Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok teroris selalu punya cara untuk merusak kedamaian di dunia. Belum lama ini, saat perayaan pergantian tahun baru yang seharusnya dirayakan dengan penuh rasa suka cita, anggota ISIS menyerang kelab malam di Istanbul, Turki, sehingga mengakibatkan 39 orang pengunjungnya tewas dan puluhan lainnya terluka.
Sebanyak 65 pengunjung lainnya terluka. Saat itu, kelab malam Reina sedang disesaki oleh 700 orang, yang sebagian besar merupakan wisatawan mancanegara.
Serangan di tengah malam yang dingin itu membuat beberapa pengunjung melarikan diri dengan nekat meloncat ke Selat Bosphorus yang berada tepat di sebelahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum di Istanbul, serangan serupa juga pernah terjadi di negara lain.
Serangan seperti ini tentu saja membuat lemah sektor pariwisata suatu negara, yang belum tentu dapat pulih dalam waktu singkat.
Berikut ini ialah kisah beberapa kelab malam yang pernah mendapat serangan teroris dan upaya mereka untuk bangkit:
OrlandoPada 12 Juni 2016, seorang pria menembakkan senjata apinya secara membabibuta ke dalam Pulse, kelab malam gay yang berada di Orlando, Florida, Amerika Serikat.
Serangan itu mengakibatkan 49 orang pengunjung tewas dan 53 orang pengunjung terluka. Serangan itu disebut sebagai serangan yang terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.
Dengan memegang dua senjata api sekaligus, pria penembak bernama Omar Mateen merupakan pria keturunan Afghanistan-Amerika yang masih berusia 29 tahun.
Usai penembakan, dirinya juga tewas di tangah polisi yang mengepung kelab malam Pulse selama tiga jam.
 Kelab malam gay Pulse. (REUTERS/Carlo Allegri) |
Pemerintah AS menyatakan kalau Mateen mengaku melakukan aksinya untuk ISIS, yang mengklaim kalau Mateen merupakan salah satu pejuangnya.
Enam bulan setelah serangan terjadi, kelab malam Pulse kembali membuka pintunya. Sang pemilik Barbara Poma, menolak menjadikan tempat usahanya sebagai “monumen peringatan kesedihan”.
Ia tetap mengoperasikan kelab malamnya seperti biasa dengan tekad menjadikannya sebagai “tempat penuh harapan.”
ParisPada 13 November 2015, tiga pria melakukan serang di dalam Bataclan, kelab malam dan gedung konser yang berada di Paris, Perancis.
Aksi nekat tersebut mengakibatkan 90 orang pengunjung yang sedang menyaksikan pertunjukkan dari kelompok musik Eagles of Death Metal tewas di tempat.
Satu orang penyerang berhasil dilumpuhkan polisi, sementara dua orang lainnya meledakkan diri di dalam gedung.
Pengunjung yang selamat berusaha menyelamatkan diri dengan berlindung dari tubuh pengunjung yang tewas. Salah satu polisi menyebut adegan berdarag itu seperti dalam kisah ‘Inferno’ karangan penulis legendaris Dante.
 Bataclan saat diserang. (REUTERS/Christian Hartmann) |
Di saat yang sama, seorang pria dengan senjata api meletuskan tembakannya dengan membabibuta ke arah tempat hiburan lain yang berdekatan.
Tak berhenti di situ, kawanannya yang lain juga meledakkan diri di dekat Stadion Stade de France.
ISIS mengklaim serangan yang menewaskan 130 orang dan melukai 350 orang. Serangan ini juga disebut yang terburuk yang pernah terjadi di Perancis.
Setahun setelah serangan terjadi, kelab malam ini kembali beroperasi. Tak ada yang berubah dari dekor ruangannya, hanya saja lantai, bangku dan tembok yang terciprat darah seluruhnya diganti dengan yang baru.
Total biaya renovasinya sekitar Rp4,2 miliaran.
Mantan personel The Police, Sting, tampil di sana saat pembukaan. Setelahnya, sudah terjadwal 24 konser yang akan diselenggarakan di gedung bersejarah ini.
BaliPada 12 Oktober 2002, kelab malam Sari Club dan Padi Bar di Kuta, Bali, diledakkan oleh penyerang dengan bom mobil. Saat itu, kedua kelab malam ini sedang disesaki oleh ratusan wisatawan mancanegara.
Serangan itu mengakibatkan 202 orang pengunjung tewas di tempat, yang sebagian besar berasal dari Australia (88 orang), Indonesia (38 orang), Inggris (22 orang) dan Amerika Serikat (7 orang).
 Tugu peringatan Bom Bali. (REUTERS/Roni Bintang) |
Kelompok Jemaah Islamiyah, yang terkait dengan kelompok teroris Al-Qaeda, mengklaim serangan tersebut.
Saat ini, baik Sari Club dan Padi Bar, masih beroperasi. Tak jauh dari sana, di bangun Tugu Peringatan Bom Bali yang berisi nama-nama korban yang tewas untuk dikenang.
Pengamanan pengunjung tentu saja diperketat, seperti mengecek identitas serta barang bawaan pengunjung dengan detektor metal.
Namun, aturan tersebut tak mengurangi minat wisatawan, khususnya mancanegara, untuk mendatangi tempat itu.
(ard)