Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan Inggris melepaskan diri dari Uni Eropa dalam referendum yang disebut British Exit atau Brexit, ternyata ikut memengaruhi dunia kuliner.
Salah satu chef selebriti asal Inggris, Jamie Oliver, adalah ‘korban’ terbaru Brexit. Dia terpaksa menutup enam restoran ‘Jamie’s Italian’ di Inggris karena ketidakpastian dan tekanan usai Inggris memutuskan hengkang dari Uni Eropa.
Keenam restoran yang ditutup itu berlokasi di Aberdeen, Cheltenham, Exeter, Ludgate, Richmond serta Tunbridge Wells. Bukan tidak mungkin, keenam restoran tersebut akan dijual pada kuartal pertama 2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan itu dikonfirmasi CEO Jamie Oliver Restaurant, Simon Blagden.
“Seperti yang diketahui semua pengusaha, bisnis kuliner itu berat dan pasca Brexit, tekanan dan ketidakpastiannya semakin besar. Itu yang memutuskan kami menutup restoran,” ujar Blagden, dikutip
Reuters.
Kualitas menjadi alasan utama yang dikemukakan Blagden.
Tingginya harga bahan baku impor membuat setelah nilai poundsterling terjun bebas paska Brexit, membuat jaringan restoran Jamie Oliver kewalahan.
“Kami tidak ingin berkompromi terhadap kualitas, termasuk soal bahan-bahan yang kami gunakan serta komitmen kami memberikan yang terbaik, termasuk soal kualitas karyawan,” paparnya.
“Kami harus melayani rata-rata 3000 pesanan setiap minggu untuk bisa terus bertahan.”
Tapi, bukan berarti usaha kuliner Jamie Oliver lantas akan gulung tikar. Blagden mengatakan mereka akan fokus mengembangkan lini restoran yang lebih edgy, Barbecoa, yang akan membuka dua cabang baru di Inggris, tahun ini.
Sementara, Jamie’s Italian sendiri akan membuka 22 cabang baru di luar negeri.
“Kami berusaha tidak merumahkan karyawan dari cabang yang tutup dan akan memindahkan mereka ke jaringan restoran lainnya,” ujar Blagden yang menyebut penutupan restoran itu hanya akan memengaruhi pendapatan perusahaan kurang dari 5 persen.
(les)