Jakarta, CNN Indonesia -- Ada banyak daerah tujuan wisata di Indonesia. Tetapi, belum banyak yang tahu bahwa di ujung negeri ini, tepatnya di kawasan perbatasan, bertebaran daerah-daerah yang potensial menjadi tempat melancong.
Dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan, tercatat ada 92 pulau terdepan yang sebagian besar tersebar di Kepulauan Riau, Maluku, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Papua, dan Nusa Tenggara Timur.
Puluhan pulau itu berbatasan langsung dengan Timor Leste, Australia, Singapura, Malaysia, Papua Nugini (PNG), bahkan India, Filipina, dan Vietnam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor kedekatan budaya dan jarak membuat daerah-daerah di sana sering dikunjungi wisatawan mancanegara (wisman) dari negara tetangga.
Dari data Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada 2015, jumlah wisman yang datang ke Indonesia sekitar 10 jutaan orang, dan yang masuk melalui kawasan perbatasan sekitar 370 ribuan orang. Untuk tahun ini, Kemenpar mengaku belum menghimpun data terbarunya.
"Indonesia punya nilai lebih dari segala dibandingkan kedua negara tetangga itu, jadi sangat mungkin menarik mereka untuk berwisata ke wilayah Indonesia," kata Adella Raung, Kepala Bidang Festival Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Pasifik Kementerian Pariwisata, kepada
CNNIndonesia.com di Jakarta, Selasa (10/1).
Adella menguraikan, wisata bahari menjadi keunggulan kawasan perbatasan. Sebab masih banyak pantai yang bisa disebut perawan, dengan pemandangan indah yang belum terjamah modernisasi.
Contohnya Pantai Bosnik. Kawasan yang berada 15 kilometer dari pusat kota Biak, Papua, ini memiliki pantai dengan pemandangan yang tidak kalah indah dengan Maladewa atau Kepulauan Karibia.
Selain pantai, ada juga taman nasional yang “masih perawan”. Salah satunya adalah Taman Nasional Wasur di daerah Merauke. Taman nasional ini adalah hutan hujan tropis terbesar di Papua.
Sayangnya, semua potensi keindahan itu belum bisa dimanfaatkan optimal. Infrastruktur menjadi penyebabnya.
"Problem akses infrastruktur menjadi penyebab utama terhambatnya pengembangan wisata perbatasan di timur Indonesia," keluh Adella.
Oleh sebab itu, Presiden Joko Widodo berkomitmen membangun infrastruktur di kawasan perbatasan, yang dimulai dari Papua dan sejumlah perbatasan Timor Leste.
Seperti pembangunan jalan Trans Papua yang panjangnya ditargetkan 4.325 kilometer. Di perbatasan dengan Timor Leste, Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang biasanya dibangun dengan sekedarnya, kini mulai dibenahi agar lebih layak.
Berbagai instansi, terutama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan menjadi ujung tombak dari pembangunan infrastruktur itu.
Jalan lintas Pulau Biak yang berliku dan naik turun. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
"Apa yang digagas Presiden sangat baik, sebab pengembangan pariwisata mustahil berhasil tanpa infrastruktur," ujar Adella.
Sejak tahun 2016, Kementerian Pariwisata juga mulai menggarap potensi wisata di kawasan yang berbatasan dengan PNG dan Timor Leste secara lebih serius.
Festival Perbatasan (Crossboarder) yang sarat nuansa seni budaya pun digelar di sana. Para wisatawan dari PNG dan Timor Leste menjadi "sasaran" dari digelarnya festival ini.
"Kami sudah menggelar Festival Crossborder sebanyak enam kali di perbatasan PNG, dan sembilan kali di perbatasan Timor Leste," kata Adella.
Upaya pemerintah merintis acara ini pun tidak mudah. Situasi keamanan yang masih rawan di Papua menjadi tantangan yang tak ringan.
Namun, Adella mengungkapkan pengamanan dari pihak TNI telah membuat acara berjalan lancar.
"Acara berjalan lancar dan mampu menarik minat saudara-saudara kita dari PNG, bahkan mereka ikut berjoget bersama TNI di acara itu,” ujar Adella.
"Begitu juga di Festival Crossborder di perbatasan Timor Leste, banyak warga Timor Leste yang ikut menyaksikan festival kita," ujar Adelle, seraya menambahkan di tahun 2017 rencananya akan digelar 12 kali Festival Crossborder di kedua perbatasan itu.
Pemerintah memandang penting pengembangan pariwisata di kedua perbatasan itu. Sebab, selain menyumbangkan devisa, juga memperkuat pengaruh Indonesia di PNG maupun Timor Leste. Sehingga ancaman dari pihak asing yang datang melalui dua negara tetangga itu bisa ditanggulangi.
"Hal itu juga yg menyebabkan sampai sekarang tak ada orang asing yang punya pulau di kedua wilayah perbatasan itu," kata Adella.
Tentu pengembangan pariwisata berbasiskan keindahan alam dan kekayaan budaya di kawasan perbatasan Indonesia ini disambut baik para pencinta wisata.
"Wah bagus dong. Wisata Papua jadi bisa lebih dikembangkan lagi. Kawasan timur itu cantik alam nya," ujar Kristine Sihotang. warga kota Semarang yang hobi berwisata.
Diharapkan, pengembangan wisata di kawasan perbatasan bisa segera terwujud, sehingga Indonesia tak hanya dikenal dengan Bali saja atau yang lebih parah pulau-pulau terdepan keburu dicaplok pihak asing.
(ard)