi sebagai
make-up artist ini bukanlah hal mudah. Butuh waktu lama untuk bisa menguasai teknik bermain-main dengan butter cream.
 Iven mengandalkan detail pada setiap cake buatannya. (CNN Indonesia/Artho Viando) |
"Saya tidak langsung bisa buat berbagai bentuk dari butter cream. Belajar dulu pasti. Ya, awalnya, bentuknya juga tidak beraturan dan jelek. Tapi lama-kelamaan terbiasa," katanya, mengenang.
"Saya masih simpan foto-foto butter cream buatan saya yang awal. Jauh dibanding sekarang. Tapi saya tidak malu menyimpannya. Ini untuk mengingatkan saya agar saya tak cepat berpuas diri."
Selain foto-foto proses belajarnya, Iven juga selalu mendokumentasikan cake kreasinya. Winarto, sang suami lah yang 'bertugas' untuk mengabadikan citra kue Iven.
"Motretnya di halaman rumah, setiap pagi hari jadi langsung kena cahaya matahari alami. Banyak orang yang menganggap foto cake di media sosial saya itu dimanipulasi, padahal tidak sama sekali," kata ibu dua anak ini.
Unggahan foto cake-nya tak ayal membuat banyak orang pun tergiur mencicipinya. Ada juga yang merasa kagum sehingga ingin memilikinya. Tak jarang banyak dari mereka yang ingin memesan cake yang sama persis dengan yang ada di media sosialnya.
Untuk yang satu ini, Iven mengaku tak bisa meniru sama persis. "Namanya kan kue buatan tangan, bukan mesin, atau alat, jadi tidak bisa sama persis. Tapi ada juga pelanggan yang tetap ngotot mau yang sama persis."
Winanto sang suami, juga mengungkapkan keinginan-keinginan aneh dari pelanggan yang pernah ditemuinya.
"Pernah ada yang pesan kue dengan banyak butter cream bunga di atasnya. Karena saking sukanya dengan bentuk bunga itu, mereka potong atasnya dan disimpan dalam lemari es. Setahun kemudian, mereka kirimkan foto bunga kue yang masih disimpan itu."
Pesanan Melimpah Jelang NatalJika dulu, seminggu hanya ada satu-dua cake, kini seiring waktu, pesanan pun membanjir. Kini, dalam satu hari dia bisa menerima pesanan sampai 20 buah cake dekorasi.
Dia dan karyawannya pun '
ngebut' menyelesaikan semua pesanan cake. "Kami harus buat pre-order, kalau tidak semua pesanan
numpuk. Dulu saya sering
nolak-nolak pesanan kue sampai pernah dibilang sombong. Padahal sebenarnya butuh waktu lama untuk satu kue agar sempurna dan memuaskan pelanggan," katanya menjelaskan.
"Sama seperti motto saya,
bake with love, semua kue yang saya buat itu akan disantap oleh keluarga jadi harus yang terbaik."
Usahanya yang terus berkembang ini pun membuat dia 'meluaskan' bisnisnya. Selain IvenOven dia membuat lini cake ke-dua yaitu Zoezoebake. Nama ini diambil dari nama anaknya.
"
Cookies dekorasi sebenarnya usaha saya yang pertama sebelum cake. Kebetulan ibu angkat saya dulunya membuat kue kering juga, jadi resepnya diturunkan ke saya," kata perempuan lulusan akutansi ini.
Meski pesanan semakin banyak, Iven mengaku kalau dia belum ingin membuka sebuah toko kue khusus. "Saat ini saya merasa cukup puas dengan usaha rumahan seperti ini. Karena dengan usaha ini saya bisa memastikan semua kuenya sempurna untuk keluarga. Kalau punya toko takutnya sulit terpegang," ucap perempuan yang pernah memberi kursus menghias kue sampai ke Barcelona, Spanyol, ini.
(vga)